"Nyebelin banget gila."
Jehano menoleh ke sumber suara yang terdengar mengeluh kesalㅡPacarnya, Nalen datang mendekat dan duduk di samping kirinya, "Kenapa? Mana Alesa? Tadi dia ke sekretariat buat ambil barang tapi sampai sekarang belum balikㅡ"
"Alesa gak akan balik, dia dibawa ke klinik gegara kepalanya berdarah."
"Kok bisa?" Tanya Jehano membuat pemuda lain yang duduk di samping kanannya menoleh, "Jatuh?"
"Gak! Si gila itu yang ngelukain Alesa, gak jelas bangetㅡHardan langsung bawa Alesa ke UKS tapi karena Alesa ngeluh pusing jadinya dibawa ke klinik, alhasil aku disuruh gantiin tugas Alesa, sialan." Omel Nalen tanpa jeda.
"Si gila.. siapa?"
Nalen berkacak pinggang dengan mata mendelik kesal, "Siapa lagi kalau bukan Rasi? Rasi Sabintang, huh?"
"Sorry, Rasi.. kenapa?"
Akhirnya pemuda yang duduk di samping kanan Jehano bersuara dan berhasil menyita perhatian Nalen.
"Lo siapa?" Tanya Nalen sebelum menjawab pertanyaan pemuda bersragam SMA Nusa membuatnya teringat, "Oh.. wakil ketua OSIS SMA Nusa ya.. Samuel?"
"Rasi kenapa?" Ulang Samuel serius menatap Nalen.
"Lo kenal Rasi?" Nalen justru berbalik bertanya karena merasa heran terhadap seorang anggota OSIS sekolah sebelah yang mengetahui tentang Rasi, "Oh.. dulu gue denger-denger Rasi pindahan dari SMA Nusa.. bener ya berita itu? Makanya lo kenal Rasi, kalau gue boleh tahu.. kenapa Rasi pindah waktu kenaikan? Rasi buat onar di SMA Nusa kahㅡ"
"Sorry, lo bisa jawab pertanyaan gue gak? Rasi kenapa?" Pinta Samuel yang malas menanggapi rentetan pertanyaan Nalen, lagipula ia tidak berhak mengatakan alasan sebenarnya mengapa Rasi Sabintang pindah sekolah saat kenaikan kelas dua belas.
Nalen berdecak malas, "Biasa, buat onar, Rasi udah ngelukain Alesa sampai berdarahㅡ"
Samuel mengrenyit, "Rasi? Kenapa bisa? Rasi gak mungkin kayak gitu kalau dia gak diganggu duluan."
"Lah, emang lo tahu apa tentang Rasi? Sejak Rasi jadian sama Hardan, sejak saat itu banyak siswa-siswi sekolah ini yang jadi korban bullyan dia." Cerca Nalen berdasarkan apa yang ia saksikan sejauh ini, keributan yang diciptakan Rasi sejak menjadi kekasih Hardan.
Kedua telapak tangan Samuel terkepal mendengar penuturan Nalen yang menurutnya tidak mungkin, "Tadi lo bilang Hardan nolong Alesa? Berarti sekarang Hardan gak sama Rasi?"
"Yaiyalah," Nalen membenarkan, "Lagian Rasi problematik banget, suka ngatur Hardan dan selalu minta diingertiin tanpa mau ngertiin, egois." Makian Nalen terhadap Rasi berlanjut, "Biarin deh sendirian, biar introspeksi."
Samuel beranjak dari duduknya, membuat Jehano tersentak terkejut karena tanpa pamit Samuel melenggang pergi begitu saja.
"Sam! Samuel, lo mau ke mana!?" Teriak Jehano karena sekitarnya cukup ramai ricuh, ia pun beranjak pergi menyusul Samuel hilang di tengah lalu-lalang siswa-siswiㅡMeninggalkan Nalen yang kebingungan.
Berhasil melihat Samuel, Jehano segera menahan lengan sepupunya supaya tidak menghilang dari jangkauannya, "Kenapa? Lo mau ke mana?" Tanyanya melihat kepanikan pada wajah Samuel.
"Rasi.. tolong cari Rasi, Han."
Thantophobia
what if you lose me?Brak
"Lo pembunuh."
Rasi membanting pintu kamarnya, ia jatuh terduduk lemas di depan pintu kamarnyaㅡMenatap kosong lantai kamarnya sembari meremat surainya, kepalanya terasa sakit karena berisik terngiang-ngiang perkataan Hilda, teman-teman Hilda, Alesa dan Nalen.
KAMU SEDANG MEMBACA
17. Thantophobia
Short Story"Instead of me losing you, wouldn't it be better if you lost me?"