"hari ini aku bisa pulang kan, Bun?"
bunda menatap sejenak Rasi sebelum menggeleng sebagai jawaban untuk pertanyaan putra sulungnya itu.
"kenapa? darahku kan udah nggak keluar, terus darahku juga nggak habis." tanya Rasi yang merasa heran.
"masih pucat, nanti dengar kata dokter apa setelah periksa kamu.. bunda keluar dulu sebentar ya." balas si bunda sebelum pergi keluar dari ruang inap Rasi untuk menerima panggilan dadakan dari kantor.
Rasi mengangguk-anggukkan, sepeninggalan bundanya ituㅡRasi mengusap-usap perban yang membalut luka sayatan yang berhasil membuatnya berakhir dirumah sakit. "Aww, sakit.." ringis Rasi sebelum tertawa dan menekan lagi tepat mengenai luka sayatannya, "sshh.."
yang kemudian kegiatan menekan itu terhenti karena Rasi sadar jika kegiatannya itu membuat perbannya kembali basah disebabkan darahnya merembes, "oh.. belum kering ternyata ya." monolog Rasi sebelum membaringkannya tubuhnya tanpa memperdulikan darah yang keluar dari luka sayatannya, "the pain is already addictive." terasa sedikit nyeri dan perih.
setidaknya rasa sakit pada tubuhnya membuat pikiran Rasi teralihkan dari rasa bersalahnya terhadap sosok Gallen meski sesaatㅡitu adalah pemikiran Rasi Sabintang sejak divonis mengalami depresi setelah kehilangan Gallen Dama Althaya.
Thantophobia
what if you lose me?"gue berdiri disini mau minta maaf karena rapat kemarin batal."
para anggota OSIS termasuk teman dekat Hardan memilih menyimak untaian kalimat yang diutarakan oleh wakil ketua OSIS yang siang hari ini bisa menghadiri rapat yang seharusnya sudah diselesaikan kemarin jika seandainya kemarin wakil ketua OSIS itu bisa hadir.
"sebelumnya gue mau ngomong perkara kehadiran atau tidaknya gue, ya bener kalaupun gue gak hadir harusnya rapat bisa dijalankan selagi ada ketua OSIS yang hadirㅡbener kata Adam." ujar Hardan lagi, kali ini pemuda itu melirik salah satu anggota yang sempat nimbrung digrup dan pesannya itu sempat dibaca oleh Hardan.
Hardan menarik nafas, "sebelumnya juga gue selalu bilang ke Mavel buat tetep rapat walaupun gue gak hadirㅡgue gak masalah dan masih bisa dapet rekapan hasil rapat dari sekertaris. Jadi, seterusnya setelah ini gue harap Mavel bisa tetep ngadain rapat meskipun gue gak hadirㅡ"
"lo beneran gak bisa profesional ya, Dan? disini kita ngehargain kehadiran lo, kita gak adain rapat tanpa lo berarti lo penting banget buat rapat dan lagi masukan serta kritikan lo itu penting buat sesi rapat." protes Nalen yang sedari awal tadi kurang setuju atas pembelaan diri Hardan, "lo wakil ketua dan jabatan itu sangat penting."
Hardan menghela nafas samar sembari menatap Nalen, "kalau gitu gue mundur jadi anggota OSIS biasa, gimana?"
"Hardan."
"biar gue juga bisa seenaknya hadir apa nggak, ngelaksanain tugas apa nggakㅡ"
"maksud lo apa, Dan? mau nyeret orang lain biar gak terlalu keliatan kalau lo yang bermasalah?"
Hardan mengangkat kedua tangannya saat tau Jehano bersuara, "hari ini gue keluar dari OSIS dan nanti suratnya nyusul."
"Hardan!" teriak Mavel tak dipedulikan oleh Hardan yang sudah lebih dulu keluar dari ruang OSIS.
"lah cupu dia, lari dari tanggung jawab."
"lo yang cupu, bangsat!" maki Mavel pada salah satu anggota yang sempat-sempatnya mengatai HardanㅡMavel bahkan sudah tidak memperdulikan etika sopan santun sebagai ketua OSIS, "lo semua cupu karena udah berani ngebully mental seseorang, sikap lo semua itu gak pantes jadi OSIS."
KAMU SEDANG MEMBACA
17. Thantophobia
Short Story"Instead of me losing you, wouldn't it be better if you lost me?"