"Kalo memang kamu masih ada rasa sama lelaki itu, kenapa tidak menolak perjodohan ini dengan tegas? Bukan hanya lelaki itu yang sakit, kamu pun akan sakit. Apalagi kamu sudah berjanji menunggunya" ucap orang yang sedari tadi mendengar perbincangan A...
Hai guys, sebelumnya aku mau kasih tau kalian sesuatu dulu sebelum kalian lanjut baca.
Cerita Gus Alfathar akan segera diterbitkan di Google play book, nah, ceritanya itu bakal aku rombak, bakal banyak perbedaan nantinya, sekitar 50%-70% perbedaan dengan yang di Wattpad.
Untuk saat ini, versi buku online dulu (Ebook), nanti, saat ada penawaran versi buku cetak, Insyaallah, kalau disetujui orang tua bakal aku terima juga. Dan tentunya bakal rombak lagi, bisa dibilang nantinya versi Wattpad, versi Ebook dan versi Buku novel, ketiganya bakal ada perbedaan.
Nah, kalian yang pingin baca versi e-booknya bisa ngumpulin uang dari sekarang ya..
Saat ini Aly sedang nyicil bab yang nantinya bakal dijadiin ebook. Buat yang mau beli, semangat buat nabung, jangan dijajanin seblak mulu😁
Oh iya! Aly juga udah punya saluran WhatsApp guys, bisa kalian tekan linknya di bio akun Instagram Aly, gak wajib follow akun Instagram Aly kok
Selamat membaca♥️
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aleya menutup pintu kamar, ia gugup setengah mati. Suaminya mode marah kali ini benar-benar mengerikan, matanya tajam bak elang, tangannya bersedekap diatas dada. Aleya menelan ludah kasar melihatnya.
Fathar duduk di kursi belajar, tatapannya tetap tajam mengarah pada Aleya, dia menyuruh Aleya untuk duduk di atas tempat tidur dengan matanya. Aleya menurut, daripada suaminya makin marah.
Hening. Semenit, dua menit, hingga sepuluh menit berlalu, namun hanya ada keheningan didalam kamar tersebut, hanya ada suara dentingan jam yang terdengar. Aleya tidak punya kata-kata, sedang Fathar tetap pada posisi yang sama.
Lima belas menit berlalu, suara adzan dari mesjid pesantren sudah terdengar, Fathar berdiri dari duduknya, Aleya hanya memperhatikan gerak-gerik suaminya saja. Fathar pergi ke kamar mandi untuk berwudhu, setelah selesai ia keluar dan mengambil pecinya yang ia letakkan diatas meja belajar.
Fathar berjalan menuju pintu, dan membukanya, "renungi kesalahan kamu" ucap Fathar tanpa menoleh kemudian menutup pintu.
Brak!
Aleya terkejut dibuatnya, mengerikan! Lagi-lagi hanya itu yang mampu dikatakan Aleya dalam hati. Ia pun pergi untuk berwudhu kemudian menunaikan sholat Dzuhur, dia akan memikirkan kata-kata permintaan maaf untuk suaminya setelah selesai sholat Zuhur.
Lima menit kemudian, Aleya selesai sholat dan merapikan alat sholatnya, ia pun duduk ditepi kasur sembari memikirkan kata-kata permintaan Maaf.
"A', maafin Aleya yah, Aleya janji gak bakal ngulangin hal yang sama lagi," ucap Aleya pelan. "Gak! Gak! Kurang panjang," Monolognya.
"Aa', Aleya minta maaf ya, tadi Fani ngidam pingin aku manjat pohon mangga Ndalem, ngambilin buah mangga muda, jadi, maafin Aleya ya?" Aleya terdiam sejenak, "enggak, enggak, masih kurang."