Part 44

4K 256 22
                                        


"Andai dulu kamu mengikuti saran tante," ujar wanita itu lemah.

"Udah, tante jangan mikir apapun, yang terpenting saat ini adalah kesembuhan tante," ujar Carisa lembut, sambil membenarkan selimut yang dipakai  Farah.

"Tante tahu kamu sangat mencintai Revan."

"Semua sudah terlambat tante, setulus apapun cinta Risa, Revan tidak akan pernah berpaling dari Fayni," ujar Carisa getir.

"Kamu mau menyerah? Kesempatan selalu ada Risa, setiap hubungan pasti mengalami pasang surut, begitupun dengan Revan dan gadis bodoh itu. Ada kalanya hubungan mereka tidak baik-baik saja, disaat itulah kamu bisa masuk diantara mereka."

"Risa tidak mau jadi orang ketiga."

Farah tertawa pelan," Gadis bodoh itu tidak layak untuk Revan, apa dia memiliki cinta sebesar dirimu? Bahkan untuk bersamanya Revan harus mengorbankan banyak hal, termasuk melakukan hal yang tidak disukai, pikirkanlah, Risa!"

Carisa diam. Apa yang dikatakan tantenya benar adanya. Dia tidak yakin Fayni memiliki rasa besar seperti dirinya.

"Biarkan saja mereka menikah," ucap Farah.

Carisa menatap tante Farah tidak mengerti.

"Setelah menikah, berbagai masalah akan datang, disaat itulah kamu bisa masuk diantara mereka."

"Revan tidak seperti om Candra, dan Risa juga tidak seperti....,"

"Tante, maksud kamu! Jangan munafik, Risa. Apa kamu yakin bisa melupakan Revan?"

Carisa menggeleng pelan.

"Dengarkan tante Risa, kamu jangan seperti tante, membiarkan orang yang kita cintai hidup bersama orang lain, kisah tante dan om Candra tidak seperti yang kamu pikirkan. Tante hanya mempertahankan apa yang seharusnya tante pertahankan, karena kebodohan, tante pernah kehilangan hal yang paling berharga di dunia ini."

"Apa tante?"

Farah tersenyum getir," Sudah berlalu Risa, tapi tante beruntung punya kamu, kalau saat itu tidak ada kamu, Tante tidak tahu bagaimana melanjutkan hidup."

Carisa tersenyum tulus,"Tanpa tante, Risa bukanlah apa-apa."

"Kamu hidup tante, Risa."

*****
Jantung Fayni berdetak tak karuan menunggu Revan yang tengah bicara dengan papanya. Ia sangat tahu orang yang ia sebut sebagai papa, jika sudah punya keputusan sangat sulit dirubah. Ia tak menyangka setiba papa di rumah oma, langsung mengajak Revan bicara empat mata.

Gadis itu semakin bergerak gelisah, sayup-sayup suara beberapa kerabatnya di ruang tengah tidak membuatnya tenang. Ia tidak habis pikir dengan papa, kenapa di situasi seperti ini, papanya justru mengajak Revan bicara, kenapa harus di rumah oma. Kenapa tidak mengundang Revan ke rumah saja.

Sekitar lima belas menit berlalu, terdengar derap kaki dari tangga, Fayni langsung menengok ke atas. Disana ia melihat Revan berjalan santai. Fayni langsung bergerak ke arah Revan.

"Hati-hati jangan lari," tegur Revan sambil menggapai tubuh Fayni agar tidak terjatuh.

Fayni mengabaikan perkataan Revan, gadis itu justru memberondong Revan dengan beberapa pertanyaan.

"Kamu baik-baik saja, kan? Apa yang dikatakan papa? Dia tidak menyakitimu bukan?"

Revan tersenyum menggenggam tangan Fayni dengan lembut.

"Tidak ada."

"Papa pasti berkata menyakitkan, hubungan kita belum di restui bukan?"

"Tidak ada yang salah dari hubungan kita dan papa merestuinya."

Bring My Heart (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang