Catatan dua puluh satu

590 55 32
                                    

Semalaman suntuk Anton tidak bisa tertidur dengan nyenyak sebab kepala dan tangan lala terus menahan tubuhnya supaya tidak pergi meninggalkannya.

Di pagi harinya. Anton memutuskan untuk tidak pergi ke sekolah. Dia memilih untuk segera membawa lala pergi ke rumah sakit terdekat bersama dengan Jihan. Karna saat itu hanya ada Jihan yang masih berada di rumah.

Sekarang jam menunjukkan pukul 09.00 pagi. Anton segera melajukan mobil milik ayahnya dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit. Sementara mereka duduk di kursi belakang.

Lala menyandarkan kepalanya dibahu Jihan. Dengan erat dia merapatkan dirinya sendiri sembari memasukkan telapak tangannya ke dalam saku hoodie.

"Tante. Aku gak mau pergi ke dokter. Takut banget tan sama suntikan"

"Gak akan disuntik. Cuma demam dan mual gak akan sampai suntik. Percaya sama tante" sahut Jihan seraya dengan lembut tangannya mengusap tangan Lala.

"Kamu pasti telat makan. Masuk angin. Ditambah lagi abis pergi jauh kayak gitu"

"Hm, kayaknya iya tan"

"Harusnya dari kemarin kamu berobat. Adik kamu bilang dari kemarin kamu udah mulai demam."

"Tan, maafin aku--- aku sebenarnya--, hm, gak badan aku sakit banget tante. Rasanya panas banget. Tapi aku lagi kedinginan sekarang"

"Mual banget tante. Mau muntah. Tapi setiap muntah yang keluar cuma air"

Mendengarnya Jihan langsung menoleh. Dia menangkup pipi Lala. Raut wajahnya sedikit curiga ketika menatap wajah Lala.

"Perut kamu sakit gak? Atau ada bagian dibadan kamu yang sakit?"

"Banyak tante yang sakit"

"Kalau gitu tidur aja ya sayang. Sini rebahin badan kamu. Kepalanya ditaruh dipaha tante sini biar enakan. Nanti kalau udah sampai di sana tante bangunin"

"Kalau aku rebahan nanti takut ketiduran"

Jihan terkekeh kecil. Kedua tangannya yang masih menangkup pipi Lala kini beralih ke bahunya. Dia menyuruh lala untuk segera membaringkan tubuhnya tanpa ragu.

"Gak apa-apa ketiduran. Nanti digendong sama adik kamu" bisiknya. Wajahnya pun menunduk guna menatap Lala dari atas.

"Tan, kak Rangga pulang jam berapa?"

"Tante kurang tau. Emangnya kenapa?"

Lala menggeleng beberapa kali. Segera mengalihkan wajahnya. Matanya terpejam ketika kepalanya terasa sakit.

Dan entah karena merasa pusing atau hal lainnya. Lala sekarang benar-benar merasa kesadarannya mulai menipis. Bahkan ketika dia balik menatap wajah Jihan di atasnya hanya ada bayangan yang sangat tidak jelas.

Lala segera mengerjapkan matanya. Takut kalau dia benar-benar tertidur. Namun ketika dekapan di tubuhnya perlahan mengendur. Telapak tangan didalam saku hoodienya juga semakin melemas. Matanya mulai terpejam. Dan pada detik berikutnya kesadaran Lala perlahan mulai menghilang.

◔◔◔

Satu jam berlalu.

Lala mengerjapkan matanya beberapa kali untuk memperjelas penglihatannya saat ini. Tiba-tiba desisan kesakitan terdengar dari arah Lala ketika tangannya terasa nyeri.

Lala segera menolehkan wajahnya ke kanan dan ke kiri. Dia baru menyadari kalau saat ini dirinya sedang berbaring diranjang. Di sebelah kanan tempat Lala berbaring ada Anton dan Jihan yang sedang menatapnya.

"Masih berasa mual gak kak?" tanya Anton. Kedua tangannya kini berada di pergelangan tangan Lala. Dengan lembut adiknya terus mengusap tangannya.

"Ngh... U-udah tau?"

LOVE SHIT || Rangga X Lala ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang