^-^*^-^
Dari segala tugas yang dilimpahkan Hecate padanya, ada satu tugas yang paling Arabelle suka, yaitu menggembalakan hewan ternak. Membawa hewan-hewan tersebut ke padang luas untuk menikmati rumput segar hingga kenyang lalu tertidur. Membiarkan mereka menikmati alam sementara Arabelle dapat mengistirahatkan dirinya di bawah pohon rindang. Terkadang Arabelle juga memanfaatkan waktu seperti ini untuk melakukan dua kegiatan kegemarannya yaitu membaca dan melukis.
Arabelle memang suka membaca. Membaca membuatnya dapat melihat dunia dari berbagai sudut pandang. Membuat Arabelle seolah-olah menjalani kehidupan berbeda dari yang ia miliki hingga terasa seperti mimpi yang indah. Sementara melukis merupakan cara Arabelle menuangkan isi kepalanya. Membuatnya jauh lebih tenang setiap kali pikirannya begitu berisik.
Namun kali ini Arabelle memilih untuk tidak melakukan dua kegiatan itu. Dia hanya duduk termenung menatap padang dengan tatapan kosong.
"ARA!!!" Lalu sebuah panggilan menyentak kesadaran Arabelle.
Terlihatlah oleh netranya seorang lelaki dewasa yang mengenakan celana kargo pendek dipadukan dengan sebuah kaus polos, berlari mendekat.
"Mengapa tidak melesat?" Arabelle langsung melemparkan sebuah pertanyaan kala lelaki itu tiba.
Sosok di depan Arabelle tersenyum tipis. "Aku tidak ingin kau terkejut seperti terakhir kali."
Kemudian perhatian Arabelle beralih pada beberapa kantong yang ada di tangan lelaki itu. "Apa yang kau bawa?" tanyanya.
"Tidak bisakah kau mengizinkan aku duduk dulu, Nona?"
Balasan sarkas tersebut membuat Arabelle tertawa pelan. "Aku tidak melarangmu duduk sejak tadi Z."
Z atau Zander -lelaki yang menjadi teman Arabelle berbicara-, kemudian duduk tepat di depan Arabelle. Dengan penuh antusias, ia mengeluarkan isi dari kantong-kantong yang memang sengaja ia bawa untuk gadis itu.
"Kemarin aku ke kota dan menemukan banyak buku keluaran terbaru untukmu." Ada sekitar lima buku yang Zander sodorkan pada Arabelle. "Lihat! Ini adalah novel dari penulis yang kau suka itu. Benar bukan?"
Arabelle mengambil buku yang diberikan Zander. Lalu ia mengangguk setelah melihat nama penulis yang tertera di sana.
"Terimakasih," tutur Arabelle.
"Belum. Aku belum selesai," potong Zander cepat. "Simpan rasa terima kasihmu hingga aku mengeluarkan semuanya. Aku tidak ingin mendengar kata itu berkali-kali."
"Baiklah Z." Arabelle pasrah.
Zander pun mengeluarkan berbagai benda lain dari kantongnya. "Aku membelikan kanvas dan cat baru untukmu. Penjualnya mengatakan cat acrylic ini lebih baik dari yang sebelumnya. Lukisanmu pasti akan lebih bagus."
Iris amber Arabelle mengamati alat-alat lukis yang diberikan Zander. Lalu ia berujar. "tetapi bukankah seluruh penjual memang mengatakan barang dagangannya bagus Z? Lagipula bagus tidaknya sebuah lukisan tergantung dari pelukisnya sendiri."
"Kuncinya ada di tanganku," tutur Arabelle angkuh sembari menunjukkan tangannya.
Zander tidak menjawab dan hanya melempar delikan sinis pada Arabelle.
"Ngomong-ngomong, aku juga membeli easel lukis seperti yang kau impikan. Tetapi aku tidak membawanya sekarang," ujar Zander. "Kau ingin aku mengambilnya?"
Arabelle menggeleng. "Tidak perlu."
"Mengapa?" heran Zander. Melukis adalah tawaran yang tidak pernah dilewatkan oleh Arabelle sebelumnya. Apalagi karena ia tidak bisa melakukan kegiatan ini di rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Blue Eyes
VampirosMeski begitu menyukai kisah Cinderella, Arabelle tidak pernah berharap akan menjalani kehidupan seperti Sang Putri. Kematian mendadak ibunya, lalu kehadiran wanita lain yang dibawa ayahnya untuk menggantikan Sang Ibu sebagai nyonya rumah. Posisi seb...