16 Kakak

50 6 11
                                    

⚠️ Alurnya makin gak jelas
⚠️ Typo bertebarannnnn...!!

____________

Dari kejadian dimana Jiya di klaim sebagai penghianat, secara terang-terangan mereka menjauhi Jiya, tak peduli dengan keberadaan, dimana, dengan siapa Jiya mereka tak peduli. Sedangkan 4 hari Jiya merasakan sendiri tanpa ada teman cerita seperti dulu bahkan Arthur pun tidak bisa dihubungi.

Seperti sekarang, Jiya baru saja pulang dari kantor. Dan saat memasuki mansion tak ada sambutan kecil seperti dulu, sapaan, lirikan atau apapun itu mereka benar-benar menganggap Jiya angin lewat. Hanya saja jika mereka menyadari keberadaannya mungkin hanya lirikan sinis yang didapat.

Markas sudah tak bisa lagi Jiya masuki, ia selalu dicegat oleh penjaga gerbang begitupun saat ia berhasil masuk pasti salah satu dari anggota Diamond yang berjaga terang-terangan mengusir. bahkan namanya sudah tak tercantum lagi dalam daftar berjaga markas.

Jujur Jiya muak, ingin rasanya ia mengakhiri semua ini. Ia masih belum bisa menemukan jalan keluar dari masalah. waktu sudah berjalan 4 hari dan tak ada lubang keluar.

Jiya berada dikamarnya, duduk di kursi meja dengan tangan yang menggenggam sebuah polaroid berisikan 16 orang yang tertawa lepas.

Ia beralih pada ponsel retaknya yang berada di atas meja. Retak? Benar ... Itu disebabkan beberapa hari lalu Hyunsuk membanting ponsel itu ketika berdebat dengan Jiya pasal berkhianat.

Tok tok tok

Ceklek

Jiya menoleh pada pintu, terdapat Jeongwoo yang berjalan kearahnya dengan tangan yang bertaut dibelakang badan, dia duduk di sisi meja.

" Aku tak berkhianat.." gumam Jiya. Jeongwoo tersenyum ia mengeluarkan satu buah bungkus berisi donat machta yang Jiya sangat sukai.

" Jhon bilang manis mengusir rasa sedih marah dan lain-lain." Jiya tersenyum kecil, ia menerima dengan senang hati pemberian orang yang masih ada interaksi cukup baik dengannya itu.

" Aku senang kau masih ingin berbicara denganku.."

" Namun ini karena janjiku kan? ... Janji untuk mempertemukanmu dengan ibumu."

Jeongwoo diam, ia tak menyangka sejauh itu jiya berfikir. Jeongwoo tak bermaksud begitu ia hanya akan balas Budi terhadap Jiya yang sudah sangat baik dalam menjaganya seperti adik sendiri, ia tak memikirkan tentang ibunya. Jika boleh jujur, Jeongwoo sudah ikhlas jika ibunya benar-benar pergi.

" Noona ... Aku memang percaya padamu."

Jiya berpaling arah, ia membuang foto yang ia genggam pada kotak sampah disana. Kemudian berdiri dari duduknya membuat Jeongwoo juga ikut menegakkan tubuhnya.

" Mau kemana?."

" Terimakasih... Aku janji untuk menepati janji itu."

Jiya menepuk bahu Jeongwoo lalu pergi meninggalkan pemuda itu yang menatapnya sendu disana. Jeongwoo menutup matanya, tangannya menggenggam dalam hatinya ia bertekad bahwa akan menemukan seorang yang sudah memfitnah orang tersayangnya itu.

Tuk .. tuk ..tuk

Langkah kakinya menuruni tangga terdengar oleh seorang yang berada di dapur, Jane. Namun tak akan dihiraukan oleh gadis itu.

Dengan keberanian yang terkumpul ia memutuskan untuk menghampirinya.

" Jane."

Jane hanya diam sambil melakukan pekerjaannya membuat Jiya menghela nafas, selalu saja begini batinnya. Ia mendekatkan diri pada Jane yang memotong sesuatu.

RUBY WORLD Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang