15. Peran Antagonis

6 0 0
                                    

———

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

———

Ternyata yang ingin dibicarakan oleh Pak Kiyai dan Umi Hasan adalah rencana perjodohan yang akan mereka lakukan pada Garden dan Aisyah, tentunya tidak asal sembarangan, mereka juga melihat dulu apakah Garden pantas untuk menjadi calon imam Aisyah atau tidak? Dan tentunya semua kembali pada cowok itu, karena yang berhak memutuskan untuk menerima atau tidak adalah pihak laki-laki.

“Kenapa harus saya, Umi?” tanya Garden pada wanita setengah umur itu. Bukannya ia tidak mau, tetapi cowok itu belum siap untuk membangun rumah tangga di umurnya yang masih muda.

Cowok itu tidak ingin pernikahannya gagal seperti yang dialami oleh kakak laki-lakinya. Garden masih ingin menyusun masa depannya dengan rapi, agar nantinya tidak terjadi kesalahpahaman di dalam pernikahan yang berusaha ia bina dengan baik.

Lagipun, Garden belum memiliki jenjang karir yang memadai untuk hidupnya. Ia tidak ingin mengajak susah wanita yang kelak akan mendampinginya.

Bukannya Garden tidak ingin berjuang bersama, tetapi cowok itu cukup realistis dengan keadaan sekitarnya. Kalau gak ganteng, minimal mapan, supaya tidak membuat anak orang hidup susah.

Tampak Umi Hasan menghela napasnya, lalu tersenyum pada Garden. “Kalau kamu merasa keberatan, kamu bisa menolaknya. Umi tidak memaksa kamu untuk menerima ini semua.”

Garden diam, merenungi hati dan egonya yang ternyata bertolak belakang. Hatinya berkata tidak, sementara egonya tidak ingin melihat Pak Kiyai dan Umi Hasan sedih karena penolakannya, pun Garden juga tidak ingin melukai hati tulus Aisyah karena ia menolak untuk dijodohkan dengan perempuan itu.

Munafik kalau Garden tidak tertarik pada Aisyah, tetapi pada kenyataannya, hati Garden memang tidak menginginkan perempuan itu untuk menjadi seorang istri serta ibu dari anak-anaknya kelak.

Lebih tepatnya, Garden belum kepikiran ke sana.

“Tapi, Umi dan Abah cuma ingin yang terbaik untuk kamu. Karena Umi sama Abah sudah menganggap kamu seperti anak kami, begitu pula dengan Aisyah. Umi sama Abah ingin sekali kamu dan Aisyah bisa terus bersama suatu hari nanti, Umi cuma percaya sama kamu, kalau kamu bisa menjaga Aisyah,” ujar Umi Hasan yang diangguki kepala oleh Pak Kiyai.

Garden melirik Aisyah di sampingnya. “Kamu bersedia, Aish, apabila kita menjalani ta'aruf?”

“Insya Allah, Kang,” jawab Aisyah, lalu menunduk.

Garden menghela napasnya, matanya terpejam sebentar kemudian tersenyum pada Pak Kiyai dan Umi Hasan sembari berkata, “Maaf, Pak Kiyai, Umi, Aden belum bisa memutuskannya sekarang. Aden meminta waktu untuk meyakinkan diri Aden atas rencana perjodohan ini. Apabila nanti sudah siap, Aden akan langsung memberi kabar pada kalian. Sekali lagi, Aden mohon maaf, Umi, Pak Kiyai!”

“Tidak apa-apa, Nak Aden, kami mengerti. Kami tidak meminta jawabannya sekarang. Kamu juga pasti berharap yang terbaik untuk diri kamu, dan kamu punya kehendak untuk menentukan siapa pilihan kamu,” ucap Pak Kiyai seraya tersenyum.

THIS IS CEGIL (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang