03🍵My Soulmate

81 17 2
                                    

Don't forget
(⁠☞⁠^⁠o⁠^⁠)⁠ ⁠☞Vote and Coment

Don't forget(⁠☞⁠^⁠o⁠^⁠)⁠ ⁠☞Vote and Coment

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍵🍵🍵

Keadaan ruang kelas yang cukup tenang hari ini. Mereka yang mengikuti kelas Naruto tengah fokus dengan pembuatan tea mereka masih-masing yang ada di atas meja. Dan Naruto, selaku pemilik sekaligus orang yang memberikan pembelajaran mengenai tea, juga berkeliling untuk melihat satu per satu meja.

"Permisi! Bisa kamu jelaskan tea milikmu." Ujar Naruto seraya menyorotkan matanya ke arah wanita cantik yang kini menggelung surai hitam berponinya. Wanita itu selalu menggunakan syal, tak peduli meski cuaca panas maupun dingin. Itu cukup aneh.

Hinata mengangguk kecil, menunjukkan tea miliknya, lalu ia mulai menjelaskan detail tea baru buatannya hingga cara membuat dan bahan-bahan yang ia pakai. Naruto menghampiri meja Hinata saat penjelasan dari Hinata selesai.

"Boleh aku mencobanya?" kata Naruto terdengar lembut dan sedikit serak. Hinata menatap safir birunya sejenak.

"Silahkan."

Dengan senyuman kecil, Naruto mulai meraih gelas tea dan menyeduhnya, mencecap setiap rasa dari daun tea asli serta aroma wanginya.

"Rasa dan aromanya sangat kuat dan enak. Kerja bagus, Nona- "

"Hinata!" sambung Hinata. Naruto mengangguk-anggukkan kepalanya, padahal dia sudah tahu namanya, tapi pria itu pura-pura lupa ingatan.

Berdekatan dengan seorang pria asing apalagi pria pemilik sifat humoris, baik dan terbuka seperti Naruto, Hinata merasa sedih karena nasib malangnya yang malah mendapatkan seorang suami kasar dan psikopat seperti Toneri.

Dengan satu jentikan, Hinata tersadar kembali dari lamunannya ketika Naruto menjentikkan kedua jarinya di depan wajah sang wanita.

"Ada masalah Nona Hinata?" tanya pria pemilik suara bariton itu penasaran dengan apa yang sedang Hinata pikirkan. Safir biru Naruto mencoba melirik ke arah lengan Hinata yang tertutup dengan pakaian panjang, sehingga dia tak nampak luka memar seperti waktu itu.

"Maaf." Balas Hinata singkat.

Tak ingin dicurigai. Naruto kembali berjalan ke depan. Pria itu sekali lagi memberikan instruksi kepada ke 20 orang di depannya saat ini seperti biasanya. Namun sorot matanya selalu mencuri ke arah Hinata yang hanya diam sembari memandanginya datar tak berekspresi.

Beberapa menit berlalu, kelas Naruto akhirnya sudah selesai. Ruangan yang awalnya ricuh, kini perlahan mulai hening ketika orang-orang tadi sudah pergi. Hinata masih berdiri di tempat mejanya, sengaja menunggu mereka pergi.

My Soulmate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang