2. DIMAKAMKAN

39 11 2
                                    

Happy reading
.
.
.
.


"Caca bangun sayang," seluruh orang di dalam ruangan panik. Ayah menggendong Caca sambil berlari menuju ruangannya. Ibu menyusul di belakang dengan mendorong kursi roda.

"Ya Allah, Zay kamu ninggalin sahabat kamu. Dan kini dia jatuh sakit nak, tolong kembalilah bunda mohon sayang," ucap Aishah sembari mengecup kepala sang putra.

"Sabar ya bu, ini takdir kita harus bisa mengikhlaskan Zayan," tutur ustadz Abdul Somad menguatkan Aishah. Tak lama kemudian datang seorang dokter.

"Iya ustadz perkataan sampean benar."

"Pak Fikri, bu Ais ambulan sudah saya siapkan untuk mengantarkan jenazah, diharapkan biaya administrasi rawat ICu diurus. Terimakasih," dokter itu segera undur diri dari ruangan tersebut.

...

Kini Caca sedang ditangani oleh dokter, kedua orang tua Caca hanya berbolak balik berjalan karena khawatir.

Seorang wanita berjas putih keluar dari ruang rawat.

"Bagaimana keadaan anak saya dok?" Tanya ibu sangat khawatir dengan keadaan anaknya.

"Kondisi anak ibu dan bapak semakin drop sekarang ini pasien sedang koma dan kami akan memindahkan pasien keruang ICU," ucap dokter dan berlalu pergi.

Ibu menangis dan memeluk ayah. "Anak kita bisa sembuhkan yah?" Tanya ibu pada ayah.

Ayah menggeleng "Ayah tidak tau bu, kita do'akan saja."

...

Sedangkan dirumah Zayan penuh dengan orang berpakaian serba hitam, bermaksud melayat. Karangan bunga duka cita berjejer rapi dihalaman rumah. Aishah semakin sedih ketika melihat suasana rumahnya.

"Seharusnya semua orang menyambut kedatanganmu dengan gembira nak, tapi mereka malah menyambut kedatanganmu diiringi isak tangisan suka," batin Aishah.

Semua orang duduk mengelilingi jenazah sambil membacakan surat yasin bersama, termasuk kedatangan keluarga besar Farah ibu Caca. Ibu mendekati Aishah yang mengelus kepalanya putranya yang tertutupi kain kafan. Air matanya terus mengalir tanpa henti.

"Mbak Ais yang sabar ya," Aisah mengangguk.

"Gimana keadan anakmu dek Farah," ibu menarik nafas. Dada sesak ketika harus mengatakan hal sebenarnya.

"Caca dinyatakan koma mbak," Aishah merangkul ibu keduanya saling menguatkan satu sama lain.

"Ya Allah, siapa dalang dari semua kejadian ini?"

...

Keranda digotong menuju pemakaman, tempat peristirahatan Zayan.

Mata Aishah memanas, air matanya menampung pada kedua kelopak mata hitam pekat itu. Pemandangan yang sangat berat bagi seorang ayah dan ibu, melihat tubuh anak semata wayangnya diturunkan kedalam tanah yang sempit, dingin, gelap tanpa penerangan. Itulah yang dirasakan kedua orang tua Zayan.

Fikri turun ketanah membaringkan kadang putranya didalam sempit, dingin dan gelapnya liang lahat. Teringat oleh Fikri saat Zayan terlahir didunia ini, ia kecup pipinya dan membaringkan tubuh mungilnya diatas kasur empuk dengan selimut hangat. Kini Fikri berusaha membuka mata melihat kenyataan yang dihadapannya, dia sendirilah yang membaringkan tubuh kaku putranya diatas tempat dingin tanpa alas.

LUFY DAN CACATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang