14. Panggilan Baru

6.9K 226 3
                                    

Aleya bangun dari tidurnya, kemudian membuka mata secara perlahan, sesekali menutupnya kembali karena merasa silau dengan cahaya lampu kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aleya bangun dari tidurnya, kemudian membuka mata secara perlahan, sesekali menutupnya kembali karena merasa silau dengan cahaya lampu kamarnya.

"Lah. Aku gak matiin lampu kamar tadi malam?" Gumam Aleya, karena biasanya ia akan mematikan lampu jika ingin tidur dan hanya menghidupkan lampu tidur di atas nakasnya saja.

Aleya pun berniat ingin melaksanakan sholat tahajud, tapi ia merasa janggal dengan badannya, badannya terasa berat untuk di gerakkan.

"Apa gue ketindihan ya?" Batin Aleya, ia pun mencoba menggerakkan badannya, "lah, bisa gerak kok" ucapnya dalam hati.

Ia pun melihat ke arah sampingnya dan seketika matanya membola sempurna, "Astagfirullah!" Ucap Aleya, lalu refleks mendorong tubuh suami nya dengan kuat hingga jatuh dari kasur.

"Astagfirullah"Ucap Fathar

Fathar yang tidak siap pun akhirnya terjatuh ke lantai, untung saja kepalanya tidak terbentur, jika tidak. Sudah geger otak mungkin atau lupa ingatan, kan gak lucu, baru nikah sudah geger otak.

"Ada apa Aleya?" Tanya Fathar berdiri sambil mengelus pinggangnya yang sakit.

"Gus itu yang kenapa! Masa ada di kamar cewek! Katanya Gus! Tapi main tidur di kasur yang bukan mahromnya!" Bentak Aleya, ia sudah membalut tubuhnya dengan selimut tebal, dan hanya memperlihatkan kepalanya yang terbalut kerudung instan.

Wajah Fathar langsung cengo mendengar penuturan Aleya, "kamu lupa heh?!" Tanya Fathar sambil memijit pangkal hidungnya, ingin rasanya menoyor kepala istrinya.

"Lupa apa?" Heran Aleya.

"Kita sudah menikah Aleya Zahra" geram Fathar tertahan.

"Udah nikah? Lah, kapan?" Terkejut Aleya.

"Kemarin Aleya... Sayangku... Cintaku... Zaujati... Habibati... Jamilati..." Ucap Fathar geram sendiri, ia gemas dengan istrinya ini, ia benar-benar harus ekstra sabar.

Blush..

Pipi Aleya bersemu merah mendengar penuturan Fathar, mendengar kata yang ia mengerti, seperti sayangku, cintaku, dan habibati. Tapi bukan saatnya ia blushing sekarang. Aleya mencoba mengingat kejadian kemarin, kemudian menepuk pelan jidatnya.

"Oh iya! Maaf Gus, aku lupa" ucap Aleya cengengesan, ia melepas selimut dari tubuhnya.

"Secara gak langsung kamu melupakan saya yang sudah berstatus sebagai suami kamu" ucap Fathar sambil berkacak pinggang.

"Ya.. maaf Gus, tadi kan Aleya udah minta maaf" ucap Aleya merasa bersalah.

"Kalo saya gak maafin?" Tanya Fathar.

"Yah... Jangan gitu dong Gus, Aleya kan gak sengaja. Aleya harus apa biar Gus maafin Aleya?" Tanya Aleya cemas.

Fathar tersenyum senang dalam hati, bukan karena Aleya meminta maaf, tapi karena Aleya menyebutkan namanya sebagai ganti kata 'aku' yang biasa ia pakai menjadi 'Aleya'.

Gus Alfathar (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang