"Mamah, kaos putih kakak dimana ya?" teriak Kinanti sambil mencari kaosnya di dalam lemari.
"Di lemari kakak. Masa sih gak ada!" ucap Venna yang sudah siap mengantar Kinanti ke sekolah.
"Gak ada mah. Kinan udah cari dari tadi gak nemu tuh." Ucap Kinanti, pasrah.
"Awas ya kalo sampe ketemu. Mamah cubit kamu." Venna pun mencari kaos putih milik Kinanti. Memang ya the power of emak-emak itu nyata. Tak butuh waktu lama, Venna menemukan kaos putih milik Kinanti.
"Nih, apa ini? kamu cari nya pake mulut bukan pake tangan." Ucap Venna.
Kinanti hanya tersenyum malu. "Terimakasih mamah yang cantik, baik hati, dan tidak pelit. Minta uang dong!" ucap Kinanti sambil tersenyum terlihat deretan gigi nya yang putih itu.
"Sudah merepotkan, minta uang pula!" ucap Venna lalu memberikan kartu ATM miliknya.
"Kamu pegang ini aja. Tapi inget! harus hemat, beli sesuai kebutuhan kamu aja. Kalo abis, mamah gak tanggung jawab." Jelas Venna.
Mata Kinanti berbinar ketika mamahnya memberikan kartu ATM pada nya. Kinanti semakin bersemangat untuk mendapatkan juara.
Hari ini, peserta kejuaraan Taekwondo perwakilan dari Bhakti Purnama akan berangkat ke Bandung. Acara pembukaannya nanti sore. Maka dari itu, mereka berangkat pagi ini agar ada waktu istirahat yang cukup.
Acara pelepasan peserta bersama bapak Kepala Sekolah sedang berlangsung. Mereka yang terpilih sedang melaksanakan apel pelepasan di lapang upacara yang dihadiri oleh keluarga peserta, guru-guru, dan seluruh siswa dan siswi Bhakti Purnama.
Setelah acara pelepasan selesai, para peserta pun berpamitan pada guru-guru dan yang paling utama pada orang tua mereka. Meminta doa restu pada orang tua mereka. Doa orang tua itu memang mustajab. Apalagi kekuatan doa seorang ibu.
"Mamah doain Kinan ya. Semoga Kinan bisa memberikan yang terbaik." Ucap Kinan sambil memeluk Venna dengan erat.
"Pasti mamah doakan kamu sayang. Semangat ya, maaf mamah sama papah gak bisa ikut nonton kamu. Tapi mamah pasti doain kamu. Kakak pasti bisa." Ucap Venna sambil membalas pelukan Kinanti dengan penuh kasih sayang.
Di samping Venna, ada Putra yang sedari tadi diam tak bicara. Dia tak mau ditinggalkan oleh Kinanti. Padahal tak akan lama, hanya beberapa hari saja Kinanti pergi ke Bandung. Putra memperhatikan Kinanti dengan tatapan yang sangat dalam.
Kinanti melepaskan pelukannya. Lalu menatap Putra. Seperti nya Kinanti pun tak mau meninggalkan Putra. Keduanya memang sangat tak bisa dipisahkan sepertinya.
"Eh, mamah mau ke ruang guru dulu ya. Kalian ngobrol dulu aja." Ucap Venna lalu berjalan menuju ruang guru.
"Bakal kangen deh gue sama lo." Ucap Putra.
Kinanti tersenyum. "Kak Putra kangen aku? kok bisa? aku mau cari pengganti Kak Putra ah disana." Ucap Kinanti.
"Jangan dong! gue cuman punya lo. Pokoknya lo disana jangan macem-macem ya. Gue tunggu lo balik kesini dengan keadaan baik-baik aja." Ucap Putra lagi. Sekarang sedikit lebih besar perhatian nya. Eh memang dari dulu juga Putra sangat perhatian pada Kinanti.
"Iya kak, aku janji. Doain aku dong biar juara. Nanti aku traktir deh kalo aku juara." Ucap Kinanti.
Ketika mereka sedang mengobrol, tiba-tiba Raya datang menghampiri mereka.
"Nan. Ayo siap-siap, bentar lagi kita berangkat." Ucap Raya.
Kinanti mengangguk. Ia pun segera mengangkat tas nya yang cukup berat. Ketika hendak mengangkat tas nya. Tangannya seperti ada yang menyentuh. Ternyata itu tangan Putra.
KAMU SEDANG MEMBACA
STORY OF MY LIFE (TERBIT)
Ficção GeralBayangkan! jika kamu bertahun-tahun hidup bersama orang tua yang kita sayangi. Ternyata, mereka bukan orang tua kandung kita. Bertahun-tahun, diselimuti rasa penasaran. Tapi ku tak mengetahuinya. Rapi sekali mereka menyembunyikannya dariku. Ku tuang...