7 | Maaf

565 79 8
                                    


"Hai kak Ice!"
"Ice, kita bawa teman baru lagi! Mirip lu, kali ini banget"

Teman temannya bilang, Sky selalu tidur dikelas. Nyatanya tidak, Sky berusaha tidur dikelas bukan sering tidak dikelas. Mau disekolah ataupun dirumah, Sky tidak bisa tidur. Ini sudah terjadi sejak lama, entah kapan. Sesuatu membuat otaknya terus bekerja, dan tak bisa beristirahat. Sky lelah, detak jantung nya berdegup kencang, dia selalu saja kurang tidur.

Sembari berusaha terlelap, Sky termenung dikamarnya. Rasanya tidak menyenangkan, jika Sky bertengkar dengan Blaze. Mengingat Blaze, temannya, dan saudaranya, ialah teman pertama Sky. Sky tidak tau dia dianggap teman atau tidak--tapi sih semalam sewaktu makan malam, mereka menganggap Sky teman. Sejauh ingatan terbarunya, Sky belum pernah didatangi kumpulan manusia yang excited bertemu dengannya, mengajak nya bicara, menemaninya semasa di UKS, menerima undangan makan malam bersama.

Sky mulai merasa sedikit bersalah-- sedikit saja. Mau bagaimana pun, menurut Sky, tetap Blaze lah yang sebenarnya salah. Blaze yang harus meminta maaf, berjanji untuk tidak mengulangi perkataannya.

Tapi, bagaimana jika Blaze tidak kunjung meminta maaf? Bagaimana jika Blaze mulai berubah pikiran, untuk tidak menganggap Sky teman lagi? Bagaimana jika teman teman dan saudaranya Blaze, juga ikut memusuhi Sky, karena Sky telah menyalahkan Blaze? Semua kemungkinan itu menghantui Sky, semakin menyulitkannya tidur.

Selama hidup barunya--sesudah bangun dari rumah sakit--Sky tidak punya teman. Sky tidak akrab dengan keluarganya, jujur saja begitu. Sky tidak tau apa sebelum Sky berbaring dirumah sakit saat itu, Sky punya teman atau tidak.

Entahlah, kalaupun Sky telihat tidak peduli dengan mereka, malas menanggapi mereka, terkesan hanya menyimak pembicaraan, jujur saja sebenarnya Sky peduli. Sky senang, Sky tidak memprediksi yang dia akan punya teman di sekolah ini. Mungkin terkesan berlebihan, tapi ini pertama kalinya bagi Sky punya beberapa teman-- atau kembalinya Sky mempunyai teman setelah beberapa tahun dia jalani hidup barunya, yah jika dulu Sky punya teman.

Sky mempertimbangkan lebih lanjut, apa Sky saja yang meminta maaf? Tapi, menurut Sky ini semua salah Blaze. Tapi, kalau Sky tidak minta maaf, mereka semua bisa terus bermusuhan. Tapi, kalau Sky yang minta maaf, Sky rasa Blaze tidak akan jera--yah kalau Blaze yang minta maaf pun, Sky rasa dia tak akan jera.

Tak ingin pertemanannya rusak, akhirnya Sky memutuskan tekadnya. Sky mengambil ponselnya, menghubungi teman sebangkunya, Glacier.

Ini sudah tengah malam, Sky tidak tau Glacier masih bangun atau sudah tidur. Tak ingin menganggu, juga karena malas bicara, Sky memilih untuk mengirimkan Glacier pesan saja, tidak telepon.

❃❃❃

Blaze tiba disekolah, lima belas menit sebelum bel sekolah. Bukan mau Blaze, tapi Duri dan Solar. Jika Blaze saja yang sekolah sendiri, pasti dia akan selalu mensengajakan diri untuk terlambat.

Blaze masuk kekelasnya, disambut oleh suara ributnya pagi hari. Blaze tidak terkejut, adalah hal normal jika kelas Blaze selalu berisik. Hal yang tidak normal, ialah melihat Sky sudah tiba disekolah dan duduk dibangkunya--dibelakang bangku Blaze. Sky biasanya datang semenit dua menit sebelum bel, malahan biasanya terlambat.

Teringat akan kejadian semalam, rencananya Blaze akan buru buru menaruh tasnya saja. Setelah meninggalkan ranselnya nanti, Blaze akan pergi ke kantin, atau manalah asal tidak bertemu kloningan saudaranya itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bukan Reinkarnasi [OG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang