"Nah, Uriel, boleh aku pulang sekarang?"
Aku tersenyum, menunggu jawaban dari Uriel. Aku tak sabar ingin pulang untuk menunjukkan sayapku kepada kedua orang tuaku. Aku tidak peduli dengan respon dari mereka nanti. Hal yang sangat kuinginkan saat ini adalah pulang.
"Maaf, Andrew. Tapi kau tidak bisa..." kata Uriel. Ia menundukkan kepalanya dengan lesu. Aku mengernyitkan dahiku bingung. Apa maksudnya tidak bisa?, batinku. "Um, apa maksudmu?" Uriel menarik napas panjang, lalu menghembuskannya.
"Kau tidak bisa pulang ke rumah."
Aku merasakan jantungku berhenti berdetak ketika ia mengatakan itu. Aku tidak bisa pulang? Yang benar saja! Kedua orang tuaku akan khawatir kalau aku tidak pulang ke rumah. Tiba-tiba saja, aku merasakan amarahku meluap-luap. "Maaf, Drew." Uriel menatapku dengan tatapan yang penuh rasa bersalah.
"Kau jangan bercanda. Seriously, I want to go home. Ada makan malam yang sangat penting di sana. Katherine akan hadir di acara makan malam itu, dan aku ingin menyatakan perasaanku kepadanya. Aku mencintainya!" kataku dengan penuh amarah.
Tetapi, ketika aku kembali mengingat-ngingat dirinya, amarahku hilang seketika. Ia adalah gadis yang telah membuat jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya ketika aku sedang bersamanya. Gadis itu juga sering hadir di mimpiku. Dia adalah Katherine Amethyst Alexandria.
Ia merupakan sahabatku dan Matthew -Uriel; sejak kami duduk di bangku SMP. Ia sangat ceria, baik, rendah hati, dan tentu saja... sangat menawan. Sudah lama kupendam perasaanku darinya, dan rencananya, saat makan malam yang akan diadakan malam ini, aku akan menyatakan perasaanku kepadanya.
"I'm really sorry, Drew."
"Kenapa kau tidak memberi tahuku sebelumnya?" Liquid bening itu mulai mengalir dari ujung mataku. Uriel menundukkan kepalanya lesu. "Maafkan aku tidak memberi tahumu tentang itu. Kau telah masuk ke Surga dan melakukan penyucian, kau tidak bisa pulang ke rumah."
Aku merasakan kedua kakiku lemas seketika, dan aku jatuh tersungkur. Air mataku mengalir sangat deras. "Kau harus menerima takdirmu, Drew. Kau telah berhasil melakukan misi pertamamu, dan kau harus merelakan mereka agar kau dapat menjadi malaikat sejati. Kalau kau menolaknya, kau akan dibuang ke neraka dan tidak akan bisa bertemu dengan mereka lagi..."
Aku mendongakkan kepalaku, dan menatapnya. "Kalau aku menerima takdirku, apakah aku dapat bertemu dengan mereka?" tanyaku. Ada secercah harapan di dalam hatiku. Uriel tersenyum simpul. "Tentu saja. Kau juga dapat melindungi mereka. Apakah kau tidak mau melindungi orang-orang yang kaucintai?"
"Lagi pula, jika kau pulang, kau tidak bisa bersatu dengan Katherine. Dia adikmu."
Aku membelalakkan mataku. Adikku? Setahuku, aku tidak memiliki adik... "Adik? Aku... tidak punya adik. Aku anak tunggal," kataku. Uriel menggeleng.
"Kau salah. Satu tahun setengah setelah Ibumu melahirkanmu, ia melahirkan seorang anak perempuan. Dia adalah Katherine. Tetapi, saat itu, Ibumu mengalami krisis ekonomi. Ibumu tidak dapat menghidupi dua orang anak. Jadi, ia menitipkan Katherine kepada kakaknya."
Aku menatap Uriel dengan tatapan tidak percaya. Katherine... adikku? Tidak mungkin!
"Saat ini, Katherine telah bersama dengan orang tuamu," kata Uriel lagi.
"Uh, apakah... orang tuaku tidak mengkhawatirkanku?" tanyaku.
"Tidak. Orang tuamu menganggapmu sudah meninggal karena kau telah dinyatakan hilang selama satu minggu lamanya..."
"Apa!? Satu minggu? Tapi aku baru beberapa jam di sini!" kataku tidak percaya.
"Satu jam di Surga, ibaratkan satu hari di bumi." Mataku membulat dengan sempurna. Jadi... aku dinyatakan hilang di bumi? Oh, tidak. Ini bukan kabar baik.
"Andrew, ikut aku."
Aku pun berjalan membuntuti Uriel menuju ke sebuah tempat. "Kita mau kemana?" tanyaku. Tetapi, ia tidak menjawabku sama sekali.Tak lama kemudian, kami tiba di sebuah tempat. Sebuah danau lebih tepatnya.
"Kenapa kita ke sini?" tanyaku, tetapi ia tidak menjawabku sama sekali. Tiba-tiba, Uriel mengusapkan tangannya di permukaan danau itu. Lalu, aku dapat melihat kedua orang tuaku serta Katherine sedang duduk mengelilingi meja makan.
"Dad? Mom? Kate?" Aku tidak percaya dengan apa yang kulihat. Tiba-tiba, aku mendengar suara Ibuku. Beliau sedang berbicara dengan Katherine. "Kate, jangan bersedih terus. Relakan Andrew ya? Biarkan dia tenang di sana, sweetheart."
Katherine menatap Ibuku dengan tatapan sayu. Senyuman tersungging di bibirnya. Bukan senyuman kebahagiaan, tetapi senyuman kesedihan. "Kenapa Andrew pergi meninggalkan kita secepat ini ya, Mom?"
"Karena Tuhan sayang padanya, Nak," kata Ayahku.
"Sudah, sudah. Ayo makan..." Lalu, aku melihat mereka menyantap makan malam mereka.
"Dad, Mom, Kate, I miss you..." Aku tidak sadar ketika air mata mengalir dari ujung mataku. Lalu, aku merasakan Uriel mengusap bahuku lembut. "Sudahlah, Andrew. Kau sudah melihatnya kan? Mereka sudah merelakanmu. Biarlah mereka hidup bahagia di sana, dan aku harap kau dapat hidup bahagia juga di sini sebagai seorang malaikat." Ia tersenyum.
"Jadi, kau mau menjadi malaikat sejati?" Aku pun berpikir sejenak. Haruskah aku menjadi seorang malaikat sejati? Tiba-tiba, aku mendengar suara berbicara kepadaku.
Ini adalah takdirmu. Kau harus menerimanya, Andrew. Relakan mereka. Dirimu ada bersama mereka. Di dalam hati mereka. Relakan mereka, Andrew. Relakan saja. Relakan.
"Ya, aku mau." Entah siapa yang menggerakkan bibirku sehingga aku menyetujui untuk menjadi seorang malaikat sejati. Lalu, aku dan Uriel kembali ke kolam itu. "Masuklah ke dalam kolam, dan ucapkan dengan sepenuh hati, 'Aku ingin menjadi malaikat sejati'"
Aku pun melangkahkan kakiku mendekati kolam itu, lalu aku masuk ke dalamnya. Kupejamkan mataku. Memori-memoriku bersama kedua orang tuaku, dan Katherine terlintas di kepalaku. Setelah itu, aku mengucapkan kalimat itu. "Aku... ingin menjadi malaikat sejati..."
Saat aku membuka mataku, aku mendapati Uriel berdiri di depanku sambil menatapku dengan tidak percaya. Mulutnya terbuka lebar. Aku pun melihat ke belakang, dan... Astaga!
Sayapku berubah menjadi emas!
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Golden Wings
FantasyPilihannya telah membuat dirinya bukan lagi manusia fana, Ia telah menjadi malaikat sejati. Sayapnya tidak lagi berwarna putih, melainkan... Berwarna emas.