🦋DRAMA🦋

13 7 0
                                    

"Pagi anak-anak" Sapa seorang guru muda idaman para ciwi-ciwi dikelas, termasuk Linda.

"Woy Lin! Ngape lu liatnya gitu amat. Noh! Bola mata lu ampe mo keluar" Geplak Nina di bahu Linda.

"Apasih Nin, ganggu aja orang ga tau apa gw lagi klepek-klepek sama pak Jino"

"Idih" Nina merasa mual, dan langsung kembali fokus.

"Sesuai tugas yang kemarin, bapak harap anak-anak semua sudah mengerjakan tugas kalian ya~" Jelas pak Jino tentang tugas drama kemarin.

"Iya pak" Jawab semua murid kompak.

"Kalau begitu, kita mulai membaca satu-satu ya, yang menang bakalan ikut kontes wakili sekolah kita"

"Duh semoga jangan gw" Mendengar itu Linda langsung menggigiti kukunya.

"... Lu napa dah, perasaan otak kita juga gak pinter-pinter banget" Nina yang duduk disebelah Linda merasa tekanan batin.

"Gw takut Nin, gimana kalau kita tiba-tiba aja kepilih?"

"Ya gw sih bomat, lagian juga ahli gw bukan akting" Nina mengangkat bahunya tidak perduli.

"Lah emang ahli lu apa, selain bulet-buletin upil?"

"... Jadi beban keluarga" Nina mengembangkan lubang hidungnya.

"Wkwkwk... Capek banget gw sumpah!"

"Wkwkwk"

Nina dan Linda saling pukul, karena tawa yang tidak bisa dikondisikan.

"Itu yang dibelakang? Kenapa ribut-ribut?" Tanya pak Jino, membuat mereka berdua langsung terdiam.

"Gapapa pak" Jawab Linda langsung menunduk menahan tawa.

"Daripada kalian ribut, silahkan maju kedepan untuk membacakan drama yang sudah kalian buat" Suruh pak Jino.

"Eh!" Sahut Nina dan Linda kaget.

"Kami pak!" Tanya Nina memastikan.

"Iya kalian"

"Duh! Lu sih" Nina menyikut lengan Linda sembari berjalan kedepan kelas.

"Yuk mulai" Suruh pak Jino, setelah mereka berdua berdiri.

"Selamat pagi,... Teman-teman" Sapa Linda menahan tawa.

"Pft" Nina memalingkan wajahnya agar tidak ketawa.

"Kali... Kali ini kami akan menyampaikan, ehem---" Linda yang menyadari Nina menahan tawa mulai terdiam.

Mereka berdua saling memalingkan wajah, tidak mau tiba-tiba saja keceplosan ketawa.

"Loh kenapa kok diem?" Tanya pak Jino bingung.

"Eh, iya pak maaf" Linda meminta maaf, dan langsung melanjutkan pembukaannya.

"Kami... Akan menyampaikan... Sebuah drama yang berjudul, putri kadal ala janda bercula satu---" Linda kembali terdiam menahan tawanya.

"Ehem!" Nina berdehem tidak sanggup mendengarnya.

"Ini kalian kenapa sih? Bapak kasih nilai merah nih, kalau kalian kayak gini terus!" Ancam pak Jino, membuat Nina dan Linda langsung takut.

"Iya pak, kami serius... Serius" Ucap Nina panik.

"Awal mula, disebuah danau tinggallah seorang janda berambut pirang... Yang ternyata adalah jelmaan putri kadal--" Nina membacanya dengan suara gemetaran, sudah membayangkan wajah si putri kadal.

"Dia tinggal bersama dengan ayahnya yang juga jelmaan nyamuk" Linda membacanya dengan penuh penghayatan membuat Nina semakin tidak sanggup menahan tawa.

"Kini mereka tinggal disebuah gubuk dekat danau, menjalani hidup yang sengsara" Lanjut Nina.

"Itulah kisah dari putri kadal, sekian terima kasih" Ucap Linda diakhir kata.

"... Ini sudah, gak sampe 6 menit?" Tanya pak Jino mengecek jam tangannya.

"Iya pak" Nina dan Linda mengangguk.

"Ya tuhan! Emangnya kalian dapet cerita ini darimana?"

"Dari saya pak" Sahut seorang wanita yang tiba-tiba saja datang dengan rambut pirangnya.

"Maaf anda siapa ya?" Tanya pak Jino bingung.

"Saya, putri kadal alias janda bercula satu pak!"

"Wkwkwk, hahaha!! Hahaha!" Nina dan Linda yang sudah tidak kuat lagi menahan tawanya kini langsung lepas begitu saja.

***

TBC

The Linda & Nina StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang