Revenge 2

696 47 0
                                    

Tatapan Jaehyun kini mengarah pada cctv yang memperlihatkan putranya yang sedang mencoret-coret tembok menggunakan krayon yang ia berikan dua bulan yang lalu.

Ceklek!

“Rose?”

“Kenapa kau begitu terkejut melihatku, ini sudah jamnya aku memberikan obat pada Jihoon, mana? Apakah kau sudah menambahkan dosisnya?” Tanya Rose yang membuat Jaehyun menarik laci dimeja kerjanya memberikan botol kecil pada Rose.

Rose menerima itu, memperhatikannya kemudian tertawa pelan, wanita itu melemparkan botolnya hingga pecah.

“Kau pikir aku bodoh sialan, kemarikan yang aslinya!” Perintah wanita itu yang membuat Jaehyun terdiam sejenak.

Merasa suaminya mulai goyah Rose beranjak duduk diatas tubuh suaminya, mengalungkan tangannya dileher sang suami.

“Apakah kau sudah tidak mencintai ku?” Tanya wanita itu membuat Jaehyun menggeleng samar.

“Tidak, bukan seperti itu, aku masih mencintaimu tapi aku rasa ini semua sudah cukup, Jihoon sudah sangat menderita lagian juga obat itu akan berefek jangka panjang pada putraku, dia tak akan bisa bertahan hidup jauh lebih lama lagi, perlahan semua ototnya akan melemah"

Geram, Rose mencengkram erat rahang suaminya, satu tangan gadis itu menarik botol yang asli yang ada ditangan Jaehyun.

“Aku tak akan berhenti sampai dia mati, mengerti?!”

Rose beranjak dari sana dengan dengusan terdengar samar, wanita itu membanting pintu keras membuat Jaehyun lagi-lagi menghela nafas berat.

Jaehyun mengeluarkan ponselnya, ia rasa sudah cukup menyiksa Jihoon selama ini, menjadikan Jihoon kelinci percobaan hingga membuat putranya hampir tak bisa berbicara dan kehilangan hampir semua fungsi indra ditubuhnya.

Jaehyun mendial nomor seseorang, panggilan tersambung “Aku menyerahkan diri pada kalian, datanglah
kerumahku, 8 bulan ini Jihoon dikurung didalam ruang bawah tanah dan aku jadikan dia kelinci percobaan, aku melakukan kekerasan fisik dan seksual padanya sejak dia kecil, kami sama-sama bajingan, aku akan mengirimkan semua bukti kesalahan kami bertiga, tapi aku mohon tolong bantu Jihoon untuk tetap hidup, setidaknya untuk Jihoon bisa bertahan walaupun hanya sebentar”

“Aku hanya ingin mengatakan kalau aku menyayangi ibu, terimakasih sudah merawatku dan maaf belum bisa membahagiakan ibu-"

Tangan Jihoon yang sedang menulis tiba-tiba terdiam, sebelah tangannya meremat tangan Junkyu yang sedari tadi terus menggenggamnya, nafas Jihoon terdengar tak stabil, pemuda manis itu merasakan sesak.

“Ji?” Junkyu menepuk pelan waah  Jihoon yang menunduk, mengangkat wajah itu agar sedikit mendongkak

“ASTAGA PARK JIHOON!”

“Menjebloskan kalian kedalam penjara itu bukan keinginan ku melainkan hanya untuk formalitas keadilan hukum, tapi apa kau tau hukuman yang paling seimbang untuk kalian bertiga? Yaitu merasakan apa yang dulu Jihoon rasakan, kalian harus mendapatkan penderitaan yang sama”

“Apa maksud mu?!” tanya Jeongwoo ketika melihat Junkyu yang sudah bersiap dengan sebuah suntikan ditangannya.

3.6k+word

Tamat.

book a trip to the s.gameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang