Family obsession.

8K 276 12
                                    

Hidup monoton begitu membosankan bagi seorang Park Jihoon seorang pengangguran yang sulit sekali mencari pekerjaan, memang dijamin sekarang bukan hanya skill dan juga wawasan melainkan dibutuhkan orang dalam.

Kerjaannya hanya makan, tidur dan berak tak ada lagi, Jihoon terus mengulangi itu setiap harinya membuat ia jenuh.

Hingga si Park kini berjalan-jalan ditoko buku, untuk sekedar mencari komik yang akan ia koleksi lagi.

“Terimakasih”

Jihoon hanya mengangguk samar, pria itu mengambil dua komik yang sudah dibeli dan berjalan keluar dari toko buku.

Namun saat tepat berada didepan toko buku seseorang tiba-tiba saja menabrak nya membuat tubuh Jihoon jatuh terhuyung dan tas belanjaan nya berjatuhan, pemuda itu menggeram kesal, ia hendak mengomel namun tiba-tiba saja orang yang menabraknya sudah tak ada.

“Ck, dasar tidak sopan!”

Dengan mulut masih menggerutu Jihoon berjalan menjauhi toko buku itu, moodnya sudah tak bagus, padahal tadi Jihoon memutuskan untuk mampir sebentar ke minimarket depan tapi ia sudah malas.

“Tidak meminta maaf sama sekali!” Kesal pemuda itu masih saja menggerutu sepanjang jalan.






“S. game?”

Buku yang ada ditangannya terlempar, rasanya Jihoon tak pernah membeli buku ini, lagian juga untuk apa ia membeli buku s? Tak ada kerjaan sama sekali, Jihoon hanya membeli beberapa komik miliknya saja.

Namun setelah dilemparkan buku itu kembali ketangannya, mata Jihoon terbelalak lebar ketika melihat buku itu tiba-tiba saja terbuka menampilkan halaman pertama yang bertuliskan-.

“Selamat datang didunia permainan s. setiap bab kamu akan merasakan fantasi yang luar biasa mengenai kenikmatan dalam dunia s., kamu tak akan bisa keluar sebelum menyelesaikannya”

Buku itu ia simpan didepan tubuhnya, Jihoon yang merasa tak percaya membuka bab pertama, pemuda itu melihat judul di bab pertama yang bertuliskan- “Family obsession"

“Ini buku orang gila?” Kesal Jihoon membaca bab pertama yang memang buku itu berisikan one shot, banyak adegan gila di luar nalar, Jihoon tak ingin mempercayai nya pemuda itu kembali melemparkan buku ke lantai.

“Orang sinting!” Umpat pemuda itu merapihkan kembali buku komik yang ada di tempat tidur dan ia susun kembali di atas tempat buku.

“Manusia sinting mana yang mau membeli buku itu dan siapa juga sih yang menjatuhkan nya?”

Dengan membereskan tumpukan komik Jihoon masih saja menggerutu pemuda manis itu hendak masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri, namun Jihoon merasakan sesuatu menarik tubuhnya membuat tubuh Jihoon melayang hingga cahaya putih menelannya.

Jihoon tak mengetahui apa lagi yang terjadi, karena setelahnya semua gelap tak tersisa.






“Eunghhhh….”

“Sudah bangun,hm?”

Suara berat milik seseorang membuat Jihoon terperanjat kaget, pemuda Park itu merasakan sensasi geli pada lehernya dan tangan seseorang yang kini melingkar apik di pinggang rampingnya.

“Bangsat!” Terlalu terkejut Jihoon tiba-tiba saja berdiri dan mendorong tubuh pemuda yang berbaring disampingnya, pemuda Park itu berdiri membuat bagian belakangnya terasa nyeri.

Bruk!

Tubuhnya seketika ambruk, ia meringis kesakitan merasakan lubangnya yang seakan mengeluarkan cairan.

“Bajingan!”

“Sudah berani mengumpat,hm?”

Suara berat itu lagi-lagi membuatnya terkejut, namun rasa sakit pada lubangnya jauh membuat Jihoon tak memperdulikan sosok yang kini berjongkok dihadapannya, menggendong tubuh Jihoon ala bridal style dan kembali dibaringkan diatas tempat tidur.

“Sudah aku bilang jangan banyak bergerak, lubangmu masih dalam masa penyembuhan?”

“Lubang ku?” Beo Jihoon merasa keheranan,

“Setelah mendapatkan hukuman, kau tidak jadi amnesia bukan?”

Sekelebat memori tiba-tiba saja berputar diotaknya, Jihoon melihat didalam bayang-bayangnya bahwa ada seseorang yang memiliki wajah yang sama dengannya sedang berada diruangan yang sangat gelap, di kelilingi oleh banyak orang, Jihoon dapat merasakan ketakutan yang sama ketika semua orang yang ada didalam ruangan itu tak-

Dapat Jihoon lihat juga bahwa pemuda itu berusaha melarikan diri namun ia malah mendapatkan penyiksaan, hingga pandangan Jihoon tertuju tak jauh dari tubuhnya yang sedang mendapatkan pelecehan ada seorang pria bertubuh besar dan sudah berusia lanjut yang berdiri dengan tatapan angkuh penuh kepuasan.

Tanpa sadar Jihoon kini menangis, air mata membanjiri pipi.

“Maaf, aku minta maaf karena terlambat membantumu”

****

“Sialan, lubang ku benar-benar sakit!”

Wajahnya sangat pucat, sudah seperti mayat hidup.

Jihoon harus bisa membuat Junkyu luluh dan mereka akan pergi dari rumah ini, sebelum Hyunsuk menghabisi nyawa nya dan berakhir Jihoon mati tragis.

Jihoon melihat kearah jendela kamar yang dibatasi oleh tralis besi, pemuda itu juga berjalan kearah pintu berusaha  membuka pintu namun pintu tampak terkunci.

Sudah seperti tahanan.

Ceklek!

Tubuhnya terlonjak kaget ketika pintu tiba-tiba saja dibuka, awalnya Jihoon bahagia mengira itu adalah Junkyu namun saat melihat wajah orang asing membuat tubuhnya mundur beberapa langkah.

“Siapa yang menyuruhmu untuk turun dari atas tempat tidur?”

“Apa kau merasa sudah sembuh dan bisa kembali memu-”

Jihoon menggeleng kencang, tubuhnya semakin bergerak mundur.

“Sudah kubilang jangan membantah, tapi kau masih saja keras kepala!”

Tarikan kasar pada tangannya membuat Jihoon meringis, tubuh Jihoon dibanting keatas tempat tidur, pemuda itu meringis merasakan lubangnya kembali nyeri.

Ia ingin berteriak dan mengeluarkan suara namun rasanya sangat sulit, Jihoon merasa ia tak bisa membuka mulutnya untuk sekedar memanggil Junkyu.

“Dasar anak sialan!”

Cengkraman pada pipinya membuat Jihoon mendongkak dengan paksa, melihat wajah Hyunsuk yang terlihat sangat marah, sangat ketara sekali bahwa Hyunsuk berusaha untuk tidak menghajar anak sulungnya.

“Aku benar-benar membencimu!”

“A-ayah..”

Suara lirih milik Jihoon membuat cengkraman nya terlepas, ini pertama kali Jihoon memanggilnya ayah, anak kurang ajar itu biasanya akan menyebut Hyunsuk dengan sebutan ‘om’ karena tak akan sudi untuk memanggilnya dengan sebutan ayah.

“Ampun…s-sakit…”

Jihoon menunduk meremas seprei dengan kedua tangannya, entah kenapa kali ini ada rasa cemas melihat darah yang mengalir di selangkangan putra sulungnya, apalagi melihat wajah Jihoon yang masih pucat.

“Obati dia dan jangan sampai biarkan dia turun dari tempat tidur!”

Perintah Hyunsuk meninggalkan Jihoon sendiri dengan salah satu orang kepercayaannya.

*****

Jangan demo, yang mau baca silahkan yang enggak gapapa. Cuma ini bakalan panjang mungkin lebih dari 2k world atau bisa sampai 3k

Chap ini 3.8k world

Lanjut cerita ini di karyakarsa, link di bio.

book a trip to the s.gameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang