01 -Taraxacum-

534 81 3
                                        

^-^*^-^

Di antara berbagai jenis tumbuhan yang ada di dunia ini, entah mengapa randa tapak –atau yang biasa disebut dandelion- menjadi satu-satunya tumbuhan yang paling menarik perhatian Arabelle. Bunga liar ini memiliki rupa yang cukup khas dengan bunga dan batang yang mungil. Benar-benar mungil hingga kelopak-kelopaknya dapat hancur oleh sapuan angin yang lembut. Hanya dalam sekejap, bunga tersebut bisa menghilang dari pandangan mata.

Terdengar lemah memang. Dandelion seolah tidak memiliki kekuatan untuk mempertahankan dirinya sendiri. Dandelion seolah hanya dapat pasrah menerima bagaimana takdir yang telah digariskan.

Meski begitu, dandelion juga memiliki keunikan tersendiri. Dikatakan bahwa selama apapun angin menerbangkannya, tidak akan ada bagian dari bunga liar itu yang rusak. Lalu dimana pun angin menjatuhkannya, dandelion selalu akan kembali tumbuh dan menciptakan kehidupan baru.

Rapuh namun kuat, begitulah Arabelle Raquelina Jackson menyimpulkannya.

"Dandelion." Gadis dengan rambut cokelat yang terurai itu bergumam penuh pemujaan.

Kemudian ia memetik salah satu dandelion yang tumbuh di dekatnya, meniup pelan hingga kelopak bunga terbang dibawa oleh angin. Tinggi dan makin tinggi mengikuti arah angin yang bertiup.

Iris amber Arabelle terus mengamati kepergian kelopak bunga itu, hingga tiba-tiba sebuah suara berat yang asing mengejutkannya.

"Dandelion, persis sama sepertimu."

Arabelle sontak berbalik, memutar pandangan mencari asal suara.

Lalu gadis itu mendapati seseorang berdiri di tengah-tengah padang dandelion. Tingginya menjulang dengan tubuh tegap khas seorang lelaki. Ia mengenakan setelan pakaian berwarna hitam yang kontras dengan keadaan padang yang begitu cerah.

"Siapa kau?" Arabelle bertanya. Kelopak mata gadis itu tampak menyipit berusaha memusatkan pandangannya agar dapat melihat wajah dari sosok asing tersebut. Sayangnya posisi lelaki itu yang membelakangi sinar matahari membuat usaha Arabelle sia-sia.

Sementara Arabelle menanti jawaban, sosok tersebut melangkah mendekat. Lalu setibanya di hadapan Arabelle, ia langsung mengulurkan tangannya tanpa mengatakan apapun.

Sesaat Arabelle hanya terdiam, menatap uluran tangan tersebut dengan bingung.

Kemari... Gapai aku...

Suara itu terdengar di telinga Arabelle meski tidak ada satupun dari mereka yang berucap. Kemudian seperti terhipnotis, tubuh Arabelle bergerak di luar kendali dan menggapai tangan sosok itu.

Brukk!

"Nghh!"

Arabelle terkesiap. Lelaki itu bukan hanya menariknya bangkit berdiri tetapi juga menarik Arabelle masuk ke dalam dekapannya.

ASTAGA! Apa ini?! batin Sang Gadis tidak mengerti. Siapa lelaki ini? Mengapa begitu lancang memelukku?!

"Tidak penting siapa aku." Sosok asing itu berbisik dengan suaranya yang rendah tepat di telinga Arabelle.

Rambut-rambut halus di tengkuk Arabelle sontak meremang. Sensasi asing yang menggelikan hadir memenuhi perutnya.

"Men— Menjauh! Menjauh..." Arabelle mendorong sekuat yang ia bisa, berusaha menciptakan jarak selebar mungkin.

Sayangnya tubuh itu sekeras batu. Usaha Arabelle tidak membuahkan hasil.

"Yang kau harus tahu," sosok itu kembali berujar. "You are my dandelion."

The Blue EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang