Penantian 2

215 10 0
                                    

Satu tahun sebelumnya,

Liburan kenaikan sekolah telah usai, begitupun dengan rangkaian kegiatan orientasi penerimaan siswa baru.

Liburan kenaikan sekolah telah usai, begitu juga dengan rangkaian kegiatan seperti masa orientasi dan sebagainya. Gerbang sekolah dipenuhi siswa – siswi yang kembali ke sekolah, beberapa tampak gembira kembali berkumpul dengan teman sekelasnya. Mungkin jenuh terlalu lama tidak ada kegiatan dirumah.

Di sisi lain, ada juga yang tidak puas dengan masa liburannya yang dianggap tidak terlalu lama. Salah satunya adalah Ify. Ia menggerutu sepanjang perjalanannya melewati gerbang sekolah yang dianggap keramat itu, Sivia merangkul pundaknya dan menyapanya.

"Cie Ify, perubahan besar nih," Ujarnya dengan pandangan tertuju pada rambut Ify yang berubah menjadi pendek sebahu.

Padahal sebelumnya, gadis itu memiliki rambut panjang hingga sepinggang.

"Lagi nyoba sesuatu yang baru aja," Jawabnya santai dan Sivia mengangguk mengerti.

Mereka melangkah menuju aula sebelum Ify berhenti melihat seorang wajah asing mengenakan jaket biru berbincang akrab dengan teman sekelasnya.

"Siapa tuh, Vi?" Tanya Ify penasaran. Sivia menoleh kearah cowok yang disebut Ify itu, "Oh, dia Rio. Anak baru tuh,"

"Anak kelas kita?" Tanya Ify lagi.

Sivia menggeleng, "Anak kelas X"

Sejenak Ify mengernyitkan dahinya, "Perasaan MOS kemarin dia gak ada deh." Ungkapnya.

Sivia mengangguk, "Yup, dia gak ikut MOS sama sekali. Gak tau deh gimana bisa dapat pengecualian,"

Gadis itu mendelik, "Apa – apaan tuh. Udah pake jaket lagi, emangnya sekolah milik nenek moyang," Kata Ify menggerutu. Sebagai anggota OSIS yang mengikuti peraturan, rasanya tidak adil laki – laki itu mendapatkan perlakuan khusus.

"Curang banget, emang siapa sih dia," Geram Ify lagi ketika melihat anak itu tersenyum santai seolah tebar pesona.

"Udah lah, Fy. Biarin aja, calon – calon anak kesayangan tuh," Ujar Sivia risih sendiri. Ify mengangguk, meskipun ia tidak merasa puas.

***

Matahari yang semakin tinggi tidak menyurutkan mereka menikmati waktu di dalam air. Aku mengeluarkan camilan yang kubawa dari rumah. sembari memperhatikannya dari jauh.

Ia berbaur dengan anak – anak cowok yang bermain bola voli di dalam air, dan aku bisa dengan jelas melihat dimana dia.

To be honest, laki – laki ini punya daya tarik yang membuat orang mengenalinya dengan mudah. As if he is different. Or, is it just me who think that way?

Sampai saat ini aku bertanya – tanya alasan menyukainya. I mean, he is cool, famous, good looking but it doesn't mean he is perfect. Dia adalah orang yang sedikit arogan, egois dan sombong.

"Kak, ngelamun aja," Shilla, siswa kelas X-IPS 1, adik kelasku itu menyadarkanku dari lamunan.

Aku tersadar dan tersenyum, "Duduk, Shill,"

"Bakalan terus suka dalam diam nih ceritanya," Kata Shilla menyindirku. Aku terkekeh pelan, ia terlalu mengenalku.

"Menurut lo?" Tanyaku padanya. Ia mengendikkan bahu dan aku memilih diam.

Berbicara tentang Shilla, anak ini termasuk orang yang berani. Dia juga salah satu orang yang selalu melawan dan berselisih paham dengan Rio.

Ngomong – ngomong mengenai Shilla, aku bertemu Rio di hari yang sama aku mengenal Shilla.

***

Chapter 3 sampai akhir akan dipost dalam minggu ini. Thank you

Summer In Love (Finish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang