Status mereka masihlah sepasang kekasih, akan tetapi entah mengapa Hardan merasa jika dirinya semakin jauh dari Rasi sejak kekasihnya itu keluar dari rumah sakit beberapa hari laluㅡPadahal mereka sering bertemu di sekolah juga chatting atau telpon meskipun Rasi slow response.
"Kamu kenapa?"
Hardan sedikit tersentak kegat, terlalu lamat memandang sang kekasih yang saat ini duduk di hadapannya, "Gak kenapa-kenapa, Ay."
Hening kemudian karena tidak ada topik yang perlu dibahas, tanpa bosan Hardan hanya memperhatikan Rasi sampai kekasihnya itu selesai menghabiskan makan siangnyaㅡMereka di kantin sekolah sebab sekarang sedang jam istirahat terakhir.
"Kemarin aku bertemu Nalen, dia bilang kalau kamu keluar OSIS," Celetuk Rasi tanpa menatap Hardan.
Hardan menopang wajahnya dengan tangan di atas meja kantin, masih sepenuhnya memusatkan tatapannya pada Rasi, "Iya, beberapa hari lalu aku keluar OSIS."
"Karena aku?"
"Mn," Dehem Hardan seolah membenarkan pertanyaan Rasi sebelum kemudian berkata, "Tapi, kemarin malam Mavel datang ke rumahku,"
Tatapan tanpa arti dilempar Rasi pada Hardan, "Kenapa?"
"Dia minta bantuan aku, bahkan mohon sama aku buat gak keluar." Jelas Hardan sebelum Rasi mendengar hal itu dari mulut orang lain, "Demi event terakhir yang sebentar lagi dilaksanakan, aku kasihan sama Mavel."
Rasi ber-oh-ria, "Baguslah,"
"Kamu marah, ay?"
"Nggak, itu hak kamu."
Hardan tertegun mendengar perkataan singkat Rasi.
Rasi beranjak dari duduknya, "Aku kembali ke kelas dulu." Tanpa menunggu balasan dari Hardan, ia melenggang keluar dari area kantin.
Hardan ditinggalkan, apa yang ia rasakan seolah terbuktiㅡRasi semakin jauh darinya, ia tidak lagi mendapatkan respon cepat, spam pesan ataupun panggilan, amarah karena dirinya tidak menuruti perkataan kekasihnya itu dan bahkan Hardan menyadari jika akhir-akhir ini tidak ada lagi keposesifan atau kecemburuan yang dirasakan Hardan dari kekasihnya itu.
"Kasih aku waktu buat ninggalin kamu lebih dulu, Hardan."
Tertegun, Hardan takut apabila perkataan Rasi beberapa hari lalu benar-benar dibuktikan oleh submissive itu.
"Gak, aku atau pun kamu gak akan saling meninggalkan, Ay."
Thantophobia
what if you lose me?Pulang sekolah, Rasi sengaja dijemput oleh Bunda untuk mengunjungi psikiaterㅡSesuai dengan jadwal check up rutin yang sudah ditentukan, untuk memantau psikologi Rasi sejauh ini, sejauh sejak kejadian itu.
Rasi sudah duduk berhadapan dengan wanita berjas putih bernama Elizia, Dokter muda yang kini tersenyum ke arah Rasi.
"Bagaimana kabarnya? Baik-baik saja ya? Harus!" Kemudian Elizia melirik pergelangan tangan Rasi, bekasnya lumayan hilang.. tidak ada luka basah lagi lantas membuat wanita itu tersenyum.
"Kemarin.. sudah melukis apa?" Elizia mempertanyakan kegiatan yang ia sarankan untuk Rasi lakukan agar bisa mengalihkan pikiran negatif, yang mana berhasil membuat Rasi menatap matanya dengan pandangan kosong yang sangat ia mengerti, pandangan yang seolah memperlihatkan tidak ada harapan, benar-benar kosong.
"Langit dan Laut."
Elizia mengangguk-angguk, "Kenapa melukis laut?"
"Luas dan bebas."
KAMU SEDANG MEMBACA
17. Thantophobia
Short Story"Instead of me losing you, wouldn't it be better if you lost me?"