04

5.1K 480 6
                                    

Mataku membulat ketika mengetahui bahwa sahabatku, Matthew Collins, adalah seorang malaikat. Bukan malaikat biasa. Melainkan archangel. Ya, archangel! Garis bawahi itu! Astaga. Mimpi apa aku semalam sehingga saat ini, aku dapat berdiri di depan seorang archangel dengan... bertelanjang dada.

"Tenangnlah, Drew. Jangan takut. Aku tidak akan membawamu ke neraka." Uriel tertawa keras. Aku menghembuskan napas dengan lega. Ya, setidaknya aku mengetahui kalau aku tidak akan di bawa ke tempat super duper panas yang bernama neraka itu. Bisa saja kan dia membawaku ke neraka karena aku telah melakukan dosa yang cukup banyak. Siapa yang tahu?

"Yang perlu kau lakukan, hanya mengikutiku ke sebuah tempat."

"Kemana?"

"Ke Surga."

Aku membelalakkan mataku. Surga? "Matt- oh, maksudku Uriel. Kita... akan ke Surga?" Ia mengangguk. "Jadi, aku harus mati terlebih dahulu begitu?" tanyaku dengan takut. Tawa Uriel meledak ketika ia mendengar pertanyaanku.

"Oh, Andrew Maxwell. Tentu saja tidak. Kau kan seorang malaikat." Aku hanya ber'oh' pelan. Lalu, kutundukkan kepalaku untuk menyembunyikan semburat merah pada kedua pipiku. Kurutuki diriku sendiri karena menanyakan hal bodoh itu kepadanya.

"Ayo. Ikut aku. Kita akan ke Surga sekarang." Aku mendongakkan kepalaku. "S-sekarang?" Ia mengangguk.

"B-bagaimana caranya?" tanyaku. Uriel memutar bola matanya dengan kesal. "Andrew, dimana otakmu, hah? Apa gunanya sayapmu kalau begitu?" kata Uriel dengan gemas. Oh ya. Aku telah melupakan sepasang sayap putih yang bertengger dengan manis di punggungku.

"Sebaiknya aku berpakaian terlebih dahulu," kataku kepadanya. Tidak mungkin kan aku pergi ke Surga yang notabene tempat tinggalnya Tuhan dengan bertelanjang dada? Aku bisa-bisa dianggap malaikat —demi-angel lebih tepatnya; yang tidak punya sopan santun. "Tapi bagaimana sayapku?"


Uriel pun mengambil sebuah gunting dari tas sekolahnya, lalu membuat lubang pada jaket tebalku di bagian punggungnya. "Hei! Aku membeli jaket itu di Perancis dengan harga $1000! Kenapa kau melubanginya!?" protesku. Uriel menatapku sambil mengangkat alisnya sebelah. "Lalu, kau mau bertelanjang dada begitu? Ya sudah, siap-siap saja masuk angin."


Aku mendengus kesal. "Baiklah, baiklah." Setelah itu, kukenakan jaket tebalku kembali dan sayapku dapat terbentang dengan bebas lewat lubang pada jaketku. "So, Andrew, kau siap untuk mencoba pengalaman terbangmu untuk pertama kalinya?" Aku mengangguk. Kupejamkan mataku erat-erat.


Setelah itu, aku merasakan Uriel mencengkram pergelangan tanganku dengan kuat, dan tak lama kemudian, aku merasakan kakiku tidak lagi menyentuh tanah. Aku... aku terbang! Tiba-tiba, Uriel melepaskan cengkramannya. "Uriel!" jeritku. Kembali kupejamkan kedua mataku. Aku takut kalau aku akan jatuh. Tetapi, aku tidak jatuh. Ketika kubuka mataku, dan melihat ke belakang, aku melihat sayapku mengepak sehingga aku dapat terbang.


"Aku... aku terbang!"


***


Hey, guys. Menurut kalian, chapter 01, 02, sama 03-nya bagus ga? Semoga kalian suka ya :)

Maaf ya kalau chapter ini agak absurd, penulisan berantakan. Semoga kalian tetap suka ^^ So, happy reading and don't forget to vote and comment! God bless :)


-Silvertongue.

Golden WingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang