6 | Makan Malam

542 72 28
                                    

"Gw tau lu gak ikhlas minta maaf! Lu masih gak ngerasa bersalah, sama ucapan lu tadi. Lu bisa aja, bakal ngucapin itu lagi!"
"Gak ikhlas, gimana?"


Jujur saja Gempa tidak keberatan harus memasak setiap harinya untuk saudara saudaranya. Gempa malah senang, dengan itu makanan saudaranya akan lebih terjaga. Memasak sudah jadi hobi Gempa, semenjak ibunya pergi.

Gempa lebih santai malam ini. Dirinya tidak perlu memasak, atau pun menyiapkan makanan untuk dia dan saudara saudaranya. Tadi sore, seseorang yang mengaku ayah dari Sky, menghubungi Gempa. Dia mengundang Gempa dan saudara saudaranya makan malam bersama di sebuah restaurant, dalam rangka berterima kasih karena sudah memberi izin Sky menginap kemarin.

Awalnya Gempa menolak, tapi ayah Sky meneleponnya. Meyakinkan Gempa, makan malam ini sebagai tanda balas budi. Karena merasa tidak enak, akhirnya Gempa menerima tawaran makan bersama itu. Ada untungnya juga, malam ini Gempa bisa libur memasak.

Gempa keluar dari rumahnya, dia hanya akan membawa diri, ponsel, dan dompet-- dan kelima saudaranya. Restaurant tempat mereka akan makan letaknya tidak begitu jauh dari rumah Gempa dan saudaranya. Gempa pergi naik mobil, dipesannya di applikasi hijaunya. Kalau dilihat dari applikasi, jarak rumah Gempa ke restaurantnya memakan waktu 20 menit jika tidak macet.

Restaurantnya ramai, itu terbukti dari begitu penuhnya mobil juga motor yang terparkir didepan restaurant itu sendiri. Restaurant Seafood. Seingat Gempa terakhir kali ia memasak makanan laut, itu minggu lalu.

"Euw, apaan nih?" Suara sang adik, Blaze, menarik perhatian Gempa.

"Kenapa, Blaze?"

Blaze menunjukkan jarinya, pada aquarium berisi ikan ikan di restaurant itu.

"Itu.. ayam mati? Kok di aquarium sih, Masih berbulu lagi!" Blaze menatap aquarium itu penuh haru, bagaimana bisa ada ayam mati lengkap dengan bulunya tenggelam di dalam aquarium penuh ikan hidup? Aquarium nya besar, sehingga banyak yang tak menyadari kehadiran ayam itu. Entah kenapa Blaze bisa sadar.

"Komplain aja, " usul Solar.
"Eh-- itu Sopan!"

Perhatian ke enam saudara itu teralihkan, begitu teman mereka--sekaligus sepupu Sky--datang menghampiri.

"Lama kalian! Buruan udah ditunggu, "
"Aya--"

Ucapannya Blaze terpotong, dia keburu ditarik saudaranya untuk pergi mengikuti Sopan. Mereka masuk ke ruangan VIP yang disewa ayah Sky. Rupanya, ayah Sky mengundang keluarga besarnya juga. Ada Sopan, dan kedua orang tuanya-- ah iya kan yang menarik mereka kesini, Sopan.

"Eh kalian, ayo sini duduk, duduk!"
"Ehe.. malam om, tante.. "

Mereka duduk di kursi, mejanya berbentuk lingkaran besar, menjadikan mereka semua saling hadap hadapan. Suasana atmosfer mendingin, apa lagi ketika mereka semua mulai makan.

"Tumben pada diem dieman?" tanya Sopan, berusaha mencairkan suasana. Sky tidak merespon, sementara saudara Gempa hanya terkekeh.

"Erk.. gw-- saya izin ke toilet ya, om.. tante.." Taufan bangkit dari kursinya, meminta izin agar terkesan sopan.

"Eh iya iya, silahkan.. " Mama Sky memberi senyum.

Bukan Reinkarnasi [OG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang