2: Gibah vs Curhat

7 5 0
                                    

Selamat datang kembali guys. Selamat malam. Sudah siap bersama cemilan untuk menemani kalian selagi membaca kisah bapak bulan?

Happy reading ❣️❣️

Semua orang juga tahu betapa menyenangkannya menggosip kan? Disini lah Aruna sekarang, duduk dikantin ditemani dengan segelas es teh manis. Berhadapan dengan sosok Zevara, gadis cantik yang doyan menggosip.

"Kan. Gue juga bingung sama itu anak. Udah bang Gio bilangin kalau bang Wisnu itu gak suka sama dia. Eh masih aja dikejar-kejar sampe ke perusahaan. Mungkin harus dilaporin ke om Wijaya ya, kalau dilaporin ke Tante Ira yaa kelar. Yang ada malah bang Wisnu yang kena." Papar Zevara panjang lebar. Jujur Aruna jadi bingung sendiri.

Tadinya Aruna hanya bertanya kepada Zevara siapakah sosok Wisnu yang dimaksud Arka semalam. Eh tidak tahunya Zevara malah memberikan informasi yang terlalu berlebih.

Saking berlebihnya, Zevara sudah seperti menceritakan setengah perjalanan hidup Wisnu. Dimulai dari keluarga Wisnu, percintaannya, sampai ke cewek yang mengejar-ngejar Wisnu, semuanya Zevara ceritakan.

"Owh, jadi Wisnu itu temannya bang Gio yang juga sebagai sekertaris nya di perusahaan ya, oke-oke." Balas Aruna seadanya.

"Iya, gue juga bingung sih kenapa bang Wisnu memilih buat jadi sekretarisnya bang Gio. Padahal ayahnya sendiri juga punya perusahaan properti yang sudah siap diberikan ke bang Wisnu." Ujar Zevara sambil mengaduk-aduk minumannya dengan sedotan.

"Entahlah, kita tidak tahu pemikiran bujang." Canda Aruna sebelum meminum es teh miliknya yang sudah tersisa seperempat.

"Eh, ngomong-ngomong. Gimana sama kak Arka? Sudah mendingan?" Tanya Zevara sambil menatap Aruna.

"Alhamdulillah udah mendingan. Mungkin udah bisa pulang hari ini kalau gak ya besok." Jawab Aruna.

"Kenapa gak dibawa ke rumah sakit di Singapura aja sih? Lebih lengkap peralatannya juga. Khawatir aja kak Arka kenapa-napa, soalnya kasihan juga gue lihatnya bolak-balik ke rumah sakit terus. Kalau ditangani sama yang lebih ahli kan juga lebih enak. Kasian juga Fhera, kegiatan sekolahnya jadi terganggu." Ujar Zevara.

Aruna menipiskan bibirnya lalu menghela nafasnya berat, "maunya aku juga gitu Ra, cuman kak Arka sama ibu yang gak mau. Katanya kendala di biaya lah, apa lah. Padahal aku disini juga siap bantu loh, kayak ya aku ini juga bakal jadi keluarga mereka gitu loh."

Kedua mata Aruna mulai berkaca-kaca dan memerah, suaranya juga menjadi sedikit tersendat-sendat, "aku khawatir kak Arka kenapa-napa Ra, sekarang sakitnya sering kambuh ... Aku takut."

Tidak sanggup melanjutkan perkataannya. Aruna mulai menutup wajahnya yang sudah memerah dengan kedua telapak tangannya dan mulai terisak.

Melihat sahabatnya yang mulai menangis, dengan cepat Zevara beranjak untuk memeluk tubuh Aruna.

"Gue tau kak Arka kuat Na, nanti kita bujuk mereka lagi yah? Gue bantu." Ujar Zevara mencoba menenangkan sambil mengusap punggung Aruna.

"Jantung kak Arka yang sakit Ra, aku juga ikut sakit ... Kak Arka sering ketawa Ra. Tapi aku tau, kak Arka sakit. Kalau sakit seharusnya kak Arka nangis aja jangan ketawa." Aruna menangis sambil ikut memeluk Zevara, tubuh Aruna lemas kalau sudah berbicara tentang sakitnya Arka.

"Aku enggak suka kak Arka nutupin sakitnya dengan ketawa Ra, papa nya kak Arka meninggal karena sakit itu, aku takut Ra." Ujar Aruna ditengah isak nya.

"Hus, gak boleh bilang gitu. Kita berdoa sama-sama untuk kesembuhan kak Arka. Berdoa juga supaya hati kak Arka sama ibunya melunak buat diajak berobat di rumah sakit yang lebih lengkap peralatannya." Ujar Zevara sambil mengusap-usap punggung Aruna yang masih bergetar karena menangis. Jujur rasanya Zevara juga ingin menangis melihat Aruna. Zevara tahu betul bagaimana kisah cinta antara Aruna dan Arka. Zevara tau sebagaimana besarnya rasa cinta antara keduanya.

Jika diingat-ingat dulu sewaktu masih SMP, Arka yang notabene adalah siswa SMA rela membolos sekolah demi bisa menjemput Aruna. Yaa meskipun akhirnya Arka mendapat penolakan dari Aruna, tapi itu dulu. Kalau sekarang jangankan menolak, yang ada Aruna lah yang selalu mengekor Arka.

Zevara juga tau betapa susahnya dulu Arka mendapatkan izin untuk memacari Aruna dari ayahnya. Arka sampai dipermalukan oleh ayahnya Aruna saat Arka menjemput Aruna sekolah.

Dulu ayahnya Aruna selalu mencemooh Arka yang tidak tahu malu mendekati Aruna. Dari segi finansial memang Arka kalah telak dari keluarga Aruna. Dulu saat SMA kelas 1, saat Aruna akhirnya membalas perasaan Arka setelah sekian lama. Dapat dengan jelas Zevara melihat kebahagiaan diantara keduanya, tetapi dihancurkan oleh ayahnya Aruna.

Zevara paham kalau ayah dari sahabatnya itu sangat selektif dalam memilih calon menantu karena ingin anak semata wayangnya hidup bahagia dan berkecukupan. Tapi caranya yang salah.

Saat ayahnya Aruna tau kalau putrinya itu berpacaran dengan Arka, beliau malah murka, bahkan sampai melukai Arka. Bukan cuma hati Arka yang beliau hancurkan, tetapi juga fisiknya.

Zevara ingat ketika dulu Aruna curhat dengan bercucuran air mata, Aruna menceritakan kejadian yang dialami Arka ketika dihajar habis-habisan oleh bodyguard ayahnya tepat di depan Aruna.

Sampai baru beberapa bulan ini hubungan keduanya mendapat restu dari sang ayah, karena Aruna terus menangis di pelukan sang mamah. Dihadapan ayahnya juga Aruna menceritakan semua alasan dirinya memilih Arka. Karena kelembutan hati seorang Arka, kegigihan seorang Arka, semuanya. Baik buruknya seorang Arka, Aruna tau.

"Gue tahu betul perjuangan kalian berdua. Gue yakin Tuhan bakal memberikan kebahagiaan ke kalian dimasa depan. Kalian berdua harus kuat. Kapal gue gak boleh karam, oke?" Zevara terus mencoba menghibur Aruna.

Perlahan hati Aruna mulai tenang, Aruna melepas pelukannya sambil mengisap pipinya, menghapus air mata yang terus mengalir.

"Jangan nangis lagi ya? Gue jadi ikut sedih nih." Ujar Zevara sambil ikut mengusap pipinya. Tidak dirasa ternyata air mata Zevara ikut mengalir sedari tadi.

"Makasih ya Ra udah mau dengerin aku nangis, kalau diingat-ingat, kayaknya kalau aku curhat sambil nangis-nangis itu ke kamu terus. Jangan capek sama curhatan dan air mata aku ya Ra?" Tanya Aruna sambil terkekeh kecil.

"Santai Na, gue gak akan pernah capek. Mau Lo cerita kisah Lo dari zaman batu juga gue dengerin." Canda Zevara.

"Zaman batu, emang aku kera apa?" Balas Aruna sambil memukul lengan Zevara main-main.

"Lho, belum sadar juga yah?" Ujar Zevara sambil tertawa yang diikuti oleh Aruna.

Akhirnya Aruna tertawa lagi, lega Zevara lihatnya.

"Kalau suatu hari nanti aku datengin kamu sambil nangis-nangis, tolong tenangin aku ya Ra, jangan biarin aku milih jalan yang salah." Pinta Aruna yang dibalas anggukan kepala dari Zevara.






(Bersambung)

Sampai di penghujung episode 2 nih haha sengaja bikin sedikit, takut bosen soalnya cuma sesi curhat aja.
Ngomong-ngomong soal curhat, kalian biasanya kalau curhat itu ke siapa sih? Ke sahabat kah? Atau ke orang tua? Kerabat? Atau bahkan ke pacar?

Duh enak banget kalau ngomongin pacar. Sayangnya aku gak punya huhu sedih ಥ_ಥ
But it's ok, kalau yang gak punya pacar kita punya oppa, Gege, dan bujang-bujang lainnya dari berbagai belahan dunia. Semangat ges wkwk.

Sampai sini dulu yah, aku pamit. Assalamualaikum.

Love you guys ❤️❤️❤️

MOON LIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang