Seorang pemuda yang di ketahui bernama Alvias itu, duduk terikat di sebuah kursi dan menatap datar seorang pria kekar di hadapannya.
Pria itu maju, menodongkan sebuah revolver pada kening Alvias. "Mengapa kau tidak membunuhnya." Itu bukan sebuah pertanyaan, tapi pernyataan.
"Aku tidak membunuh anak kecil." Jawab Alvias datar tanpa ada rasa takut.
Pria itu bersmirk "Heh, yang benar saja," Revolver itu turun, mengelus pipi lebam Alvias. "Dengan kau tidak membunuhnya, sama saja kau gagal dalam misi itu. Dan kau tahu aku paling tidak menyukai kegagalan? Orang yang gagal pantas untuk mati." Alvias terdiam.
"Dengar Al," Mendongak kan dagu Alvias agar menatap nya. "Aku akan memberikan mu satu kesempatan lagi, bunuh anak itu sekarang, atau kau yang akan aku bunuh dan ku biarkan mayat mu mati membusuk di sini."
"Bagaimana jika aku yang lebih dulu membunuhmu, Dev?"
Pria itu —Dev— semakin menekan Revolver nya pada dagu Alvias. "Maka hal itu tidak akan pernah terjadi. Sadari posisi mu di bawah kendali ku, bagaimanapun kau menyangkalnya. Kau tidak akan bisa lari kemanapun selagi aku masih hidup."
Udara di ruangan itu terasa menyesakkan, masing-masing dari dua atma itu saling melemparkan tatapan tajam dengan aura yang tidak mengenakan.
Pupil mata Alvias berubah menjadi semerah darah, sebelum kembali seperti semula. "Berarti aku harus membunuhmu terlebih dahulu, jika ingin kebebasan bukan?"
Tubuh Dev menegang saat melihat pupil mata Alvias yang berubah menjadi semerah darah. Sesaat kemudian, pria itu tertawa terbahak-bahak. "Kau bercanda?" Tanya nya dengan nada jenaka.
"Dasar gila. Astaga, bagaimana bisa aku menjadi bawahan pria gila ini." Batin Alvias tertekan, menyesali keputusannya enam tahun lalu untuk ikut organisasi ini.
Sedikit cerita pada saat itu, kepribadian Alvias yang lain —Alter Ego— membantai habis seluruh keluarganya, karena sudah tidak tahan melihat Alvias yang selalu di siksa. Puncaknya saat Alvias mendapatkan pelecehan dari kakak kandung laki-lakinya.
Dan pada saat kejadian pembunuhan itu terjadi, hal itu di saksikan secara langsung oleh Dev.
Dev menawarkan Alvias untuk bergabung dengan organisasi nya, awalnya Alvias menolak. Tetapi pria itu memaksanya dengan di iming-imingi akan selalu menjaganya dan memenuhi seluruh kebutuhannya —Alvias pada saat itu berumur empat belas tahun.
Alvias yang tergiur, tanpa pikir panjang menyetujui penawaran itu. Dan saat ini, dia menyesali keputusan nya.
Melihat Alvias hanya melamun dengan tatapan kosong, membuat pria di hadapannya geram. Dev memukul kepala Alvias menggunakan ujung Revolver miliknya. Membuat Alvias tersadar dari lamunannya.
"Kau tau kesabaran ku tidak sebesar itu." Nafas Dev memburu, hidungnya kembang kempis.
Alvias menundukkan kepalanya, kepalanya terasa sangat pusing. Darah mengucur keluar, mengotori wajah manisnya.
Dev mendongakkan paksa kepala Alvias dengan menarik rambutnya, terlihat wajah yang di penuhi oleh lebam itu tertutupi dengan darah. Namun atma di hadapannya ini tidak mengeluarkan ringisan sedikitpun, seolah-olah rasa sakit ini sudah biasa ia dapatkan.
"Kau benar-benar ingin mati ya!?"
"You're the one who's going to die, bastard!"
Alvias menancap kan pecahan kaca pada lengan Dev, membuat pria itu berteriak kesakitan dan melepaskan jambakannya. Tujuan Alvias memprovokasi Dev untuk mengulur waktu, agar dia bisa melepaskan tali yang membelenggu tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
destroying the groove
De TodoSeorang Assassin bersama Alter ego yang bertransmigrasi ke dalam Novel, dan menjadi seorang Figuran. CERITA BL⚠️ Start: 10 Januari 2024 End:-