ch 11

20.2K 1.6K 37
                                    


BRAKK!

Pintu di buka dengan begitu keras hingga mengejutkan Alvias, anak itu melihat ke arah pintu dengan kedua matanya yang memerah dan berlinang air mata.

"Baby ada apa!? Kenapa berteriak?" Carlos mendekati Alvias dan menangkup wajah sembabnya. Masih terdengar isakkan kecil. "Kenapa menangis?"

Alvias tidak menjawab, pikirannya kosong. Entah ia harus bereaksi seperti apa, mimpi itu .., mengingatkan ia akan trauma nya kembali.

Di perlakukan dengan tidak manusiawi oleh keluarganya sendiri, di lecehkan oleh seorang pelayan, setiap hari tubuhnya selalu mendapatkan lukisan. Entah itu di cambuk, di pukuli atau di sayat —bahkan Alvias pernah di siram dengan air panas hingga kulitnya melepuh dan membutuhkan waktu beberapa bulan untuk pemulihan.

Mengingat semua itu, membuat perut Alvias seperti di aduk. Alvias menyingkirkan tangan Carlos dari wajahnya, lalu berlari ke arah bathroom. Ia memuntahkan isi perutnya di wastafel, wajahnya memerah, dan ia kembali menangis dengan histeris.

"ALVIAS!"

Mereka panik saat melihat Alvias muntah dan menangis dengan keras. Rezvan ingin memeluk Alvias untuk menenangkan nya. Akan tetapi, belum sempat tangan itu menyentuh tubuh Alvias, tangannya sudah lebih dulu di tepis oleh Alvias membuat Rezvan mematung. Tangannya menggantung di udara.

"KOTOR! JANGAN MENYENTUH KU! ... Ad ada sesuatu di dalam si sini .., k-kotor, kotor, kotor," Alvias meremas dan memukuli perutnya berkali-kali dan terus mengulangi kata yang sama, 'kotor'.

Edgar berusaha menghentikan Alvias yang terus memukuli perutnya, namun saat ia mendekat, tubuhnya terhuyung ke belakang dan terjatuh membentur dinding, Alvias mendorong nya dengan sangat kencang.

Carlos yang sudah tidak tahan melihat Alvias yang lepas kendali, memukul tengkuknya hingga pingsan. Sebelum tubuh Alvias menghantam lantai, Carlos menahannya.

Menggendong Alvias bridal style membawanya keluar dari bathroom, dan membaringkan tubuh ringkih itu di atas ranjang.

"Kau tidak apa-apa, Ed?" Tanya Liona, membantu kembarannya berdiri.

Edgar hanya berdehem, tanda bahwa ia baik-baik saja, ketiganya ikut keluar dari bathroom.

"Apa yang terjadi dengan Alvias sebenarnya? Saat dia terbangun dari komanya tiga bulan lalu, perilaku nya sangat aneh .., seperti bukan Alvias saja."

Carlos menatap rumit Alvias, pria itu sadar, Alvias memang berubah 180° saat anak itu bangun dari komanya.

"Bukannya hal itu wajar? Alvias koma selama dua bulan dan ketika terbangun, Dokter memvonis dia kehilangan ingatan nya.  Jadi saat Alvias mendapatkan ingatannya kembali secara tiba-tiba, Alvias pasti mengalami  delusi di mana dia tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak."

"Masuk akal. Tapi paman, sejak kapan Alvias memiliki sindrom little space? Kurasa ini baru pertama kalinya sindrom itu muncul." Rezvan bertanya kepada Edgar dengan rasa penasaran yang sudah memuncak.

Wajah Edgar berubah menjadi sangat buruk saat mengingat hal itu. "Aku sudah mengingatkan mu berkali-kali untuk tidak memanggilku paman, aku belum se tua itu. Dan soal sindrom nya kurasa itu memang baru pertama kalinya muncul, dan itu di sebabkan karena ingatan buruk nya tentang kita, mentrigger sisi little nya,"

Rezvan mengangkat sebelah alisnya, "Aku tidak salah dengar, kan. Kita? Kalian saja kali. Kami sudah lama keluar dari keluarga bajingan itu. Dan kami tidak ada sangkut pautnya dengan keadaan Alvias saat ini. Kalian! Kalian lah penyebab Alvias menjadi seperti ini!"

destroying the grooveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang