🌷1 (Semuanya terlihat asing)

809 40 0
                                    

"Nyonya anda mendapatkan surat lagi dari kediaman Lexion," Ujar seorang pelayan menyerahkan sebuah surat yang sangat rapih serta cap keluarga tersebut diatasnya.

"Baik terimakasih Ana, kau bisa kembali." Balas perempuan cantik itu tidak lupa dengan senyumnya yang seindah bulan.

Selepas pelayan itu pergi, kini perempuan yang ia ketahui sekarang bernama Evelyn Ecclesie itu menghembuskan napasnya sesaat.

Sudah dua hari dirinya terjebak ditubuh yang ia tidak tau menahu asal usulnya, dirinya hanya bisa merasa bingung dengan keadaan sekarang ia hanya sekedar tau bahwa sekarang namanya Evelyn dan dirinya yang dipanggil oleh mereka dengan sebutan 'Nyonya' yang dapat di simpulkan bahwa sebutan tersebut ditujukan seseorang yang telah mempunyai suami.

Dulu namanya adalah Sora, gadis yang berusia dua puluh dua tahun dan naas nya saat itu dirinya tenggelam di pantai. Ah, lebih tepatnya ia merasakan kakinya ditarik kedalam pusaran air yang sangat dalam sehingga ia kesulitan untuk bernapas dan berakhir tenggelam, ia hanya dapat menyimpulkan mungkin saja saat itu dirinya sudah tidak bernyawa lagi, sebab yang ia ketahui, saat itu ia sudah kehilangan kesadaran saat detik dimana tidak dapat meraup oksigen lagi.

"Aku sendiri saja tidak mengenal suamiku, dan selama dua hari ini aku selalu dikirim sebuah surat. Apakah ini dikirim oleh suamiku?" Pikirnya karena isi surat itu selalu berisi kata kata manis dari seorang pria yang merindukan wanitanya.

Sebenarnya ia masih sulit beradaptasi di dunia ini, bagaimana tidak saat ketika dirinya tersadar. Ia tidak dapat mengenali sama sekali wajah semua orang orang yang berada disekitarnya, apalagi dengan pakaian mereka yang nampak aneh serta bangunan bangunan kuno dengan ukiran yang rumit saat ini.

Tidak ada alat alat canggih seperti hal nya ponsel maupun televisi disini, memang salahnya ia tidak banyak bertanya saat ketika sadar ia hanya menanyakan namanya saja, setelahnya ia hanya berpikir sendiri sebab dikarenakan dirinya yang masih terkejut dengan kejadian yang menimpanya sehingga tidak dapat berpikir dengan jernih.

Sayangku Evelyn

Apa kau tahu? Setiap malam aku hanya memandang kearah bulan, karena kecantikanmu yang memang nyata nya seperti keindahan bulan yang menyinari malamnya hari dikala aku kesepian.

Aku sangat merindukanmu, semoga kita bisa bertemu kembali dengan cepat.

Aku hanya berharap kau dapat membalas suratku, sudah dua hari ini kau tidak membalasnya.

Salam dariku Axel.

Setelah membacanya Evelyn hanya merasa gusar sendiri, dirinya tidak kenal dengan pria yang bernama Axel ini, ia juga pernah bertanya kepada pelayan siapa nama suaminya akan tetapi mereka bungkam dan mengatakan tidak sopan menyebut nama majikannya sembarangan.

Astaga, kepalanya ingin pecah rasanya memikirkan dunia aneh yang ia tempati ini, karena pria ini selalu mengirim dirinya surat anggaplah bahwa mungkin pria yang bernama Axel adalah suaminya, jadi mulai sekarang ia akan mencoba berusaha bermain istri istrian di dunia ini, sembari memikirkan cara dirinya kembali ke dunia asalnya.

Walaupun kecil harapan ketika ia kembali masih hidup atau tidaknya, ia hanya ingin kembali. Sebab disini ia tidak mengenal satu pun dan juga tidak mengerti hal apa yang ia alami sekarang.

Ia pun mengambil pena dan juga secarik kertas untuk membalas surat itu, jujur saja dirinya juga penasaran dengan sosok yang menjadi suami nya itu.

Salam dariku Evelyn Ecclesie

Maafkan aku yang baru membalas suratmu, aku juga merindukanmu.

Kapan kamu akan pulang? Bisakah kita bertemu sebentar saja, aku juga sangat merindukanmu setidaknya aku ingin sekali melihat wajahmu, mari bertemu dimana pun aku akan mengunjungi mu.

Dariku Evelyn

Ah, semoga surat ini tidak aneh. Ia sebenarnya merasa geli sendiri menulis kata kata yang seperti ini. Akan tetapi ia harus menelusuri dunia ini jika ingin tahu.

***

Saat ini seorang pria tengah berperang dengan tangguhnya yang telah melawan ratusan monster, darah yang bertebaran dimana mana tidak membuat pria itu takut.

Pria itu terus mengayunkan pedangnya dan menebas leher para monster itu dengan kuatnya tanpa rasa lelah sedikitpun.

Ia hanya merasa harus segera melenyapkan semua monster ini dengan cepat, sudah hampir enam bulan ia meninggalkan kediaman miliknya dan meninggalkan seorang gadis disana yang mungkin tak mengenal siapapun disana.

Entahlah pikirannya hanya teralihkan terus kesana, satu demi satu sudah banyak puluhan monster yang telah mati dihadapannya saat ini, serta banyak pula juga prajurit yang telah kehilangan nyawanya karena tidak sanggup melawan puluhan monster yang terus berdatangan setiap saat.

***

"Aku bosan sekali, apa tidak ada yang dapat aku lakukan disini?" Tanya Evelyn kepada pelayannya yang ia sudah tau namanya itu.

"Maafkan hamba nyonya, sudah membuat anda merasa tidak nyaman." Pelayan itu tiba tiba saja langsung bersujud dibawah kaki Evelyn tentu saja gadis itu langsung terkejut dan menjauhkan kakinya.

"Hey, apa yang kamu lakukan cepat berdiri." Evelyn tentu saja kaget, ini pertama kalinya ia diperlakukan seperti ini, ini adalah hal yang tidak pantas bagaimana bisa pelayan itu dengan cepatnya merendahkan dirinya sendiri, apalagi dibawah kakinya.

Bagaimana tidak ingatkan dirinya bahwa ia bukanlah 'ibu' pelayan tersebut yang mengharuskan bersujud dibawah kakinya serta dirinya yang bukan 'Dewa' atau apapun selayaknya diperlakukan begitu.

"Aku hanya berkata aku bosan karena bingung apa yang harus kulakukan disini, jangan pernah kamu lakukan hal seperti itu lagi." Peringat Evelyn menatap pelayan didepannya yang sudah berdiri dengan mendudukan kepalanya takut.

"Maafkan atas kesalahan saya nyonya."

"Dari pada itu lebih baik kamu membantuku berkeliling disini, karena sejujurnya aku tidak mengetahui apapun yang ada disini dan ingat kamu harus sambil menjelaskannya paham? Sebab ku rasa aku tidak mengingat apapun." Ujar Evelyn jujur lagi pula dirinya juga lelah harus menerka nerka semua yang ada disini.

Pelayan yang mendengar penuturan dari nyonya nya itu langsung menatap terkejut, dan ia tiba tiba merasakan khawatir apakah itu efek dua hari lalu nyonya nya yang tenggelam di danau.

"Maaf nyonya, izinkan saya bertanya." Evelyn sontak menganggukkan kepalanya pertanda ia memperbolehkan pelayan tersebut mengajukan pertanyaan untuk dirinya.

"Apakah nyonya mengingat tahun berapa sekarang?" Jujur saja pelayan yang bernama Ana itu entah kenapa perasaan nya semakin gundah kala sang nyonya berpikir sangat lama.

"Aku tidak tau tahun berapa sekarang disini, semuanya tampak aneh di mataku. Aku juga tidak terbiasa dengan hal hal ini, jujur aku ingin pulang." Keresehan di dalam diri Evelyn tersampaikan karena ia merindukan rumahnya dan juga orang tuanya, ia hanya ingin kembali, tiba tiba saja dirinya meneteskan air mata untuk pertama kalinya di dunia ini.

Pelayan yang bernama Ana melihat nyonya nya menangis langsung terkejut kembali. Serta bingung untuk melakukan tindakan seperti apa, karena untuk menyentuh atau memeluk majikan itu adalah perlakuan tidak sopan dan tidak pantas untuk dilakukan.

"Ana apakah aku bisa pulang, aku tidak mengenal siapapun disini hanya kamu yang aku kenal." Isak tangis itu terus berlanjut menatap Ana dengan sorot mata yang menyedihkan, Ana sang pelayan itu hanya merasa iba dan juga merasa nyonya nya mungkin kehilangan beberapa memori akibat kejadian tenggelam saat itu.

***

TBC

Grand Duke's WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang