17. Piket Masjid [2]

3 0 0
                                    

———

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

———

Hari ini, hari Jumat, di akhir tahun 2021. Wangsa sudah menghabiskan waktu 3 bulannya di sini. Di pesantren Al-Ikhlas, awal tahun nanti Gavan akan menjemputnya pulang. Rasanya tak sabar, demi apapun Wangsa sudah merindukan rumahnya.

Karena sedang merasa bungah, Wangsa tampak bersemangat untuk memulai segala aktivitasnya hari ini. Salah satunya bersih-bersih area masjid karena akan dipakai untuk sholat Jumat nanti.

Wangsa belajar banyak hal di sini, ia yang tadinya tidak bisa mengepel, menjadi bisa karena diajarkan oleh Kana. Harus dirinya akui, bahwa ketika berada di sini gadis itu tumbuh menjadi anak yang mandiri, karena di sini tidak ada pembantu seperti di rumah nya yang tinggal panggil si Bibi, semua pekerjaan rumah langsung selesai dan aman terkendali.

Di pesantren Wangsa dituntut untuk bangun pagi -pagi buta, melaksanakan sholat tahajud dilanjut dzikir sembari menunggu adzan subuh. Berbeda ketika di rumahnya, ia biasa bangun paling pagi adalah 30 menit sebelum bel masuk berbunyi. Apabila hari libur, maka bangunnya jam 10.

Ketika di rumah, kalau Wangsa ingin makan hanya tinggal sebut menu ke si Bibi atau beli di luar lewat aplikasi hijau. Sedangkan di pesantren, gadis itu tidak bisa protes dengan menu yang sudah ada.

Pilihannya hanya dua, mau makan atau puasa?

“Akhirnya, selesai juga,” ucap gadis itu seraya mengusap keningnya yang basah oleh keringat. Wangsa lantas segera membawa alat pel serta ember tersebut ke belakang untuk dibersihkan.

Sementara Kana dan Gia sedang membongkar kipas angin gantung untuk dibersihkan bagian dalamnya yang dipenuhi oleh sarang laba-laba.

Aisyah? Perempuan itu memiliki batas suci untuk menginjakkan kakinya di masjid. Bahkan dia yang harusnya piket hari ini pun meminta tukar jadwal dengan Kana karena sedang ada tamu spesial.

Maka dari itu Aisyah memilih untuk berada di dapur, membantu Umi Hasan memasak untuk dibagikan di Jumat berkah kepada santri laki-laki yang mengikuti sholat Jumat. Seperti pada jumat-jumat biasanya.

Halah, persetan dengan masa haid Aisyah, biarkan saja, selagi gak makan ternak warga. Lagian Aisyah udah jarang muncul, tapi royalti pengen ngalir terus. Padahal yang selalu muncul dari bab satu Wangsa, bisa-bisanya bayaran Aisyah malah paling gede!

Wangsa mendengus, seketika gadis itu jadi gak mood ngapa-ngapain, tapi sayangnya ia masih memiliki tanggungjawab dalam piket hari ini.

“Bagian itunya coba, Kan, masih kotor!” interupsi Gia pada Kana yang sedang membersihkan kipas angin dari debu-debu menggunakan kemoceng.

“Bagian ini perlu dicuci nggak, sih? Kotor banget!”

“Assalamualaikum...” Tiba-tiba seseorang datang sembari mengucapkan salam, membuat mereka yang sedang bersih-bersih segera mendongak.

“Waalaikumsalam,” jawab mereka bersamaan.

“Eh, Garden...” Kana lalu menyapanya, membuat Wangsa yang tadinya sibuk mencuci embernya langsung peka dengan keberadaan cowok itu.

“HAH?” Embernya terjatuh. “ADA GARDEN?!”

Wangsa lantas segera ngacir dari toilet untuk menghampiri Garden, tak peduli dengan air keran yang masih menyala, yang paling penting saat ini adalah harus caper ke calon suaminya itu supaya
di notice sebagai cewek rajin nan sholehah.

“Hai, calon suamiqu!” sapa Wangsa ketika sudah berada di depan masjid, betapa indahnya disuguhi pemandangan cowok tampan berpeci hitam bak pangeran muslim yang baru saja turun dari surga.

Garden pun menoleh, lantas tersenyum tipis.

Aduh, Wangsa langsung memegangi lututnya, disenyumin Garden bikin lemas gak karuan. Kalau bukan lagi di pesantren, ia pasti sudah jaipongan sekarang sambil melet-melet seperti badarawuhi.

“Bub, aku gigit, loh!” ucapnya sembari merayap manja di dinding masjid bagaikan siluman cicak.

Kana pun mendecak, “mulai deh si gelo tantrum.”

Sementara Garden hanya menggeleng-gelengkan kepala, tidak habis pikir dengan tingkah gadis itu yang selalu ada selalu bisa kayak iklan Tokopedia.

“Aish ke mana?” tanya Garden kemudian, tumben trio wek-wek pimpinannya tidak ada, biasanya di mana ada Kana dan Gia, di situ pasti ada Aisyah.

“Lagi tanggal merah, jadi minta tuker jadwalnya sama Kana. Kenapa emangnya?” sahut Gia yang langsung diangguki Kana sembari bilang, ‘hooh’.

“Gak apa-apa, saya cuma nanya. Ya sudah kalau begitu saya masuk dulu ya,” ucap cowok itu pada ketiga santriwati yang sedang cosplay jadi babu.

“Bub!” Wangsa menahan gerakan Garden yang hendak masuk ke dalam masjid, cowok itu lantas menoleh dan Wangsa langsung memberi fly kiss andalannya pada Garden. “Muach pake jigong!”

Thank u, next.
Gavan Del Wazmi

17|

———

———

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
THIS IS CEGIL (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang