4. BELAJAR IKHLAS

34 11 2
                                    


Happy reading
.
.
.
.
.
.
.


"Apa ndak berlebihan marahmu itu dek?," Fikri memulai perbincangan setelah setengah jam perjalanan hanya diam membisu.

"Bukankah Arga sudah keterlaluan mas," Aishah membentak suaminya.

"Sudah..,Sudah.., maafkan mas, ini minum kamu ga boleh sakit," Fikri lalu mengambil sebotol air mineral di dasbor dan memberikan pada istrinya. Aishah menerima botol air itu, dengan cepat dia buka tutupnya dan meneguk air di dalamnya hingga berkurang setengahnya.

"Kamu sangat haus?" Fikri berusaha mengalihkan pembicaraan agar Aishah tak marah lagi.

"Ya tadi cuacanya sedang panas panasnya mas, di tambah hati panas."

Tok.. Tok... Tok..

Pintu di bukakan oleh seorang perempuan paruh baya. Beliau adalah nenek Zayan. Aishah memeluk ibunya dengan erat, masih terdengar suara isak tangis Aishah. Nenek mengajak Aishah dan Fikri masuk duduk di sofa.

"Ada apa ais?, " nenek menanyai Aishah tapi Aishah masih terisak.

"Ibu.., Pelaku..,Zayan," Aishah mencoba menjelaskan walaupun suaranya terbata oleh isak tangis.

"Pelaku Zayan maksudnya apa ais?," nenek semakin bingung.

"Jadi begini bu. Saya dan dek Ais tadi pagi pergi ke kantor polisi. Polisi sudah menemukan pelaku tabrak lari."

"Alhamdulillah ya allah. Siapa pelakunya nak?." nenek mengucapkan syukur. Fikri menelan ludah ia menatap istrinya yang masih terisak. Tak sanggup ia mengatakannya dadanya sesak, sedangkan di depannya sangat ibu mertua menatap dengan ekspresi penuh tanda tanya.

"Argadana," lirih Aishah.
Bagaikan di sambar petir siang bolong, nenek menutup mulutnya terkejut dengan apa yang di katakan Aishah.

"Arga adik kamu is?," nenek memastikan. Aishah mengangguk lemah. Runtuh sudah bahu nenek ia, air matanya menetes begitu deras.

"Ya Allah Arga.. Maafin Arga is," tubuh nenek bergetar hebat, air matanya tak kunjung mereda. Fikri menenangkan kedua perempuan yang dicintainya itu.

"Buk, mas ayo pindah. Ais masih teringat terus sama Zayan, setiap sudut rumah kita aku melihat bayangan Zayan. Aku makin sakit hati."

"Pindah kemana dek?."

"Kita pindah ke New Zealand tempatku kerja dulu. Disana aku sudah beli rumah cukup untuk kita bertiga."

"Kalo itu mau kamu ibu setuju. Pasti kamu depresi karena kehilangan putramu.''

''Mas cari tiket pesawat dulu. Sekarang beresin barang sedikit."

"Iya mas."

"Nanti malam kita kerumah Fahri kangen ibu sama si kecil Caca," Usul nenek.

"Iya bu," Fikri dan Aishah menyetujui usulan nenek. Mereka pun membicarakan rencana perpindahan mereka ke new Zealand.
...........
Rumah keluarga Caca ramai kedatangan tamu. Kakek, Nenek, om Bian, tante Milla serta 2 sepupu Caca berkumpul untuk menjenguk Caca.

"Masa sih, si jahil sakit biasanya jahil terus," juna menggoda adik sepupunya. Ini sepupu pertama Caca namanya Arjuna Arya Hakim usianya 14 tahun ges. Tampan sih tapi nggak setampan mas Rafa adiknya.

"Apaan sih kan mas Juna yang suka jahilin Caca, iyakan mas Rapa," menganggukkan kepala tanda setuju. Nah ini sepupu Caca kedua Rafa Arya Hakim usianya masih 12 tahun. Sst masih SMP loh tampan lagi kali aja mau. Rafa mengakui Juna kakaknya memang sejahil itu buktinya saat dia tidur di kamar saat terbangun di kandang sapi ternyata Juna memindahkannya dasar kakak biadap.

LUFY DAN CACATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang