02 -Rosa 'Black Baccara-

296 58 1
                                    

^-^*^-^

Bukan pertama kali bagi Arabelle dihukum tidak bisa makan seharian. Namun hal itu juga tidak berarti ia terbiasa dengan hukuman tersebut. Perut Arabelle tetap saja bergemuruh riuh, terutama ketika ia harus menghidangkan makanan bagi ibu dan saudara-saudaranya. Ya, persis seperti saat ini.

Rutinitas sarapan di meja makan segera berlangsung sekembalinya Arabelle membeli makanan. Hecate duduk anggun di bagian kepala meja sembari menikmati secangkir teh, lalu kedua putrinya berada di sisi kanan dan kiri. Arabelle sendiri tampak berdiri di salah satu sudut ruangan, menunggu dalam diam.

Hecate memang memerintahkan Arabelle untuk selalu menunggu mereka ketika makan. Alasan awalnya agar mereka tidak susah payah memanggil Arabelle ketika membutuhkan sesuatu. Namun kini Arabelle tahu bahwa ini hanyalah salah satu cara Hecate menyiksanya, terutama di situasi seperti sekarang.

"Mom, aku ingin membeli gaun baru." Suara Cecilia membuka percakapan di meja makan.

"Gaun baru? Untuk apa?"

"Akan ada pesta untuk merayakan hari terakhir musim panas."

"Bukankah gaunmu masih banyak sayang?" tanya Hecate sembari membelai rambut putri bungsunya.

"Tetapi aku ingin yang baru!" Cecil bersikeras.

Hecate akhirnya mengangguk. "Baiklah-baiklah. Nanti kita akan membelinya bersama."

Lalu pandangan Hecate beralih pada Si Sulung. "Mengapa wajahmu seperti itu Cal? Ada masalah di universitas?"

Calista yang sejak tadi merengut sontak berseru, "bukan di universitas tetapi di rumah ini!"

"Ada apa?" tanya Hecate.

"Putri tirimu itu! Benar-benar tidak berguna!" Calista menunjuk Arabelle yang sejak tadi mengunci mulutnya. Tatapan gadis itu tampak seperti ingin menelan Arabelle bulat-bulat.

"Aku menyuruhnya mencuci sepatuku. Tetapi dia malah lupa!" kesal Calista. "Lihat!" Calista menunjukkan sepatu yang akhirnya ia kenakan. "Sepatu ini tidak serasi dengan pakaianku."

Arabelle benar-benar bingung. Mengapa Calista begitu berlebihan dengan pakaian-pakaian itu? Bukankah tujuannya ke kampus untuk belajar dan bukan melakukan fashion show? Seharusnya selama tidak telanjang, ini bukan masalah besar.

Sayangnya Arabelle hanya mampu menggerutu di dalam hati. Karena ketika Hecate mengalihkan pandangannya dan menatap gadis itu, tidak ada yang dapat Arabelle lakukan selain menunduk.

"Dia memang tidak berguna. Kedua orang tuanya pasti menyesal telah menghadirkan anak seperti ini di dunia."

NYES!

Itu pasti suara hati Arabelle.

-*-*-*-

Seingat Arabelle, usianya sekitar delapan tahun ketika Hecate pertama kali datang ke kediaman keluarga Jackson bersama dengan kedua putrinya. Saat itu, Arabelle benar-benar tidak memiliki pikiran buruk tentang mereka. Sebaliknya gadis itu merasa sangat senang karena pada akhirnya ia memiliki teman. Bagaimana tidak? Sudah setahun berlalu sejak kematian Natalie –ibunya- dan Arabelle benar-benar kesepian. Andreas Jackson –Sang Ayah- pun selalu sibuk dengan pekerjaan-pekerjaannya. Lelaki itu juga tidak mengizinkan Arabelle keluar bermain sehingga ia tidak memiliki teman.

Dua bulan setelahnya, Andreas memutuskan untuk menikahi Hecate. Jika boleh jujur, berita itu tidak terlalu menyenangkan bagi Arabelle.

Bukan. Bukan karena Hecate tidak baik padanya. Namun Arabelle merasa tindakan Andreas terlalu terburu-buru, apalagi jika mengingat ibunya baru meninggal setahun yang lalu.

The Blue EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang