123. Rencana Untuk Keluar

440 27 6
                                    

Gajah Mada mendengarkan di sisi lain. walau begitu, dia hanya melirik sekilas dan tidak memperdulikan apa yang dia dengar.

Urusan Bagas adalah urusan pribadi. Itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan dia. Dan karena tidak ada hubungannya dengan dia, maka dia tidak peduli.

Mungkin jika Sekar ada disisinya sekarang, dia akan diam-diam memahami dan membuat beberapa kata untuk dikatakan Sekar.

Sebelum ini, setelah mereka pulang ke Taring, Sekar seringkali melamun dan mengatakan padanya kalau ada yang tidak beres dengan tuduhan yang di layangkan kepada Bagas. Dia benar-benar kepikiran sampai kadang dia tidak punya cukup waktu untuk tidur.

Dan Sekarang setelah semuanya diketahui, apa Sekar akan memaki atau bahkan menjambak Puspa Ratih jika dia mendengarnya?

Gajah Mada menelan salivanya untuk melonggarkan tenggorokannya sebelum dia berkata, “Aku akan membawanya ke kampung halamanku.” Katanya tanpa memandang siapapun.

Bagas tercengang. Dia baru saja tenang dan sekarang Gajah Mada membuat pernyataan yang membuat dirinya marah lagi.

“Apa, pergi? Dasar tak tahu malu! Aku tidak setuju jika Sekar pergi denganmu. Dan bukankah kau juga dengar bahwa kondisi Sekar tidak dalam kondisi yang memungkinkan untuk melakukan perjalanan? Pakai otakmu!” Ucap Bagas dengan kasar.

Gajah Mada tidak terpengaruh. Dia tidak marah, namun hanya meliriknya dengan acuh tak acuh.

“Aku tidak butuh persetujuanmu.” Katanya dengan datar.

Dia sudah bertekat untuk malakukan apa saja agar Sekar sembuh. Sudah seperti ini, dia tidak boleh hanya berdiam diri dan menunggu dengan diam.

Bukannya membawa pergi ke kampung halaman dan membawanya ke Taring berbeda, tapi jika Sekar pulang ke Taring, maka itu seperti perpisahan baginya.

Dia tidak mungkin dengan bebas datang ke sana setelah Sekar mengalami ini.

Dan jika dia memaksa, akan ada pertarungan yang akan membuat Sekar sedih nantinya.

Jadi lebih baik, dia membawanya sendiri dan tidak mengandalkan siapapun.

Bagas kembali berdiri dan ingin meninju wajah Gajah Mada, tapi Dwi Prapaja sudah menghalanginya terbelih dahulu. Bagas berteriak, “Apa maksudmu dasar bajingan! Kau akan membawa pergi Sekar kemana?”

“Bisakah kau duduk dan berbicara dengan benar? Suara sumbangmu bisa membuat Sekar terganggu.” Ucap Gajah Mada tanpa melirik dengan tangan yang mengelus tangan Sekar sayang.

“Dasar brengsek.” Bagas menjangkau gelas tembaga yang ada di meja samping tempat tidur lalu melemparkannya ke arah Gajah Mada.

Gelas itu tidak mengenai wajahnya, tapi menabrak bahu Gajah Mada dan menggelinding ke tepi ranjang.

“Kendalikan dirimu, Tuan!” Dwi Prapaja mengingatkan.

“Aku akan menyembuhkan Sekar di sana. Ada beberapa orang yang aku yakin bisa menyembuhkannya. Dan dengan segala hal yang telah aku persipkan, Sekar akan sembuh sebelum anak ini lahir.” Kata Gajah Mada.

Pernyataan ini bohong.

Lebih tepatnya, belum.

Percakapan sebelumnya dengan Arya membuatnya memantapkan rencana yang hanya bisa dia pikirkan saja. sebelumnya dia ragu-ragu untuk melakukan rencana ini, tapi sekarang dia tidak.

Kesempatan ini mungkin akan berpeluang  lima puluh persen Sekar akan kembali. Dan dia tidak akan menyia-nyiakan lima puluh persen itu untuk berapa persen yang belum dia ketahui jika dia tetap disini dan menunggu.

[BOOK 2] GAJAH MADA ; Megat Roso Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang