Time is always right to do what is right.
Kalimat dari seorang Martin Luther King Jr adalah sebuah hal benar. Waktu akan mengungkapkan kebenaran.
Aku mengetahuinya dengan pasti. Ia yang telah menyelamatkanku dari sebuah kebohongan yang kejam. Mengapa aku terlalu bodoh untuk mendengar perkataan lelaki sialan itu?
Dan lagi, mengapa aku terlalu bodoh untuk tidak mempercayainya?
***
"Hei, percayalah. Dia tidak akan melakukan kesalahan, aku tau dia mencintaiku," Ucap Ify dengan percaya diri, menyikut lengan sahabat yang belum lama ia kenal. Pria manis itu tertawa santai, bukan karena jawaban Ify, melainkan nada bicara dari bibir mungilnya.
"Fy, the only man who never make mistake is a man who never does anything," Balas pria itu penuh percaya diri.
Ify berdecak sebal melihat kearah pria bernama Rio itu, jelas pria itu tidak membalas perkataannya dengan pasti.
"Cih, Theodore Roosevelt, huh?" Ucap Ify mendengus mendengar sebuah quote dari Theodore Roosevelt, salah satu mantan presiden Amerika Serikat itu terucap dari Rio.
Rio, pria cerdas yang selalu mengajaknya berdebat itu hanya mengendikkan bahu tak perduli, "Kau memang selalu begitu, Nona Ify. Tidak ingin mendengarkanku dengan baik," Pria yang memiliki brown eyes itu memilih menghirup angin sejuk yang berhembus di bibir pantai dan membaringkan tubuhnya pada hamparan pasir.
Ify menyampingkan rambut panjangnya dan mengikuti langkah Rio, menyenderkan kepalanya dan membiarkan pria itu menghirup aroma shampoo yang ia gunakan.
"Kau tidak akan mempercayaiku, kan?" Kata Rio penuh percaya diri.
"Tentu saja, lagipula apa hubungannya laki – laki yang tidak pernah melakukan kesalahan dengan priaku melakukan kesalahan?" Jawab Ify balik dengan kepercayaan diri penuh.
Rio mendesah, membiarkan kepala Ify bersender ke tubuhnya yang kokoh.
"Seorang pria selalu bisa menilai pria lainnya. Sama seperti cinta, its like a wind, you can't see it but you can feel it,"
"Dan kali ini kau mengutip kalimat London Carter dalam A Walk to Remember, you sure such a person, Rio,"
"You too, such a big head," Rio mengacak rambut Ify yang berada di dadanya, dan membiarkan perempuan itu menggerutu.
"Lagipula, bukankah kejujuran juga dapat kau lihat, Tuan Rio. Aku melihatnya," Kata Ify teguh pada pendiriannya.
"Sudahlah, kau selalu saja begitu. Mata indahmu itu terlalu buta untuk melihat,"
Pria itu menarik tubuh tegap dan kekarnya, dan membuat perempuan itu bangkit.
"Ya, kau ini. Menyebalkan. Kau terlalu puitis," Gerutu Ify memukul kepala Rio keras sehingga pria itu meringis.
"Katakan saja nanti, kau mungkin merasakannya. Astaga, sakit sekali ini," Rio menyentuh kepalanya yang memerah.
"Rasakan kau," Ucap Ify senang. Lantas bangkit dan berlari menjauhi Rio. Pria itu menarik sudut bibirnya, sifat kompetitifnya muncul dan tanpa menunggu lama bangkit mengejar perempuan itu.
Mentari mulai turun ke peraduannya, semburat oranye di pinggir pantai ini terlihat begitu indah dihiasi sepasang manusia yang masih berlari – lari di tengah keheningan pantai. Memecah kesunyian dan menyatu pada harmoni ombak.
***
Halo semuanya. As you know, this stories posted long time ago. I did some revision with the diction and typos. I hope you guys enjoy this short story. Please give me your vote and comment to make this story better.
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer In Love (Finish)
Short StorySome love story to enjoy summer! Bahasa Indonesia