Hari ini adalah hari event besar dilaksanakan untuk memperingati hari jadi sekolah, sekaligus event terakhir yang dikerjakan oleh anggota OSIS di bawah kepimpinan Mavel dan HardanㅡYang artinya hari ini akan menjadi hari bebas tanpa pelajaran setelah setengah jam lalu apel pagi dan potong tumpeng.
Halaman sekolah dipenuhi oleh motor siswa-siswi dari sekolah lain yang datang karena mendapat undangan dari OSISㅡYa, event kali ini dibuka untuk umum juga karena terdapat banyak tonton seperti pertandingan futsal, basket dan voli, kemudian juga ada penampilan dari setiap kelas yang menampilkan bakat serta tidak lupa organisasi dan ekskul turut mengambil bagian untuk memamerkan keterampilan merekaㅡSeperti ekskul seni yang telah diberikan ruang khusus di aula untuk memajang karya seni lukis atau kerajinan, OSIS juga tidak lupa mengundang guest star yang cukup menarik di tampilkan di akhir acara nanti. Ah ya, tidak lupa juga di lapangan utama selain ada panggung penampilan, di sekitar panggung tersebut terdapat sekitar tiga puluh meja stand bazar makanan serta karya seni buatan siswa-siswi dari setiap kelas.
Wah, anggota OSIS benar-benar bekerja keras untuk melaksanakan event terakhir periode mereka.
Sayangnya keramaian yang ada di sekolah itu tidak menarik minat Rasi Sabintang yang hari ini datang ke sekolah hanya untuk sekedar mengisi absensi hadirㅡYa, andai saja tidak ada ancaman absensi maka kemungkinan pasti Rasi hari ini tidak akan masuk sekolah.
Setelah mengisi daftar absensi di kelas, Rasi melangkah kakinya keluar kelasㅡMenyusuri koridor yang cukup ramai karena banyak siswa-siswi dalam sekolah ataupun luar sekolah berlalu-lalang. Langkahnya terhenti sejenak, ia menoleh ke arah koridor yang mengarah menuju aula indoor, tanpa pikir panjang Rasi tertarik untuk melihat sebentar lukisan-lukisan ekskul seni yang dipamerkan di aula itu.
Rasi memasuki aula dengan tenang, senang saat melihat banyak siswa-siswi yang rupanya tertarik untuk melihat hasil lukisan ekskul seni yang sering diremehkan oleh warga sekolahnya sendiri. Melihat-lihat, sampailah Rasi di depan salah satu lukisan miliknya yang dipamerkanㅡLukisan yang dua hari lalu ia serahkan kepada salah satu anggota ekskul seni yang bertugas mengumpulkan lukisan untuk dipamerkan di acara hari ini, lukisannya cukup sederhana; seseorang yang duduk di tepi pantai.
"Bukan lukisan yang bagus tapi juga bukan lukisan yang buruk,"
Rasi tidak berminat untuk menoleh setelah mendengar komentar seseorang yang berdiri di sampingnya, ia hanya diam dan mengamati detail lukisannya.
"Pasti orang yang melukis lukisan ini sedang mengalami depresi."
Komentar masih berlanjut, Rasi masih mengabaikan seseorang itu.
"Ini lukisan ketiga yang memiliki makna depresi, dengan tanda tangan yang sama.. how depressed the person who paints is.. kasihan."
"Tiga?" Alis Rasi sempat menyatukan alisnya sebelum menoleh ke arah seseorang yang mengkomentari lukisan bermakna menyedihkan tanpa tahu bahwa orang yang melukis lukisan menyedihkan itu adalah seseorang yang berdiri di sampingnyaㅡRasi, "Kamu sudah melihat tiga lukisan menyedihkan?" Bertanya-tanya karena ia tidak tahu berapa jumlah lukisan setiap anggota ekskul seni yang lolos dipamerkan, termasuk lukisan miliknya yang entah lolos atau tidak.
"Ya, tanda tangan yang sama.. RS inisial pelukisnya, aku kasihan banget sama dia." Ujar seseorang itu yang merupakan siswi dari sekolah lain.
"Gak perlu iba," Balas Rasi tanpa berniat mengakui jika dirinya adalah pelukis dari tiga lukisan menyedihkan itu, "Dia gak selemah itu."
Siswi itu tertawa renyah, "Ya.. dia bisa bilang gitu setelah melukis pakai darahnya sendiri."
Aku sudah melakukan itu berkali-kaliㅡRasi tersenyum simpul, "Warna darah terlalu pekat."
KAMU SEDANG MEMBACA
17. Thantophobia
Cerita Pendek"Instead of me losing you, wouldn't it be better if you lost me?"