Bab 9

47 24 84
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ




“Sekarang juga, Daddy mau kamu pindah sekolah ke luar negeri!” Ucap seorang Ayah, ialah Ayah tiri Devan, hidup Devan berganti-ganti pengasuh. Dengan ayah tiri nya sudah hampir 3 tahun yang sebelumnya Devan hidup bersama pamannya. Karena pamannya tidak sanggup ia nafkahi jadi ia di asuhkan ke panti asuhan.

Sejak itu Devan di asuh oleh Bos perusahaan besar yang tidak punya istri tapi ingin sekali punya anak.

“Devan ga mau pindah sekolah. Titik.” Devan meninggalkan ayahnya dan berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.

“DEVAN!!”

“Kalau tidak nurut sama Daddy, Daddy gak akan kasih kamu uang sehari-hari lagi. Camkan itu.”

Jeglek!

Devan menutup pintu kamarnya dengan kasar. Lalu ia berbaring di tempat tidur, membuka handphone sudah banyak notif chat yang menumpuk dari Aira, sang kekasih. Membaca pesan dan menutup kembali, tidak merespon apapun.

Devan benar-benar ingin putus asa, mengambil gelas berisi air dingin dan meminumnya. Ia merenung meratapi nasibnya. Sekarang ia dikeluarkan dari SMPN LENTERA BANGSA, ia harap bisa sekolah di SMPN LENTERA BANGSA kembali.

Tetapi, kepala sekolah sudah muak dengan Devan, tidak pernah berubah.

Ia mengambil kunci motor lalu bergegas ke garasi diam-diam, menyalakan motor lalu pergi keluar bahkan Devan tidak ada tujuan untuk keluar rumah, karena merasa rumah bukanlah tempat untuk menghilangkan lelah nya.

Devan berhenti di sebuah jembatan sungai yang amat sangat sepi. Lalu duduk di pinggir jembatan menatap langit cerah, bulan yang bersinar selalu didampingi oleh bintang-bintang yang bertebaran di langit malam. 

“Siapa orang tua ku sebenarnya ya Tuhan.” Devan mengusap kasar wajahnya.

Sudah 15 menit Devan berdiam disana, ia bingung harus kemana lagi agar dia bisa diterima dengan baik. Devan memutuskan untuk kembali ke panti asuhan yang ia tinggali dulu. Sekitar 30 menit perjalanan untuk menuju ke lokasi panti asuhan, setelah sampai Devan memakirkan motornya di halaman panti asuhan. Terlihat panti asuhan sudah tutup, Devan berjalan ke perumahan yang dimana disitulah pengasuh panti asuhan berada.

Devan melihat ada seseorang yang keluar dari perumahan tersebut, bergegaslah ia melangkahkan kakinya menghampiri sosok seseorang tersebut. Devan memeluk seseorang tersebut dan berkata “Umi, Devan kangen.”



“Lebih baik Hafiz pake gamis warna item ini deh, kalo pake setelan baju ama celana, ribet.”
Akmal sedang memilih pakaian ganti untuk Hafiz karena hari ini ia diperbolehkan pulang ke rumah. Ketahuilah Hafiz tinggal di pondok pesantren milik Abah Agus, tetapi ia terkadang tinggal di asrama sekolahan.

Akmal pun memberikan pakaian ganti ke Hafiz, dan mengantarkan Hafiz ke kamar mandi untuk bebersih badan. “Mal, jangan pergi kemana-mana ya, biar aku teriaknya ga keras-keras.”

“Iya-iya, aku tunggu di sofa.” Sudah dua hari ia menemani Hafiz di rumah sakit. Tidak hanya Akmal, teman-temannya pun menjenguk Hafiz.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PEMUDA DAKWAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang