"Masuk lo" kata Tia saat membuka pintu dan Andra sudah berada di depan pintu. Andra sudah sampai di tempat Tia saat waktu masih menunjukan jam delapan pagi lewat. "Cepat banget lo udah datang" kata Tia.
"Ya daripada telat" kata Andra sambil masuk ke dalam apartment Tia. Andra mengenakan kaus ketat warna putih dan celana jeans. Sementara Tia hanya mengenakan celana pendek dan tanktop tidur.
"Please gue mohon banget sama lo. Gue tahu lo baik. Lepasin gue. Gue janji gak akan menghina dan kasar sama kaum lo lagi" kata Andra memohon. "Gue akan setor transfer tiap bulan asal lo mau lepasin gue" kata Andra lagi.
"Kaum? Lo kira kita spesies unik apa sehingga lo bilang kita kaum?" kata Tia. "Baru gini aja lo udah ngehina gue" kata Tia.
"Ok ok gue salah. Dan gue janji akan perbaiki. Gue akan minta maaf bersujud sama lo dan teman-teman lo. Tapi lepasin gue." Kata Andra.
"Ya itu emang harus lo lakuin. Bersujud dan minta maaf. Cium kaki juga" kata Tia "Tapi lo tetap jadi budak gue. Lo harus nurut sama gue. Gak perlu gue ingetin kan apa akibatnya kalau lo nolak" kata Tia.
"Tolong lah" kata Andra sambil berlutut di depan Tia yang sedang duduk di sofa dan menyalakan rokoknya "Gue cowok normal. Gue akan bayar, berapa pun asal sesuai kemampuan gue." Kata Andra.
"Enak aja lo ngatur-ngatur. Gue yang punya kendali" kata Tia dengan santai.
"Bangsat lo emang bencong. Gue udah coba minta baik-baik. Tapi lo tetap ngelunjak" kata Andra sambil bangun berdiri.
"Terus lo mau apa? Pukul gue? Bunuh gue? Silahkan." Kata Tia. "Masalahnya emang lo sanggup semua orang ngomongin lo? Bukan masalah lo ngebunuh gue atau mukul guenya atau karena lo dipenjara. Tapi karena liat lo keenakan dientot sama bencong. Mau lo?" kata Tia masih dengan santai dan tersenyum. Mendapatkan peringatan seperti itu, Andra tidak tahu harus berbuat bagaimana. Bukan hanya karirnya yang akan hancur. Kehidupannya juga akan hancur. Andra terbayang bagaimana teman-teman kantor, gym atau teman dekatnya akan mencibirnya mengetahui bahwa Andra yang jantan dan gagah perkasa namun menjadi bottom saat diranjang bersama waria.
"Udah deh. Selama lo nurut sama gue, hidup lo aman" kata Tia.
"Mulai saat ini lo harus panggil gue madam. Dan gue gak segan-segan kirim video atau foto ke teman lo kalau lo gak turut perintah gue" kata Tia sambil mengambil rokok dari bungkusnya.
"Iya madam" kata Andra.
"Kasih gue api" kata Tia. Andra lalu mengambil korek api di meja dan menyalakannya. Lalu mendekatkan api ke rokok Tia. Setelah rokoknya menyala Tia menghisapnya dan menghembuskan asapnya ke wajah Andra. "Di luaran lo boleh umbar kejantanan lo. Tapi saat sama gue lo keluarin kebinalan lo sebagai betina. Badan lo tuh milik gue. Jadi gue bebas lakuin apa aja ke lo" kata Tia
"Hai Cin" kata Merry menyapa Tia yang masih duduk bermalas-malasan di sofa. "Makasih lho udah kasih pelajaran ke cowok sok jago ini" kata Merry.
"Udah lo apain aja cin?" tanya Donna.
"Paling gak udah gue ajarin sopan santun" kata Tia. "Misal kalau kita lagi ngumpul gini, dia harus posisi berlutut, iya kan?" kata Tia sambil melihat ke Andra seakan memberikan isyarat. Seakan memahami maksud dari Tia, perlahan Andra menurunkan tubuhnya sehingga dalam posisi berlutut.
"Ya udah. Lo dengar kan. Nama lo sekarang siapa. Mulai saat ini kita akan panggil lo anjing. Gak masalah kan?" kata Tia sambil tersenyum.
"Panggilan ..... saya..... anjing ... madam" kata Andra dengan perlahan.
"Badan gede suara koq pelan banget. Kalah sama banci. Coba ulangin tadi yang terakhir kamu ngomong apa?" tanya Tia.
"Saya... anjing" kata Andra dengan bergetar.
"Nah itu baru betul" kata Tia tersenyum yang diiringi dengan tertawanya Merry dan Donna.
"Berarti kalau anjing harusya gonggong dong" kata Donna. "Mana gonggongannya" kata Donna lagi.
"Ayo mana? Omongan teman-teman gue mewakili gue juga lho" kata Tia. Andra menatap Tia sejenak seakan memohon lalu memandang ke arah Donna dengan pandangan yang kesal.
"Guk.. guk... guk ... guk" kata Andra sambil mengeluarkan suara gonggongan yang membuat Merry dan Donna tertawa terpingkal-pingkal.
"Hahaha emang pantas lo jadi anjing" kata Merry.
***************
Andra sedang berbaring di kamarnya setelah seharian dirinya dipaksa melayani Tia dan teman-temannya secara seksual. Bukan hanya penderitaan seksual yang dirasakan Andra, namun pelecehan dan perendahan akan ego dan harga dirinya. Andra merasa dirinya lebih rendah bahkan dari seorang pelacur. Andra mengambil handphonenya dan mengamati beberapa photo yang dikirimkan Tia ke whatsappnya. Terdapat beberapa photo yang diambil Tia saat Andra melayani teman-temannya. Termasuk photo muka Andra yang berlumuran sperma. Ada juga photo saat Andra melakukan oral ke Donna dan Merry.
Andra bangun dan duduk di tempat tidur. Tubuh telanjangnya dalam keadaan telanjang bulat. Andra menarik nafas panjang. Fikirannya berkecamuk. Apa yang terjadi tentunya membawa pengaruh bagi Andra. Andra merasakan dirinya kotor dan sangat terhina. Harga dirinya jatuh. Apalagi saat ini Tia sudah benar-benar menguasai Andra. Bukan hanya tubuh namun juga kehidupan Andra. Andra berada dalam kekang kendali dari Tia.