3. DALANG TABRAK LARI

28 10 1
                                    

KAU JAGA SLALU HATIMU SAAT
JAUH DARIKU, TUNGGU AKU KEMBALI.
KU MERINDUKANMU SLALU MENYAYANGI MU SAMPAI AKHIR MENUTUP MATAA
- CARIENA AFIZAN AFIFAH
.
.
.
happy reading

  Di dimensi lain Zayan Dewangga Saputra berpakaian serba putih, Zayan tampak tidak 𝐬𝐚𝐤𝐢𝐭 lagi. Ia sehat seperti sedia kala, dimensi ini sangat berbeda dengan dunia nyata. Udaranya sangat segar setiap jalan penuh dengan pohon yang berbuah banyak sekali. Sungai dengan air seputih susu dan semanis madu, terlihat di depan sungai masjid berwarna emas dengan penghuni yang ramah dimensi apa ini? Apakah ini surga entahlah.

Zayan berlari kecil menuju taman bunga nan indah, di taman bunga itu terlihat anak kecil bergamis hijau dan kerudung senada tengah duduk di bangku taman menyaksikan betapa indahnya senja. Cariena afizan afifah dia menikmati senja dan angin semilir yang menerpa wajahnya. Zayan datang menutup mata Caca menggunakan  tangannya.

"Zayn pasti Zayn kan,'' Caca meraba raba tangan Zayan. Zayan pun melepaskan tangannya dan memilih duduk di samping Caca.

"Tebakan Caca selalu benar," Caca tersenyum.

"Aca suka senja?," Zayan mengamati Caca yang sangat menikmati senja.

"Suka sekali," jawabnya dengan semangat.

"Aca,"  Zayan berhenti sejenak.

"Hmm," Zayan menggenggam tangan Caca.

"Hari ini hari terakhir pertemuan kita, kamu harus pulang,"

"Tapi Aca mau di sini sama Zayn," Zayan menghela nafas sahabatnya ini keras kepala.

"Kasian ibu dan ayah nungguin kamu, jika hari ini kamu tidak pulang ragamu akan lumpuh".

"Tapi aku ingin bersama Zayn, Zayn ikut pulang yuk!" Mata Caca terasa perih ketika tahu hari ini pertemuan terakhir.

"Tidak bisa Ca, raga Zayn sudah terkubur di dalam tanah kemarin," Caca tak kuasa lagi tumpah sudah air matanya. Sungguh ia ingin bersama Zayan, mereka sudah seperti kakak adik walaupun sebenarnya mereka adalah anak tunggal, tapi Caca harus kembali ayah dan ibunya membutuhkannya.

"Zayn janji akan sesekali datang di mimpimu," mereka berjanji dengan menyatukan kedua jari kelingking mereka.

"Zayn."

"Iya Ca."

"Kau jaga slalu hatimu saat jauh dariku, tunggu aku kembali. Ku merindukanmu slalu menyayangimu sampai akhir menutup mata."

"Hahaha masih sempat kamu nyanyi Ca," bisa bisanya Zayan di suasana sedih ini masih bisa tertawa.

"Zayn akan rindu Aca dan sayang sama Aca," Zayan memberikan pelukan terakhirnya sebelum Caca kembali ke dimensi nyata. Mereka menangis di dalam pelukan hangat namun sesaat. Zayan melepaskan pelukannya.

"Hati hati Ca, jangan lupain aku ya."

"Iya, Selamat tinggal Zayn sahabat sejatiku," Caca melambai-lambaikan tangan sebelum meninggalkan Zayan. Caca terus berjalan tanpa melihat ke depan, ia tak melihat batu seukuran sepatu di depannya tetap ia trobos. Caca tersandung batu itu.
.........

"Aduh!,"

Spontan Caca langsung terbangun, anehnya dia berada di ranjang rumah sakit sekarang, bukannya tadi dia tersandung batu di sebuah tempat. Keringatnya mengalir deras membasahi baju biru rumah sakit. Ia menyibak selimutnya meraba kakinya, rasanya memang sakit karena tersandung batu tadi.

Ayah melihat putrinya telah bangun segera mengambilkan air putih dan membantu untuk minum. Tatapan mata Caca terlihat seperti orang linglung. Ketika ayahnya bertanya dia  menjawab " hah". Ayah segera memanggil dokter melalui bel yang di berikan dokter.

LUFY DAN CACATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang