14 › menyesal dan maaf.

229 46 16
                                    

Plak

Suara tamparan renyah itu berasal dari tangan Luna yang terangkat ringan menyentuh pipi Hardan ketika keduanya bertemu di luar area pemakaman, tepatnya di dekat mobil-mobil para pelayat yang mengantarkan Rasi ke tempat peristirahatan terakhir.

Hardan mematung, mencerna tamparan serta tangan Luna yang singgah menarik kasar kerah sragamnya setelah melayangkan tamparan. "Lo apa-apaan, Luna?" Tanyanya bingung melihat gelagat marah yang diperlihatkan siswi yang ia kenal adalah teman sebangku Rasi.

"Lo jahat, Dan." Luna menahan diri untuk tidak memaki-maki Hardan dengan kalimat kasar karena ia sadar saat ini berada di dekat area pemakaman, bahkan dirinya dan Hardan menjadi pusat perhatian para pelayat yang berbondong-bondong keluar dari area pemakaman karena prosesi pemakaman sudah selesai, "Jahat banget, I swear you will regret this day."

"Maksud lo apa? Gue beneran gak paham kenapa lo dateng sambil marah-marah, Luna?" Pelan Hardan menyingkirkan tangan Luna dari kerah sragamnya, "Bisa ngomong yang jelasㅡ"

"Mana cewek yang lo bela sampai lo tega ninggalin Rasi hah?!" Luna menatap nyalang wakil ketua OSIS sekolahnya, menaikkan nada bicaranya bertepatan dengan beberapa siswa-siswi bersragam mendatangi dan mencoba menengahi mereka berdua, "Sialan ya lo, Dan, demi apapun gue sumpahin lo dan orang-orang yang ngehardik Rasi bakal nyeselㅡ" Menarik nafas yang sesak sebab merasa sedih atas kepergian Rasi, terlebih dirinya teringat akan di hari di mana Rasi memintanya untuk belajar duduk sendiri, "Buka handphone lo, buka! Lihat video rekaman cctv yang barusan di kirim anggota OSIS lo, buka dan lihat, Hardan!" Kasarnya Luna menepis tangan anggota OSIS yang menahan dirinya agar tidak bermain fisik pada Hardan.

"Tenang, Luna, tenang.. kita ada di dekat pemakaman, tanah kuburan Rasi masih basahㅡ"

"Ya, justru itu! Gue mau kalian nyesel senyeselnya," Nada bicara Luna semakin meninggi dan ketus saat mendengar perkataan Nalen, "Kalau seandainya beberapa jam laluㅡHardan gak milih nolong Alesa, mungkin Rasi masih ada sama kita."

"Sorry, maksudnya apa? Bisa dijelasin?"

Perhatian Luna teralihkan pada seorang pemuda yang mengenakan sragam SMA sebelah yang cukup familiar, "Gue cuma menyimpulkan bahwa penyebab Rasi kayak gini itu karena Hardan, he is the biggest reason why Rasi chose to leave us." Luna menatap tajam Hardan dan beberapa anggota OSIS PMR yang terlibat dalam video rekaman, "Selain Hardan, kalian juga penyebabnya! Kalian bully Rasi tanpa tahu alasan kenapa Rasi bersikap selama ini, bangsat, entah Rasi beneran punya masalah kesehatan mental atau enggak seharusnya kalian sadar kalau perlakuan kalian ke Rasi selama ini gak pantas, gimana kalau seandainya Rasi memang punya masalah kesehatan mental dan perlakuan kalian itu ternyata semakin memperburuk kesehatan mentalnya? Gimana?" Lolos juga kata makian dari mulut Luna yang rasanya tidak dapat menahan, "Sebenarnya apa sih salah Rasi ke kalian, hah? Rasi cuma punya urusan sama Hardan, itu pun karena Rasi punya hubungan sama HardanㅡTerus kenapa kalian bully Rasi segitunya? Verbal? Ngatain Rasi matre karena Rasi minta diantar-jemput naik mobil? Ngatain Rasi psikopat karena nindas siswa-siswi yang deketin Hardan? Ngatain Rasi stress karena Rasi sering ngelamun dan ngomong sendiri? Ngatain Rasi posesif obsesi sama Hardan karena sering ngatur Hardan? Gila ya lo pada?" Uneg-uneg yang selama ini Luna tahan setiap kali mendengar bisik-bisik siswa-siswi sekolah tentang Rasi, "Kalian itu gak tahu apa-apa tentang Rasi, kenapa kalian bisa ngomongin gitu tentang Rasi? Emang salah kalau Rasi ngatur Hardan yang statusnya pacarnya? Emang salah Rasi marah ke siswa-siswi yang berniat ngerebut Hardan? Emang salah kalau Rasi ngelamun sambil ngomong sendiri? Emang salah Rasi minta diantar-jemput naik mobil sama Hardan yang statusnya pacarnya dan lagi Hardan sukarela nurutin kemauan Rasi? Emang salah? Rasi kayak gitu gak ganggu kalian lho," Luna masih menyimpan kesal dan marahnya, ia mendekati Nalen yang berdiri diam menunduk, "LoㅡNalen, emangnya lo bakal biasa aja kalau seandainya ada yang deketin Jehano hah? Gak kan?"

17. ThantophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang