2 | Malam dirumah

874 109 7
                                    


"I-Ice??!"
"Ck. Lagi lagi nama itu.. "

"Mau tidur dimana?" tanya Halilintar.

Ini pertanyaan penting. Tidak mungkin Sky tidur dikamar Halilintar, disana Halilintar sudah bertiga dengan Taufan dan Gempa. Tidak mungkin juga dengan Blaze, Blaze itu tantruman. Tidak mungkin juga dikamar Duri dan Solar-- kecuali jika mereka mau sempit sempitan, tapi Solar kan tidak suka sempit.

"Kamar Blaze." Dengan mudahnya Solar menjawab.

"Kak Blaze bukannya--"
"Sstt. urusan gw, izinin ya bang?"

Halilintar berfikir sejenak. Sosok ini mirip Ice, jika ditempatkan dikamar Blaze.. Halilintar takut Blaze kembali dengan traumanya yang sudah lama hilang.

"Dikamar kalian saja Sol!"
"Gak usah, kamar Blaze aja!" Solar tetap teguh pada pendiriannya.

"Kalian ikhlas gw nginep, ga sih?" Sky yang mendengar pembicaraan mereka, jadi kesal sendiri.

Tanpa persetujuan Halilintar lagi, Solar segera menarik tangan Sky. Menghantarkannya ke depan Kamar Blaze, saudara mereka yang akhir akhir ini bermasalah.

"Blaze!! Buka pintunya!" Solar menggedor gedor pintu kamar saudaranya, sementara Sky terpaku dengan foto keluarga yang ada didekat Kamar Blaze.

"Yang itu kak Ice mirip lu, kan?" Solar reflek memberi tau, begitu mendapati Sky memerhatikan foto keluarganya.

Sky tak sempat menjawab, karna pintu kamar Blaze sudah dibuka sang pemilik.

"Apa--" Orang yang disebut Blaze ini seketika membatu.

"Boleh Sky. Tidur disini?" Solar menekankan nama Sky.

"I-Ice? Ini beneran lu Ice?" Blaze menghiraukan Solar, dirinya menggoncang goncangkan tubuh Sky.

"Hah?"
"Ice lu masih hidup?"

"Dia bukan Ice, tapi Sky" Solar menghela nafasnya, sebelum akhirnya menjelaskan.
"Diam Sol, Ini sudah jelas Ice!"

"Solar.. lu mau gw tidur sama orang gila?" Sky menatap aneh Blaze yang masih shok.

Butuh sekitar 10 menit, untuk menyadarkan Blaze bahwa sosok dihadapannya ini adalah Sky dan bukan Ice. Begitu Blaze disadarkan kenyataan, Solar memintanya Blaze merapikan kamarnya, karena Solar ingin Sky tidur dikamar Blaze.

"Kenapa kamar gw?"
"Ck. Kalau kalian semua ga ikhlas, mending anterin gw pulang!"

"Gak gitu Ic-- Sky!" Blaze buru buru menghalang Sky. Blaze tak ingin Sky pulang atau pergi. Blaze terlanjur merasa Sky adalah Ice. Jujur juga Blaze masih menganggap sosok didepannya ini Ice.

❃❃❃

Sky tidur sejenak dikamar Blaze. Meskipun berantakan, tapi ac nya dingin dan kasurnya empuk. Membuat hasrat tidur Sky tak bisa ditolak.

Masih dengan kenyamanannya tertidur, tiba tiba pintu kamar Blaze diketok. Sky merasa sedikit terganggu, dia membuka matanya sedikit.

"Si bez bez itu mana sih?" gugamnya malas. Menghiraukan si pengetok pintu yang semakin kuat menggedor, Sky kembali ke alam mimpinya yang nyaman.

"Blazee! Buka, atau gw dobrak?!" si pengetuk mulai berteriak.

Jujur saja Sky tidak begitu peduli, yang dicari adalah si Bez dan bukan dia, kan?  Bahkan jika pintu kamar Blaze didobrak, itu bukan kesalahan Sky.

Braaaakkk...

Sky reflek bangun ketika pintu kamar Blaze sungguh sungguh didobrak, oleh seorang pemuda yang sebelumnya belum Sky temui.

"I-Ice??!"
"Ck. Lagi lagi nama itu.. " Sky bergugam lalu kembali merebahkan dirinya kekasur, bersiap kembali ke alam mimpi.

"L-lu a-ada disini?" tanya orang itu kaku. Sky menghiraukannya, yang terpenting sekarang adalah rasa kantuknya. Ya, sebelum akhirnya orang itu sedikit berkaca kaca.

"Gw Sky" Sky buru buru menjelaskan, tak ingin salah paham. Apa orang ini mirip remaja bermanik hijau tadi? Mudah sekali berkaca kaca.

"A-a.. em Ng-ngapain d--"
"Gw nginap disini," Jujur saja Sky sudah sangat mengantuk. Menjawab pertanyaan keluarga ini rasanya tak akan berakhir. Lagipun, ada berapa orang dirumah ini?

"Taufan?" Akhirnya si Bez Bez ini datang. Sky mengintip sedikit.

Bukannya Sky tidak tau etika menjadi tamu, tetapi rasa kantuk dimatanya sangat berat. Sky tetap fokus kembali ke alam mimpinya, menghiraukan si manik biru dengan si Bez berbincang bincang mengenai dirinya.

Sky pikir mereka akan bicara lama, nyatanya sekitar 2 menit kemudian Sky dibangunkan.

"Ic-- Sky! Ayo makan!" Sky berdeham sebagai jawaban, namun nyatanya tetap berada di mimpi.

"Sky!"

Keluarga ini tidak menyerah. Mereka menggoyang goyangkan Sky, Memaksa Sky keluar dari alam mimpinya yang indah.

❃❃❃

Makan malam hari ini tidak mewah, hanya telur dadar ditemani nugget dan sosis. Gempa harus berhemat, uang bulanan dari ayahnya semakin menipis, sementara akhir bulan masih 7 hari lagi.

"Mana Kak Taufan juga Blaze?" tanya Gempa sembari menyiapkan air putih sebagai minuman.

"Mau Duri bantu panggil?"
"Panggil siapa?"

Panjang umur. Baru saja dibicarakan, Taufan dan Blaze akhirnya datang ke meja makan. Bukan hanya Taufan dan Blaze, mereka datang bersama... Ice?

"Ic--"
"Sky"

Gempa terkejut, hampir saja gelas digegamannya jatuh. Gempa percaya hantu, tapi tak menyangka adiknya akan getayangan. Ya, itu pikirannya. Sebelum hantu ini, mengaku sebagai Sky.

"Dia temannya Duri, bukan Ice. " Halilintar menjelaskan.

Gempa masih terkejut, kedatangan orang yang mirip Ice ini sangat tiba tiba. Jika Gempa ada riwayat jantung, mungkin dia sudah dirumah sakit.

"Salam kenal, Gempa," ucap Gempa ramah, mengulurkan tangannya sesudah menaruh gelas.

Gempa masih sedikit gugup, dikarenakan Sky ini mirip sang adik. Dari mana kira kira Duri mengenal Sky? Ini teman sekolah mereka? Seingat Gempa, waktu masih SMA tak ada sosok yang benar benar mirip Ice disekolah.

"Ayo makan.. anggap rumah sendiri aja, kan?" Sky ini bisa bercanda juga.

---------------
---------

"Dia menginap, ya?" -Jas

Bukan Reinkarnasi [OG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang