DUA PULUH EMPAT ||MINTA MAAF

9 8 0
                                    

Hari Senin adalah hari tersibuk diantara hari yang lainnya. Semua orang mengawali aktivitasnya dengan semangat. Jalanan di kota sangat padat kendaraan. Udara pagi di kota sudah berpolusi. Asap kendaraan dan pabrik sudah mencemari udara. Orang-orang sedang bermacet-macetan di jalan. Berbeda dengan para peserta kejuaraan Taekwondo tingkat nasional ini. Mereka sudah bersiap untuk bertanding hari ini.

Beruntung sekali Kinanti hari ini. Dia mendapatkan jadwal tanding pada pagi hari. Jadi dia ada waktu istirahat yang cukup lama.

"Nan. Lo enak banget dapet jadwal tanding pagi. Gue sore. Males deh!" ucap Raya.

"Tapi gue seneng dapet jadwal tanding pagi. Jadi gue bisa.." ucapan Kinanti terpotong oleh Raya.

"Bisa ketemuan sama Kak Putra." Ucap Raya.

Kinanti hanya terkekeh saja. Mereka berdua berjalan menyusuri koridor penginapan. Niat awal mereka akan sarapan pagi. Tetapi, niat itu mereka urungkan. Sebab, Kinanti melihat Putra sedang berbicara dengan Farel tepat ujung koridor ini. Entah apa yang mereka bicarakan.

Karena penasaran, Kinanti pun menghampiri Putra dan Farel. Dari kejauhan, tampak wajah Putra seperti sedang marah pada Farel. Kinanti mengingat kejadian kemarin malam bersama Farel di halte. Perasaan nya mengatakan bahwa Putra marah gara-gara hal itu.

"Kak Putra, bang Farel. Lagi apa?" tanya Kinanti.

Mereka berdua pun menoleh ke arah suara. Putra yang menatap Kinanti seperti harimau dan Farel menatap Kinanti bagaikan pangeran yang bertemu dengan tuan putri.

"Mau kemana?" tanya Putra dengan ketus.

"Mau sarapan sama Raya. Tapi gak sengaja aku liat kalian lagi ngobrol. Aku samperin deh." Ucap Kinanti.

Putra berjalan mendekati Kinanti. Dengan tatapan yang masih sama. Kedua bola mata mereka terkunci. Tatapan Putra sangat dalam sampai sulit diartikan. Kini jarak mereka hanya beberapa jengkal. "Kemarin gue nyuruh apa sama lo?" tanya Putra.

Kinanti yang bergidik ngeri melihat tatapan dan ucapan Putra pun menelan ludahnya. "Nyuruh aku pulang. Emangnya kenapa sih kak? jangan gini deh. Langsung to the point aja." Ucap Kinanti yang bingung dengan sikap Putra pagi ini.

"Lo pikir aja sendiri!" ucap Putra lalu pergi.

Sikapnya yang tiba-tiba aneh. Membuat Kinanti menggelengkan kepalanya tak mengerti. Dalam benak hatinya, dia ada masalah apa sampai Putra seperti itu. Pikirnya dia tak melakukan apapun yang membuat Putra marah.

"Udah Nan. Lo gak usah pikirin Putra kenapa. Sekarang lo fokus buat pertandingan nanti. Sarapan dulu yuk. Masalah Putra gampang, ntar gue yang jelasin sama dia." Ucap Farel lalu menarik tangan Kinanti agar mengikuti nya.

Raya pun mengikuti langkah mereka berdua. Mereka pun sarapan dengan bubur ayam yang berada tak jauh dari penginapan.

"Bang. Kak Putra kenapa sih? emang gue ada salah apa sama dia?" tanya Kinanti yang masih penasaran dengan sikap Putra.

"Kayaknya karena kejadian kemarin malem deh Nan. Gue gak tau kalo pas kita lagi di halte mau pulang, dia ada disitu. Mungkin dia juga ngeliat pas lo meluk gue. Makanya dia marah." Jelas Farel.

Kinanti menganggukkan kepalanya. "Tapi emang bang Farel salah? kan niat abang mau bantuin gue. Kak Putra kenapa sih? akhir-akhir ini sensitif banget."

"Mungkin dia lagi ada masalah. Tapi percaya deh Nan. Dia marahnya gak akan lama." Farel yang memang tahu sifat Putra bagaimana.

"Silakan bubur ayam nya dimakan. Mumpung masih hangat." Ucap penjual bubur ayam itu.

"Terimakasih pak." Jawab Raya.

STORY OF MY LIFE (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang