1 | Kak.. Ice?

1.5K 141 9
                                    


"Kenapa Kak Ice gak balik ke rumah?"

"Ice siapa sih?"

Ada hal yang paling ditakuti Duri. Ya, itu adalah waktu. Waktu memberi Duri pelajaran mengenai moment berharga, namun juga membuat Duri merasakan kehilangan. Meskipun waktu membuatnya merasakan kehilangan, orang bilang waktu juga adalah obat kehilangan itu sendiri. Duri tidak mengerti. Duri juga tidak percaya.

Nyatanya, sudah 2 tahun ia kehilangan. Tapi rasa kehilangan itu tidak pernah hilang. Duri dibuat gamon dengan kenangan yang ada. Duri punya 1 keinginan, ia ingin mengendalikan waktu. Membuat waktu berhenti di masa mereka masih lengkap. Bersama ayah, ibu, dan saudara mereka. Entah kenapa waktu begitu kejam memisahkan mereka.

Ya, 2 tahun sudah berlalu.
Tidak terasa, sudah 2 tahun mereka hidup berenam tanpa Ice. Tiga kakak kembar tertua mereka, Halilintar, Taufan, dan Gempa sekarang sudah lulus dari sekolah menengah, mereka sudah menjadi mahasiswa. Blaze, sudah menduduki kelas 12, sebentar lagi akan lulus. Sementara Duri dan adik kembarnya, Solar kini menduduki kelas 11.

Mereka piatu sejak masih sekolah dasar, ayahnya pergi kerja di luar negri. Membiayai mereka lewat transferan setiap bulannya. Mereka semua tidak dekat dengan sang ayah, apalagi ketika sang ayah tidak menghadiri pemakaman saudara mereka, Ice.

"Duri awas!" Solar menarik lengan Duri, mencegahnya terserempet oleh motor yang melaju kencang.

"Eeh?"
"Mikirin apa sih?"

"Kangen kak Ice aja.."
"Tiba tiba? Kenapa?"

"Gara gara ngeliat paus itu!" Duri menunjuk boneka paus bewarna biru laut yang dipajang di sebuah toko boneka. Begitu menyadari alasan sang kakak merindukan Ice, Solar tiba tiba ingin menutup semua toko boneka yang menjual boneka paus biru.

"Biarin aja. Kak Ice udah tenang," ucap Solar.

Mendengar itu, mata Duri menjadi berkaca kaca. Keinginannya bertemu sang kakak yang pemalas semakin kuat. Duri ingin membongkar makam kakaknya untuk memeluknya.

"Eh-- jangan nangis Dur!" Solar jadi panik sendiri, mendapati kakak nya mulai sesegukan.

"Eng- enggak! Ini kemasukan debu.." Duri mengelap wajahnya, menahan air mata rindunya untuk turun.

Bukannya Solar tidak merindukan Ice atau apa, tapi Solar harus menegaskan prinsipnya. Solar tak boleh berlarut dalam kesedihan, Solar tak boleh terpaku dengan semua yang hilang. Solar harus fokus dengan masa depannya, dengan apa yang ada dihadapannya.

Solar tak ingin mengingat Ice membuatnya kehilangan fokus. Membuat Duri kehilangan fokus. Solar ingin berdamai dengan masa lalu nya. Ice sudah tiada. Itu tak bisa diubah. Mau menangis sekencang niagara pun Ice akan tetap tiada. Tak ada gunanya merindukannya, hanya menghilangkan fokus.

"Udah mau malam. Ayo cepet jalannya.." Solar mengingat Duri.

"Eh-- iya!"

Hari ini kegiatan Solar cukup padat. Membuatnya pulang hampir malam, dan kelelahan. Solar anak sains, tadi dia harus menyiapkan acara untuk lomba sains yang akan diadakan di sekolahnya esok. Solar harus memastikan semua berjalan sesuai rencana.

Bukan Reinkarnasi [OG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang