00.07

21 17 3
                                    

SIAP BACA BAGIAN KEENAM DARI CERITA DEAR R

~~~


JANGAN LUPA DUKUNG AUTHOR DENGAN CARA VOTE DAN COMMENT
AGAR AKU SEMAKIN GIAT UNTUK NULISNYA.

~~~

~~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Melihat penderita orang lain di depan mata, seakan badan pun ikut merasakan sakitnya." Rayyan.

•••

"Ray... Rayyan....?!" Zaeina berteriak memanggil anaknya. Suaranya menggema di seluruh ruangan. Hingga terdengar sampai ke kamar laki-laki berusia tujuh belas tahun.

Beginilah hari-harinya, kalau Rayyan telat bangun untuk berangkat sekolah, pasti teriakan yang ia dapat. Sungguh membuatnya pusing mendengar suara mamanya yang cempreng. Tapi tidak mengapa, setidaknya berarti mamanya sayang padanya.

"Iya, Ma," balas Rayyan cepat.

Laki-laki itu kembali menatap cermin, lalu merapikan rambutnya yang masih berantakan. Juga merapikan dasi sekolah yang terlihat miring serta kurang rapi. Tak lupa ia menyemprotkan minyak wangi beberapakali ke area-area yang harus di semprot, biar tidak bau badan.

"Rayyan...?!" sekali lagi Zaeina berteriak. Kali ini benar-benar begitu kencang teriakannya, lebih kencang dari yang sebelumnya. Hingga mendengung di telinganya.

Rayyan buru-buru menuruni anak tangga, ia tak mau akan hal yang terjadi setelah teriakan ketiga nanti terdengar. Apa mungkin bangunan rumah ini roboh akibat suara cempreng mamanya. Entahlah.

Rayyan terkejut setelah berhasil melangkah dari anak tangga terakhir, melihat Zaeina sudah mengangkat panci penggorengan yang siap kapan saja di pukulkannya ke kepalanya. Mungkin wanita setengah baya itu sedang cosplay satu karakter dalam game pubg.

Lelaki itu ngos-ngosan, Zaeina mematung menatap anak laki-lakinya dalam-dalam. Segera Rayyan mendekat ke arah Zaeina dan menurunkan panci penggorengan yang terangkat tinggi. Rayyan bergidik ngeri melihatnya, kali ini Zaeina begitu menyeramkan. Lebih serem dari sebelum-sebelumnya kalau lagi marah.

"Tarik napas, Ma." Rayyan menginstruksi, dan berhasil Zaeina ikuti. "Hembuskan, tarik napas lagi, Ma... Dan ulangi beberapa kali," berhasil, benar-benar ini berhasil. Rayyan mulai meraih kursi dan duduk rapi.

"Selamat pagi Mamaku yang cantik." Rayyan menyapa Zaeina, ia mencoba mencairkan suasana juga mencoba mengalihkan semuanya.

Untuk kedua kalinya Rayyan berhasil, dan Zaeina mulai tersenyum ke arahnya. Terlihat menyeka semua peluh yang ada di dahi dan di lehernya.

Zaeina mengangguk, juga membalas sapaan Rayyan. "Pagi juga gantengnya Mama."

Uuuhhhhh, rasanya gemes sekali, melihat kemesraan Ibu dan anak seperti itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DEAR RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang