———
Drrttt...
Ponsel di samping laptop Gavan bergetar, diliriknya benda kotak itu, nama guru BK di sekolah Wangsa tertampang jelas di sana membuat pria itu seketika curiga, rasa-rasanya ada masalah dengan anaknya.
“Ya, halo?” Gavan mengangkat telepon tersebut, lantas mengusap wajahnya. “Waalaikumsalam. Anak saya ada buat masalah lagi di sekolah, Bu?”
“Betul, Pak.” Kemudian guru BK itu pun menjelaskan secara detail masalah Wangsa dan meminta Gavan segera datang ke sekolah untuk menanganinya.
YA ALLAH, WANGSAAA..!!
Gavan menghela napasnya, pasrah. “Baik, Bu, terimakasih atas informasinya, saya akan segera langsung ke sana sekarang. Waalaikumsalam.”
Tut.
Telepon itu Gavan tutup, pria itu lalu mengusap wajahnya. Lagi, lagi, Wangsa kembali membuat ulah yang berakhir membuatnya masuk BK, entah yang ke berapa kalinya Gavan dipanggil ke sekolah untuk menangani kasus anak gadis satu-satunya itu.
Gavan merasa lelah, pasalnya tanpa sebuah prestasi satu pun anak gadisnya itu sudah terkenal luas dengan reputasinya yang buruk di kalangan kolega bisnisnya. Tentu saja hal itu membuat citra Gavan di hadapan rekan bisnisnya terlihat buruk, kesannya Gavan tidak becus mengurus anak!
“Astaga, kalau bukan anak gue udah dari lama gue tuker tambah dah!” lirih Gavan sembari mengacak -acak rambutnya, saking frustasinya menghadapi Wangsa yang terus berulah setiap 2 hari sekali.
Ngidam apa istrinya saat hamil Wangsa? Sampai bisa menghasilkan anak yang multimasalah. Tapi kayaknya faktor adonan yang Gavan campurkan terlalu kental, sehingga pas pembagian otak anaknya itu kesiangan.
Ah sudahlah, Gavan tidak ingin ambil pusing, ia segera membereskan meja kerjanya untuk cepat-cepat pergi ke sekolah Wangsa. Takut kedatangannya sudah ditunggu. Kebetulan sudah jam istirahat juga.
Kalau hukuman sudah gak mempan, enaknya Wangsa dipenggal aja kali ya?
・・・♫
Hasil dari musyawarah antara Gavan dan guru BK, serta kepala sekolah yang ikut turun tangan untuk menangani kasus yang telah dibuat oleh Wangsa, akhirnya memutuskan untuk memberi gadis itu hukuman skorsing 1 bulan dan mendapat SP 3.
Seharusnya Wangsa di drop-out, tetapi Gavan meminta keringanan pada sekolah untuk tidak mengeluarkan Wangsa. Pria itu tahu seberapa besar pengaruh sekolah ini untuk masa depan anaknya, sekali didepak dari SMA Dawuan maka sekolah manapun tidak akan ada yang mau menerimanya sebagai siswa pindahan!
Beruntungnya Gavan merupakan seorang bos ternama yang bisa merobohkan sekolah ini kapan pun ia mau, sehingga hal itu menjadi salah satu alasan mengapa ia hanya mendapatkan SP 3 dan diberi hukuman karantina 1 bulan. Tetapi, apabila sekali lagi Wangsa berulah, maka tanpa ba-bi-bu pihak sekolah akan langsung mendepak gadis itu dan tentunya telah disetujui oleh Gavan sebagai orang tua dari siswa yang bermasalah tersebut.
“Besok-besok bikin masalah apa lagi, Teh?” tanya Gavan ketika keduanya kini sudah berada di dalam mobil yang hendak menuju pulang. Pria itu tampak memijat keningnya yang terasa jangar hari ini.
“Mana aku tau!” jawab Wangsa tak berminat seraya duduk dengan tenang menikmati sepotong burger yang dibelikan papinya, tanpa mempedulikan cerocosan pria itu sepanjang perjalanan.
Tidak pernah kah gadis itu merasa bahwa dirinya bersalah? Setiap kelar bikin ulah pasti dia langsung merengek meminta untuk dibelikan burger cheese, katanya supaya otaknya terasa rileks. —ah, cuih!
“Kamu, tuh, bukannya mikir ya, malah kayak gitu.” Gavan menghela napasnya. “Papi capek, Teh, setiap dapet telepon dari sekolah pasti gak jauh-jauh dari kamu bikin ulah! Cik atuh kamu mikir, Papi udah pusing sama kerjaan, jangan nambah-nambahin!”
“Kalo pusing jangan kerja aja, Pih,” sahut Wangsa. “Copot itu kepala, copot. Biar papi gak pusing lagi. Heran, itu fungsinya kepala apa kalo bukan buat pusing mikirin hutang, cicilan, selingkuhan—”
“Kalau Papi gak kerja kita mau makan apa, Teh?”
Wangsa mengedikan bahunya, ia tidak ingin ribet ngomong sama papinya, yang cukup Wangsa tahu hanya; makan, tidur dan berak. Selebihnya, biarin Tuhan aja yang atur. Kalau Wangsa berantakan.
“Sing kasian atuh, Teh, sama Papi. Papi udah capek banting tulang cari uang buat kamu, coba kamunya jangan bikin masalah terus kalau di sekolah, tuh!”
“Dih?” Gadis itu melirik Gavan. “Papi lebay! Baru segitu doang udah capek, jompo deh tulangnya.”
Gavan langsung menoleh cepat, memberi Wangsa tatapan tajam. Apa-apaan maksudnya? Walaupun sudah beruban gini, Gavan masih bisa keluar 3x!
Meeting sama klien maksudnya. Di luar kantor.
“Gini ya, Pi. Aku gak minta papi buat kerja, aku juga gak minta disekolahin. Jadi gelandangan juga mau.”
“Kumaha kamu weh, Teh!” Gavan udah males komen. “Kalau gitu Papi blokir aja ATM kamu!” ancamnya.
“IHH, JANGAN DONG! NTAR AKU GAK BISA SOPING!”
“Biarin,” kata Gavan seraya memanyunkan bibirnya. Kebiasaan pria itu kalau sudah begini pasti minta dibujuk. Mana pake acara ngancem segala lagi.
“Papi jangan marah-marah, nanti Papi lekas tua~” Wangsa mulai bernyanyi sambil mencolek-colek pipi Gavan yang berbulu. “Mending makan burger bareng aku aja. Ini mau?” ucap Wangsa seraya menyodorkan burgernya pada Gavan. Pria itu lantas tertawa pelan.
“Mau, tapi disuapin,” kata Gavan mode manja, segampang itu meluluhkan Gavan. Wangsa memang selalu bisa. Bahagianya pria itu memiliki Wangsa, walau terkadang lelah karena suka bikin masalah.
“Papi ayo buka mulutnya. AAAA...” Pria itu langsung menggigit burger yang Wangsa arahkan ke mulutnya.
“Enak gak, Pi?” tanya Wangsa. Gavan mengangguk sembari mengacungkan jempolnya. “Nah, kalau gitu burgernya Papi abisin aja, tapi ATM aku jangan jadi diblokir ya, soalnya aku mau ikut PO album aespa.”
“Oke sayangku, cintaku, duniaku, mwah mwah ku!”
Gavan mengambil burger tersebut dari tangan anak gadisnya, persetan soal anaknya yang suka hambur -hamburin uang dengan membeli album KPop gak masalah, selagi Gavan masih bisa mencari uangnya, apapun yang membuat Wangsa bahagia, ia berikan.
———
Thank u, next.
Gavan Del Wazmi1|
KAMU SEDANG MEMBACA
THIS IS CEGIL (on going)
Historia Corta"Wangsa adalah cegil... cewek gila!" Kali ini aku akan menceritakan tentang Del Wangsa (19th) si cewek bandel yang tiba-tiba dijerumuskan ke dalam pesantren oleh ayahnya sendiri. Awalnya Wangsa ingin kabur dari sana, tapi seseorang menggagalkan renc...