18. Wangsa Hamil?

0 0 0
                                    

_____

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_____

Saat sore hari tiba, tiada yang Wangsa lakukan selain melamun membayangkan masa depannya yang menikah dengan sang pria pujaan. Tadinya
ia ingin ikut Garden mengajar, tetapi malah keburu ditinggalkan oleh cowok itu. Kalau tidak malas, Wangsa pasti sudah menyusulnya sekarang.

Ah sudahlah, daripada Wangsa ngorek-ngorek tanah seperti ayam, mendingan ia mengusir rasa gabutnya itu dengan bermain emprak bersama santriwati lain. “Eh, gue ikutan dong. Boleh gak?”

“Boleh. Punya gundunya?” tanya Fatimah sehabis menginjakkan kakinya di kotak terakhir sembari menunjukkan sebuah potongan keramik kecil.

“Buat apa itu?” tanya Wangsa dengan polosnya.

“Fungsi kepemilikan, itu artinya nyawa kamu.”

Wangsa menggaruk tengkuknya, walaupun tidak paham, gadis itu tetap mengikuti aturan bermain emprak dengan mencari gundu yang dimaksud Fatimah. “Kalo punya gue kayak gini boleh gak?”

Fatimah melihat sebuah batu berukuran besar yang tengah digenggam oleh Wangsa. Ia lalu mendecak, “Apa gak sekalian masjid kamu pake buat gundu?”

“Dih, kenapa? Nyawa gue segede gaban ceritanya!”

“Gak gitu juga. Nih, pake yang ini aja!” ucap Fatimah seraya memberikan Wangsa sebuah keramik kecil miliknya yang sengaja di belah menjadi dua bagian.

“Kecil banget.” Wangsa mendengus, tak ayal tetap mengambil potongan keramik itu. Setelah Alya, kini giliran dirinya bermain. Kaki Wangsa lantas mulai melangkah mengikuti arahan dari Fatimah untuk menginjak kotak kosong yang tidak berisi gundu.

Ah, gaptek sekali Wangsa, padahal ini permainan anak kecil jaman dulu. Ketahuan sekali gak pernah main ginian, maklum anak holkay mah mainannya saham, walau nyatanya ia tidak paham keduanya.

Kalau kalian bertanya, ke mana teman-temannya? Semua santriwati yang ada di pesantren ini adalah teman-teman Wangsa, yang membedakan adalah teman sekamarnya, yakni: Kana, Gia dan Aisyah.

Baiklah, Wangsa informasikan bahwa sudah diketahui jika perginya Aisyah pasti tidak akan pernah jauh dari dapur, membantu Umi Hasan memasak. Sedangkan untuk kedua dayang- dayangnya telah diperintahkan pergi ke pasar, membeli jagung beserta antek-anteknya yang diperlukan untuk bakar-bakaran nanti malam.

Apakah informasi di atas sudah cukup jelas?

Kalau begitu, Wangsa lanjut main emprak ya.

“Eskrim, eskrim, 2 ribuan rasanya mantap!”

Tapi, eh tapi, kayaknya cukup sekian main empraknya, karena tiba-tiba saja tukang eskrim lewat. Wangsa yang idealnya suka jajan, lantas mengajak teman-temannya untuk beli eskrim. Awalnya mereka menolak, tapi karena ditraktir, mereka pun dengan kompak memakai sandal.

“Ayo gengs! Kapan lagi ditraktir makan eskrim!”

“Let's gooooo!” Mardani yang paling semangat.

THIS IS CEGIL (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang