BAB 5

7.7K 736 73
                                    

Yang paling Jennie tidak sukai ketika jalan menuju rumah calon mertuanya ialah, mereka harus melewati jalanan yang cukup rusak yang memakan lebih banyak waktu.

Jennie merasa agak lelah dan yang bisa dia lakukan hanyalah cemberut begitu tunangannya membawa mobil melewati jalanan yang rusak. Mereka melewati perjalanan cukup hening. Jennie bosan dan tidur sepanjang perjalanan.

Begitu dia bangun, disinilah dia berada. Rumah calon mertuanya sudah cukup dekat. Sekitar 15 menit lagi, mereka tiba. Saat itulah mobil berhenti dan Jennie langsung panik, menegakkan tubuhnya.

"Jangan bercanda! Ini bukan waktunya untuk berhenti! Ya Tuhan!" Jennie melotot bertepatan dengan mesin mobil yang menggeram sebelum mobil Taehyung mati total.

Tunangannya menoleh padanya sebelum menggigit kukunya bingung.

"Emmmm, sepertinya aku harus cek apa yang salah dengan mobilnya, ya?" Taehyung memberi tawa gugup namun Jennie mencibir.

"Seolah kamu tahu sesuatu tentang mobil, Taehyung." Jennie memutar matanya.

"Yahhh, tidak ada salahnya di coba kan?"

Jennie mengangkat bahu dan membiarkan Taehyung memeriksa kap mobil kendati Jennie sendiri akan tahu hasilnya setelah pria itu memeriksa. Karena tunangannya sepanjang waktu berfokus pada laptop dan pekerjaannya, Jennie tahu bahwa dia tidak memiliki pengetahuan apapun tentang mesin.

Kenapa dia sok berusaha keras mencari tahu tentang mesin? Membedakan obeng dan kunci saja tidak bisa?

Jennie menertawakan kebingungan di raut wajah Taehyung. Pria itu menggaruk rambutnya, malah terlihat seperti orang bodoh dan kembali ke mobilnya.

"Eh, sepertinya kita telepon rumah saja? Suho mungkin bisa mengecek mobilnya, atau aku akan bertanya pada Tzuyu apakah dia bisa menelepon teman-temannya untuk di mintai bantuan." Taehyung meraih ponsel di dalam sakunya dan Jennie menghela nafas.

"Ya, kenapa kamu tidak berpikir seperti itu sejak tadi, ya?"

"Maafkan aku. Jangan jadi pemarah, sayang."

Jennie membiarkan Taehyung akhirnya menelepon antara kakak atau adiknya yang bisa di mintai bantuan dan  sementara pria itu berbicara dengan mereka, Jennie hanya menatap tangannya dengan perasaan bosan.

Akhir minggu lalu, Jennie ingat bahwa dia berada di sebuah bar. Terkadang, Jennie masih membayangkan alunan  musik dari bar, suasana orang-orang yang tengah bernyanyi atau ketika mereka semua melompat-lompat seolah mereka tengah berada di sebuah konser.

Mereka semua tampak bebas dan Jennie menghirup udara dimana dia melihat  kebebasan dunia. Itu membuat Jennie berpikir. Kenapa ya, hidupnya tidak bisa seperti itu? 

Karena pikirannya berkelana, dia tidak menyadari Taehyung telah kembali dengan senyum merekah.

"Orang yang membeli kebun keluargaku bersedia membantuku. Rupanya, dia juga sudah berada di rumah sejak tadi siang." Beritahu Taehyung. 

"Oh, baik. Baguslah." Gumam Jennie mencoba untuk tidak peduli.

Jantungnya memutuskan untuk menjadi pengkhianat karena saat ini, dia langsung berdetak cepat. Membayangkan dia akan bertemu Lisa membuatnya gugup.

Dengan cepat Jennie menyadarkan dirinya sendiri untuk tidak bersikap seperti itu. Ada Taehyung, kendalikan dirimu. Dialah satu-satunya yang seharusnya membuat jantungku berdegup cepat.

Faktanya, Jennie sadar bahwa dia tidak pernah merasakan degupan yang saat ini dia rasakan untuk Taehyung. 

Sebuah suara mesin terdengar dan Jennie mengangkat pandangan. Itu jelas bukan sebuah mobil karena tidak ada suara mesin mobil yang seperti itu.

JENLISA - THERAPIST [GIP] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang