Suara ketukan terdengar, karena tak kunjung terdengar sautan pintu itu terbuka dan melihatkan Rachel yang membawa nampan berisi bubur. Rachel yang melihat Alio sudah tertidur tak tega membangunkannya, biarkan lah ia akan membuat bubur esok pagi untuk sarapan Alio.
"Mimpi indah Tuan Muda"
Rachel berbisik sambil mengusap lembut kepala Alio, ia perlahan keluar dan menutup pintu kembali. Waktu berlalu dengan cepat, Alio terbangun bahkan sebelum mentari sepenuhnya terlihat. Ia menguap lalu meregangkan tubuhnya.
"Jam berapa sekarang?, ku rasa aku terbangun terlalu cepat"
Alio bergumam dan mulai mengecek jam di nakas tepat disebelah ranjangnya, benar saja ia bangun terlalu awal. Alio yakin bahkan para pekerja di rumah ini belum tentu sudah bangun di jam 4.
Ini memang kebiasaannya saat masih menjadi Angga mungkin ini kebiasaan yang baik, Alio menguap dan mulai beranjak dari ranjangnya ia memilih menuju kamar mandi. tak memakan waktu lama Alio sudah rapi dengan seragamnya, ia sengaja sudah memakai seragamnya. Agar saat dipanggil nanti tinggal turun.
Alio dengan malas menuju balkon, ia memandangi langit yang bahkan belum terdapat sang mentari. Alio menghela nafas dengan lelah. Masih menjadi pertanyaan mengapa dirinya bisa berada di dunia novel ini. Tapi Alio tidak bisa terus-terusan berpikir bawa dunia ini adalah dunia novel, karena pasalnya orang-orang yang berada disini adalah manusia sama sepertinya.
Angga kembali teringat cerita novel itu, 'All the boys just love me' judul novel yang menurut Angga mengerikan. Ini cerita romansa dengan alur klise, mudah ditebak dan tak ada hal menarik dari cerita tersebut. Angga saja yang terlalu bodoh karena membaca novel itu, Alio sendiri adalah penjahat dengan segala sifat dan sikap buruknya.
Ia sangat amat membenci pemeran utama, jujur saja Angga juga membenci pemeran utama dari novel ini. Alasan Alio membenci pemeran utama sejujurnya memang agak bodoh, Alio membenci pemeran utama karena keluarganya menyayangi pemeran utama serta orang yang Alio sukai malah mencintai pemeran utama.
"Gue kalo jadi lo Al, mending gak usah berharap dari keluarga lo. Dari Alio lahir juga ini keluarga gak ada rasa kasih sayang ke dia, jangankan kasih sayang kayaknya rasa kasihan juga gak ada buat lo Al!"
Angga membantin dengan tatapan sendu, ia menatap langit begitu dalam. Sejujurnya Angga juga bukan anak yang beruntung, walau dibanding Alio ia jauh lebih beruntung. Angga tidak pernah mengetahui siapa ayahnya, ibunya sudah tiada saat umurnya masih 3 tahun. Kalau ditanya wajah ibunya seperti apa, Angga akan menjawab lupa. Karena memang ia sudah tak ingat dengan wajah ibunya, ibunya meninggalkannya saat umurnya masih 3 tahun. Hanya sebuah kalimat yang samar-samar Angga ingat, kalimat itu selalu diucapkan ibunya.
Ah tidak Angga tidak benar-benar mengingatnya, ia hanya mengingat ibunya mengatakan kupu-kupu. Tapi jika dibandingkan Alio, kehidupan Alio jauh lebih menyedihkan. Alio hanya anak tidak sah, bukan kesalahan Alio memang. Ini kesalahan ayah Alio, tapi Alio lah sasaran kekesalan mereka. Sejak ia lahir sampai sebesar ini, Alio sama sekali tak pernah merasakan sebuah kasih sayang.
Berusaha, Alio terus berusaha untuk setidaknya mereka mengakui keberadaannya. Tapi yang Alio dapatkan hanyalah tatapan dingin dan ekspresi jijik mereka, Angga kalau mengingat ingatan Alio menjadi iba.
"Dasar! , padahal kau tinggal menyerah dengan pengakuan mereka dan hidup tenang maka kau tak akan mati dengan mengenaskan"
Angga bergumam, masih dengan menatap langit sampai suara ketukan membuat lamunannya buyar.
"Tuan muda ini waktunya sarapan, hari ini anda harus sekolah"
Suara Rachel terdengar, Alio hanya menjawab deheman yang setidaknya dapat terdengar oleh Rachel. Alio buru-buru mengambil tasnya dan keluar dari kamarnya, ia turun dan menuju ruang makan.
Disana keluarganya sudah berkumpul dan memakan makanan mereka, Alio yang melihatnya hanya mengumpat dalam hati.
"Minimal tungguin, eh iya lupa kan nih keluarga sinting gak suka ama Alio!"
Alio memilih duduk dengan tenang dibanding koar-koar kaya orang gila, Rachel menaruh semangkuk bubur di depannya. Alio yang melihat bubur tersenyum, setidaknya masih ada orang yang mengkhawatirkan kesehatannya.
"Terimakasih kak Rachel"
Alio berucap sambil tersenyum, Rachel yang mendengarnya juga ikut tersenyum. Rachel lebih suka melihat tuan muda nya tersenyum dibanding dengan tatapan sayu yang seperti menahan sakit.
"Alio sejak kapan kamu punya alergi?"
Saat Alio hendak menyuapkan sesendok bubur ke mulutnya, ia malah diinterupsi dengan suara berat dari sang kepala keluarga yang tak lain adalah ayahnya.
"Lo pikir aja deh njir"
Alio dengan hati dongkol menaruh sendoknya.
"Sejak dulu tuan, tidak usah diperdulikan saya baik-baik saja"
Alio menjawab tanpa ekspresi, lelah dia tuh. Mikir kenapa bisa dia yang masuk ke novel ini aja udah buat kepalanya pusing.
Daniel sang kepala keluarga diam mematung dengan jawaban Alio, bukan hanya dia tapi seluruh orang yang ada di meja makan ikut terdiam. Alio yang biasanya akan terus mencari perhatian dan berbicara dengan manja, kini malah sopan bahkan tak memanggil Daniel dengan sebutan 'Ayah'.
"Lo mau caper lagi yah?"
Sebuah celetukan dari seorang pemuda terdengar, Alio tentu kesal tapi ia tahan.
"Untuk apa saya melakukan hal itu, bukankah usaha yang saya lakukan dulu tak pernah kalian lirik sedikit pun?, maka boleh bukan jika saya menyerah?. Saya manusia tentu saya akan lelah suatu saat"
Alio menjawab, menang telak sudah dia. Pemuda yang tadi asal berbicara diam seribu bahasa, perkataan Alio entah mengapa membuat hati mereka tergelitik. Toh memang apa yang Alio katakan adalah sebuah fakta.
"Memang salah saya berharap pada suatu yang fana, delusi karena berharap suatu yang fana itu akan menjadi kenyataan"
Kembali Alio lontarkan kalimat yang menohok hati, Akan ia banjiri lautan fakta kepada keluarga ini. Hening, hanya kesunyian yang ada di dalam ruang makan itu. Alio mulai berdiri dari duduknya, ia telah menyelesaikan makanannya dengan tenang. Sekarang waktunya ia berangkat sekolah, mungkin nanti di sekolah akan lebih melelahkan dibanding di neraka yang di sebut rumah ini.
"Saya akan berangkat ke sekolah, terimakasih atas makanannya"
Alio berucap sambil membungkukkan badannya, ia berjalan dengan santai keluar dari apa yang mereka sebut sebagai rumah namun nyatanya neraka. Bahkan para pelayan ikut membisu kala Alio membanjiri keluarganya sebuah lautan fakta, sungguh anak yang malang setelah sekian lama perjuangan yang penuh duri di tiap langkahnya kini anak itu memilih menyerah. Alio itu sudah mati, anak mereka yang selalu dibenci dan diabaikan sudah tiada. Kini digantikan oleh Angga, anak kuat dengan seribu alasan untuk tetap bertahan hidup.
-To Be Continue-

KAMU SEDANG MEMBACA
Different but Same
Fantasy"Aku dan kamu itu sama, hanya saja kamu lebih beruntung" Hanya tentang pembaca yang menggantikan peran penjahat [THIS WORK IS TRULY MINE!!! ] WARN! -Contains BxB -Mature -Harsh Word _Please be wise in your reading choices_