122. Puspa Ratih

216 20 1
                                    

Tubuh Sekar tergeletak lemah dan terkesan seperti benda mati. Dia berada di tengah ranjang yang besarnya dapat memuat empat orang dewasa sekaligus.

Pandangan ini sangat kontras dengan kemewahan yang ada di kamar itu. membawa gambaran bagi orang-orang bahwa kekayaan tidaklah bernilai abadi. Itu hanya ilusi yang sangat menyakinkan di dunia ini.

Sekar mungkin sebenarnya beruntung saat ini. Dia adalah orang yang keras kepala yang keras. Walau begitu, dia hanyalah seorang wanita yang sensitif. Mungkin jika dia bangun sekarang, dia hanya akan bingung dan merasa tertekan.

Bagaimana tidak? Ada enam orang di yang mengelilingi ranjang Sekar. Enam orang yang hanya diam membisu dan membawa hawa dingin dan amarah. Diantara enam orang itu, dua orang saling mencuri pandang dengan menahan amarah yang menggebu. Mereka saling melemparkan niat membunuh yang membuat semua orang disana ketakutan dan tidak berani bersuara.

Beberapa saat lalu, Bagas dengan tegas mengatakan bahwa dia akan membawa Sekar ke Taring. Dengan dikuasi amarah, dia tidak berpikir panjang. Dia hanya bisa memikirkan bahwa saat ini, yang terbaik adalah menjauhkan Sekar dari Gajah Mada.

Perkataan itu membuat semua orang terdiam. Gajah Mada meledak dan meninju Bagas. Dia membawanya ke luar ruangan dan mengusirnya. Dia juga memakinya dengan ganas.

Arya dan Dwi Prapaja berusaha memisahkan mereka, tapi Gajah Mada seakan dirasuki setan. Dia menendang dan memukul Bagas dengan keras sampai Bagas tersungkur dan tidak bisa melawannya.

Tapi apa yang dikatakan Bagas seakan menabur garam diatas luka. Dia berkata, “Aku adalah kakaknya! Aku adalah raja Taring! Sedangkan Sekar adalah putri Taring, jadi aku berhak untuk membawanya kembali. Dari awal kami sudah memperingatimu ini. Kau tidak perlu berlagak kalau kau peduli padanya. Akui saja kalau kau memang tak berguna. Cuih! Aku tidak pernah menyangka seorang Gajah Mada tidak akan bisa menjaga satu orang istri.” Ucapnya dengan profokatif.

Hal ini menambah kadar kemarahan Gajah Mada. Dia semakin menghabisi Gajah Mada habis-habisan.

Sampai akhirnya mereka berhenti saat Arya mengatakan.
“Kalian sangat tidak memiliki otak. Ini bukan saatnya untuk saling menyerang. Bukankah Sekar penting bagi kalian? Kenapa kalian malah meributkan hal tak berguna dari pada memikirkan Sekar sendiri, bagaimana cara membawanya keluar dari situasi ini…”

Dia menghela nafas saat dua orang menjauhkan tangan satu sama lain.

“Saat ini, kurasa Sekar tidak dalam kondisi dimana dia dapat berpergian jauh. Cobalah berpikir dengan masuk akal. Bagi kalian saja yang sehat sulit untuk berpergian jauh. Apalagi dia?” katanya menunjuk Sekar.

Akhirnya mereka berdua tenang dan menjauh. Mereka duduk di sisi ranjang Sekar. Gajah Mada berada di sisi kiri sedangkan Bagas berada di sisi kanannya.

Hal ini berlangsung lama.  Hanya ada tatapan saling tak suka diantara keduanya yang membawa suasana mencekam diantara enam orang itu.

Ratih adalah orang baru disini. Dia tidak mengenal siapapun. Dia bahkan tidak terlalu mengenal Sekar. jadi dia hany berdiri di belakang Bagas dengan diam.

Dia tahu bahwa Bagas sangat menyayangi Sekar. Dan dia juga tahu bahwa sebelum Gajah Mada meminang Sekar, awalnya Bagas sudah ditunangkan dengan Sekar.

Hal ini tidak membuat Ratih merasa cemburu atau bahkan iri. Hanya saja kali ini, melihat Bagas sangat perhatian kepada Sekar membuatnya sedikit memikirkan hari-hari yang dia lalui dengan Bagas.

Tak sedikitpun Bagas pernah melakukan ini padanya. Seperti mengelus rambutnya, pipinya, dan membisikkan hal-hal lembut.

Ratih mengenyahkan perasaan terbuang di hatinya. Dia mengelus bahu Bagas yang saat ini tengah mengelus pipi Sekar dan menggenggam tangannya.

“Kenapa tidak ada sedikitpun kebahagiaan untuk kita dalam dunia ini?” bisiknya kepada Sekar.

Ratih membeku sebentar dan menghentikan tangannya yang mengelus bahu Bagas. Namun dia kembali mengelusnya dan berusaha menghiburnya. “Sudahlah Kang Mas, ini adalah takdir yang harus dia hadapi. Bagaimanapun orang menentang takdir, itu tidak akan berubah.”

Bagas melirik ke belakang dengan ekor matanya. Namun dia tidak menatapnya sama sekali. Dia mendengus, kemudian berkata, “Seperri aku yang menikahimu.” Katanya dingin tanpa menambahkan apa-apa lagi.

Puspa ratih diam. Dia mengatupkan bibirnya rapat dan menundukkan kepalanya.

Dia ingat. Diaa ingat bagaimana dia menjebak Bagas. Bagaimana dia menciptakan sandiwara dan sesuatu yang bertentangan dengan norma.

Tapi lebih dari itu, dia benar-benar mencintai Bagas. Dia memang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan Bagas, tapi bukan berarti dia punya niat jahat. Dia hanya mencintai Bagas.

Dia sama sekali tidak pernah mempunyai niatan seperti itu sebelumnya. dia bahkan tidak pernah memikirkannya.

Tapi saat itu, Rahyani, sepupunya, benar-benar menggunakan kata-kata yang bisa menggugah jiwa iblisnya.

“Tenanglah Ratih! Aku tahu kau menyukai Ngawi Gusti, aku bisa membuatnya menjadi milikmu seutuhnya. Ratih! Aku bisa membuatnya menjadi seekor kuda liar. Kuda liar yang sangat bergairah. Katakan padaku, bagaimana kau akan menolak?” katanya dengan sangat berani dan bergairah.

Ucapan-ucapannya yang syur tidak berhenti hany di telinganya saja tapi merasuk ke dalam jiwanya.

Entah setan apa yang saat itu merasukinya. Dia mengiyakan Rahyani dan berakhir seperti ini.

Ini memang apa yang dia impikan. Ini memang apa yang dia dia mau. Tapi kenapa setelah dia mendapatkannya, dia merasa segala sesuatunya salah?

Ratih mengangkat tangannya dan mengelus perutnya yang sudah membuncit sama seperti Sekar. diam-diam, dia berharap kalau anak ini bisa membuat hubungan mereka menjadi lebih baik. Semoga saja saat anak ini lahir, Bagas tidak akan membencinya lagi.

Saat ini,  hanya tinggal anak ini satu-satunya harapannya. Dia mempertaruhkan harapannya kepada anak ini.

***
15  Januari 2024

[BOOK 2] GAJAH MADA ; Megat Roso Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang