V

1.3K 160 4
                                        

Alio turun dari mobil yang mengantarkannya, ia melihat sekolah yang kini akan menjadi neraka kedua untuk dirinya. Semua masalah Alio itu bermula pada bangunan keramat ini, Alio menghela nafas lemah. Sial yang sudah terjadi maka terjadilah.

"Terimakasih pak Jaka"

Alio berterimakasih pada supir yang bernama pak Jaka, didalam novel pak Jaka ini tidak terlalu di sorot tapi jelas ia salah satu karakter yang selalu berada di sisi Alio.

"Iya sama-sama den, sana masuk nanti pulang telepon saja bapak niscaya bapak akan meleset menjemput den Alio bak Superman"

Pak Jaka berbicara sambil melontarkan beberapa lelucon, Alio yang mendengarnya tertawa dengan tingkah pak Jaka. Apa lagi dengan logat Jawa nya, membuat nada bicara pak Jaka terdengar lucu.

"Siap dimengerti"

Alio berujar sambil memberi hormat kepada pak Jaka yang dibalas juga dengan pak Jaka, mereka berdua tertawa dan berakhir dengan Alio yang berpamitan untuk masuk.

"Buset gede banget dah ini sekolah, untung nih bocah ngasih gue ingatan!"

Alio membantin sambil melihat sekitar, Ia tertarik saat melihat taman bunga yang dipenuhi bunga favoritnya yaitu Lily putih. Sudah pasti Angga akan menandakan tempat itu sebagai tempat favorit nya, saat asik melihat bunga Lily yang tertiup angin. Alio merasakan dirinya menabrak seseorang.

"Ouch, maaf"

Alio berujar, bisa ia lihat seorang perempuan terduduk di bawah. Alio mengulurkan tangannya  dengan tulus untuk membantu perempuan itu, sampai ia dikagetkan dengan rasa sakit yang ia dapatkan. Dirinya ditampar begitu keras, kepalanya tertoleh kesamping akibat kuatnya tamparan itu.

"Buset bang aba-aba dulu dong kalo mau nampar, gue kan belum siap!"

Alio meringis kala ia bisa merasakan bau amis, ah sial bibirnya berdarah. Ia lalu menatap kedepan bisa ia lihat sekumpulan pria dengan perempuan di dekapan mereka, Alio bisa melihat perempuan itu menangis.

"Apa yang sudah kau lakukan Alio?!, mau mencelakai Alleta lagi?"

Suara dengan amarah membuncah terdengar, Alio menatap segerombolan manusia didepannya dengan malas. Pasalnya ini masih pagi, ia malah harus menghadapi drama murahan ini.

"Saya tidak sengaja menabraknya, lagipula saya sudah meminta maaf dan mengulurkan tangan untuk membantu wanita itu"

Tentu penjelasan Alio tak mereka dengarkan, mereka ini segerombolan laki-laki yang fungsi otaknya berhenti hanya karena si pemeran utama. Iya kini Alio sedang berhadapan dengan pemeran utama sekaligus harem idiotnya.

"Sial memangnya kau pikir kami akan percaya dengan ucapanmu!?, setelah apa yang sudah kau lakukan pada Alleta"

Lagi salah satu dari mereka berbicara, muka mereka sudah kesal dengan hanya melihat Alio.

"Apakah saya menyuruh kalian percaya dengan ucapan saya?, saya sudah menjelaskan apa yang benar-benar terjadi itu pilihan kalian ingin percaya atau tidak. Atau lebih baik bertanya pada orang itu"

Alio menjawab dengan tenang, ia menujuk seseorang yang memang dari awal melihat kejadian. Percuma menjelaskan pada idiot ini, lebih baik ia berbicara dengan angin dibanding dengan para laki-laki dengan otak tergeser seperti mereka. Mau dijelaskan sampai bumi berubah menjadi bentuk segi lima mereka juga tak akan mengerti.

"Sudahlah, percuma menjelaskannya ke kalian yang bahkan tak ingin mendengarkan penjelasan dari pihak lain. Bodoh dan tak mempunyai jalan pikir, membuang waktu saja."

Alio berbicara dengan nada agak kesal, ia lalu berjalan dengan santai. Hidupnya tak akan mudah jika setiap harinya akan seperti ini, tapi menjadi Alio memang bukan  hal mudah. Resikonya memang, Angga malas untuk berpikir. Sial dirinya ingin tidur rasanya, mood nya rusak karena dedemit itu.

Different but SameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang