3 - MONTGOMERY, IS EVERYTHING ALRIGHT?

1 0 0
                                    


"Ethan... Ethan....". Ethan mulai membuka kedua matanya perlahan mendengar suara Alfred, sang Ayah memanggilnya.

"Ethan, bangun, nak...".

"Ahhh, Ethan... kau baik-baik saja?" Sahut Alfred melihat Ethan yang terlihat sudah siuman.

"Ya, Ayah. Apa yang terjadi padaku?" Tanya Ethan bingung memijat halus pelipisnya.

"Tidak tahu, Ayah kemari untuk memastikan kau baik-baik saja dan Ayah mendapatimu tergeletak di lantai tak sadarkan diri. Ethan, apa kau mengingat sesuatu?" Sedikit-sedikit Ethan mulai mengingat apa yang telah terjadi kepadanya.

"Seingatku, aku hendak meminum obat kemudian aku terjatuh dan...."

"Dan apa?" Tanya Alfred penasaran.

"Rasanya aku melihat suatu tempat dan ada seorang pria di sana. Ehmm... Ayah, sepertinya aku berhalusinasi lagi". Jawab Ethan sambil berusaha mengingat hal lain yang mungkin ia lihat atau dengar juga.

"Baiklah kalau begitu". Ujar Alfred terlihat masih khawatir.

"Mont..Montgomery". Ethan mulai mengingat sebuah kata yang pria itu menyuruh Ethan untuk mengingatnya. Montgomery, terdengar seperti sebuah nama.

"Montgomery?!" Sahut Alfred dengan nada kesal, hampir membuat Ethan terkejut.

"Y-Yaa... Montgomery. Pria itu menyuruhku untuk mengingat kata itu Ayah". Sahut Ethan memutar badan ke arah Ayahnya. Alfred terlihat semakin kesal mendengarnya. Ia kemudian terbangun dan merogoh ponsel di saku celananya.

"Ethan, kau baik-baik saja jika Ayah pergi keluar sebentar?" Tanya sang Ayah dengan raut wajahnya yang terlihat marah.

"Ya, tentu saja. Aku sudah merasa lebih baik". Jawab Ethan tersenyum ke arahnya. Alfred segera pergi meninggalkan kamar Ethan dan Ethan sendiri yang sedang kebingungan. Kenapa Ayahnya terlihat kesal terhadap nama itu? Pikir Ethan.

Tiba-tiba saja ponsel Ethan bergetar tanda seseorang menelponnya. Ethan segera meraih ponselnya yang berada di atas nakas tak jauh dari tempat ia sekarang berbaring. Ternyata itu panggilan dari temannya, Hugh Valerio.

Tumben sekali Hugh menelpon Ethan di pagi hari, biasanya dia akan masih tertidur. Tak lama Ethan pun segera mejawabnya. 

Ternyata Hugh meminta Ethan untuk datang ke tempatnya, katanya untuk merayakan hari ulang tahun Ethan. Aneh sekali, seharusnya itu dirayakan di rumah Ethan, bukan? Hugh beralasan malas berpergian jauh dan merasa kurang sehat, padahal jarak rumah Ethan dan apartemen Hugh bisa dibilang cukup dekat bahkan bisa ditempuh dengan jalan kaki. Lagipula, jika benar ia sedang tidak sehat, Ethan jauh lebih parah darinya. Ethan tahu alasan Hugh sebenarnya tidak ingin berpergian dari rumah, Hugh ketakutan oleh isu yang banyak diberitakan dimana-mana akhir-akhir ini.

Hugh takut mutant. Hugh selalu mengatakan mutant itu kejam, pembunuh, monster, terkutuk dan bahkan titisan iblis. Hugh memang terdengar sangat membenci mutant, tapi dia tidak pernah berhenti membicarakannya.

Entah sudah berapa ribu kali dia membicarakan tentang mutant kepada Ethan selama mereka berteman. Hugh memang suka membaca buku, dia banyak membaca buku-buku legenda, mitologi dan dongeng, tidak heran jika dia banyak tahu tentang mutant. Ethan tidak pernah terlalu menggubris apa yang Hugh bicarakan tentang mutant dan mahkluk mitologi lainnya, Ethan tidak terlalu peduli tentang mereka, lagi pula Ethan tidak pernah melihat satu pun apalagi berurusan dengan mereka sampai saat ini dimana mutant banyak dibicarakan. 

Ethan kemudian bersiap-siap sedikit merapikan dirinya untuk pergi ke apartemen Hugh setelah mereka mengakhiri telepon. Ya, Ethan mengalah.

Ethan segera turun dari kamarnya bergegas mencari Alfred untuk memberitahunya bahwa ia hendak pergi keluar, ke tempat Hugh lebih tepatnya. Ethan mendapati Ayahnya berdiri di halaman belakang rumah, dan sepertinya ia sedang menelpon seseorang. 

"Richard, kau keterlaluan! Aku akan menghabisimu!" Ethan berjalan mendekati Ayahnya sampai sebuah kalimat yang baru saja keluar dari mulut sang Ayah membuat langkah Ethan terhenti. Ethan benar-benar dibuat terkejut olehnya, tidak pernah sekalipun Ethan mendengar Ayahnya berbicara seperti itu. Ethan tahu kalimat itu bukan untuknya, Ethan mendengar Ayahnya menyebutkan satu nama. Richard, siapa lagi Richard?

"Aya-"

"Bajingan! Kau tidak menghargai keputusanku!" Kalimat berikutnya membuat Ethan mengurungkan niat untuk berbicara pada Ayahnya. Entah hal fatal apa yang telah dilakukan oleh orang itu -Richrad, orang yang Alfred hubungi sampai-sampai membuatnya marah besar. Dia benar-benar marah dan sepertinya sangat tidak tepat untuk Ethan ajak bicara saat ini. 

Ethan beranjak pergi meninggalkan rumahnya tanpa sepengetahuan Alfred. Ethan tidak tahu apakah yang ia lakukan ini salah atau tidak. Ethan rasa ia ketakutan, bukan lagi terkejut. Untuk sekedar berbicara pada Alfred saja Ethan tidak bisa, Ethan tidak pernah melihat Alfred seperti itu seumur hidupnya. Melihat Alfred memarahi orang lain saja rasanya sungguh menyeramkan bagi Ethan. Ethan tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya jika ia sendiri yang dimarahi. 

GENEFREAKSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang