TR - 4

299 35 4
                                    

Hallo readers/siders

Happy reading


Disiang hari ini, Hangyeol dan Trista memutuskan untuk pergi kesebuah pusat perbelanjaan dengan membawa Gyeol agar mereka bisa menikmati hari libur sehari dengan mendekatkan diri satu sama lain. Tidak, Trista ingin mendekatkan dirinya lebih dekat dengan Gyeol yang memang sedikit dingin ketika berinteraksi dengannya.

Trista menyadari bahwa Gyeol sedikit tidak menyukainya karena menggapnya telah mengambil Hangyeol untuk meninggalkan keluarga Baek. Karena itu ia ingin mendekatkan diri dengan Gyeol agar tidak terjadi kesalahpahaman diantara mereka. Apalagi Hangyeol begitu menyayangi adik semata wayangnya itu, membuat Trista juga tertarik untuk menganggap Gyeol sebagai adiknya sendiri.

Ketiganya membawa beberapa paperbag masing-masing ditangan mereka ketika keluar dari pusat perbelanjaan, dengan perbincangan kecil keduanya berjalan menuju mobil yang terparkir diseberang jalan. Namun, hari begitu gelap hingga tiba-tiba munculah hujan yang cukup lebat membahasi setiap sisi jalan.

"Hujan!"

Hujan semakin lebat di setiap detiknya, tetesan air turun begitu deras dari langit disiang hari yang begitu gelap. Hangyeol dengan sigap memegang tangan Trista, tidak ingin kekasihnya itu menjauh dalam cuaca yang semakin tidak bersahabat karena takut kekasihnya akan terjatuh ataupun tergelincir di licinnya jalanan ketika basah akibat hujan yang begitu deras menerpa. Gyeol ikut berjalan di belakang mereka dengan tatapan datar dengan membawa sebuah paper bag yang berisikan beberapa pakaian yang dibelikan oleh Trisat dan kakaknya untuknya, meniknya menatap kedepan, membiarkan sepasang kekasih itu berlarian bersama beriringan dengan rintik rintik hujan.

Langkah mereka semakin cepat, dan tawa kecil terdengar di antara suara rintik hujan ketika Hangyeol tak sengaja mengeratkan rangkulannya pada sosok sang kekasih. Meskipun basah kuyup, mereka tetap melanjutkan perjalanan tanpa memedulikan tubuh yang basah dan genangan air yang mulai terbentuk di trotoar. Hangyeol menatap Trista dengan senyum hangatnya, mencoba membuat momen ini tetap menyenangkan meskipun dihantui oleh rintik hujan yang tak kunjung reda.

Gyeol yang melangkah di belakang mereka hanya menatap dengan tatapan datar, ia tak mengerti akan perasaannya sendiri yang begitu bernafsu ketika melihat sosok kekasih dari kakaknya sendiri. Ada rasa cemburu yang membara melihat gadis itu tersenyum dan bersentuhan dengan orang lain yang tak lain adalah kakaknya sendiri.

Tanpa sadar, Gyeol juga basah namun ia tetap tenang berjalan ditengah rintikan hujan yang begitu deras membasahi seluruh tubuhnya. Manik mengalih sembari menunduk kala kacamatanya mulai mengembun, mencoba meredam cemburu dan perasaan bingungnya. Rintik hujan yang membasahi tubuhnya tak sebanding dengan kehujanan perasaannya. Terikat antara cemburu dan rasa takut kehilangan, Gyeol melangkah dengan mantap, mencoba menyembunyikan kerumitan perasaannya di balik tatapannya yang datar menyusul sang kakak.

"Gyeol, kau baik-baik saja?" Tanya Trista ketika Gyeol memasuki kursi belakang sembari melepas kacamatanya.

Gyeol menatap sosok Trista yang berbalik menatapnya, senyuman diwanita itu tampak manis dengan sedikit lesung pipi yang menghiasi sisi kedua mulutnya. Gyeol menyukai bentuk wajah yang tampak khas untuk seorang gadis yang begitu cantik dengan alami menurutnya, bukan seperti wanita-wanita yang diciptakan lewat operasi plastik yang dilegalkan oleh rumah sakit mereka dan meraup untung yang begitu banyak. 

Sosoknya yang begitu menyukai sesuatu yang alami membuat semua orang memiliki ciri khasnya masing-masing dimatanya, Gyeol memandang bahwa cantik dan tampan tidak perlu dilihat hanya dari sisi wajah yang bagus dan memiliki kulit mulus bagaikan pantat panci. Menurutunya, akan lebih baik jika orang-orang memiliki kekurangan di tubuh dan diwajahnya yang akan memuat orang belajar menjadi diri mereka sendiri dan cantik dijalannya masing-masing.

"Gyeol?" ujar Trista sekali lagi ketika menyadari bahwa Gyeol melamun sambil menatapnya.

Hangyeol yang melihat Gyeol tak menjawab juga ikut membalikan kepalanya menatap Gyeol yang duduk dikursi belakang, "Gyeol?"

Gyeol yang terkejut karena sadar dari lamuannya langsung menatap dengan manik berkedip beberapa kali, tubuhnya kaku dan langsung mengangguk dengan ragu.

"Aku baik-baik saja."

Hangyeol membalas dengan tersenyum kearah sang adik yang juga tersenyum menatapnya, manik hitamnya beralih menghadap kearah Trista yang juga tersenyum kearahnya. "Kau baik-baik saja, Trista?"

Trista mengangguk, gadis itu tersenyum kemudian memberikan sapu tangan kecilnya untuk mengusap wajah Hangyeol yang cukup basah dan masih meninggalkan noda basah. "Kau yang melindungi-ku, seharusnya aku yang bertanya seperti itu. Hangyeol.."

"Aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja, Trista."

Hangyeol membawa tangan Trista yang mengusap pipinya dengan kecupan yang mendarat dibibirnya. 

Kedua romansa penuh pias itu seakan menikmati dunia mereka sendiri, Gyeol yang duduk dibelakang hanya bisa menatapi setiap pergerakan yang dilakukan kedua orang didepannya. Meskipun berbeda dari ayah dan ibunya, tapi Gyeol bisa merasakan kahangatan yang terjadi ketika kakak dan kekasihnya itu bermesraan. 

Gyeol binggung, kenapa saat ayah dan ibunya adalah sepasang suami istri namun mereka sangat sering bertengkar walaupun hanya karena hal kecil. Ia hampir tidak pernah melihat ayah dan ibunya saling tersenyum dan mengutarakan perasaan cinta satu sama lain seperti Kakaknya dan Trista.

"Memangnya apa arti cinta?" ujarnya secara tiba-tiba membuat Hangyeol dan Trista menoleh atas pertanyaan Gyeol.

"Cinta?"

Hangyeol dan Trista saling menatap satu sama lain ketika menyadari pertanyaan Gyeol, keduanya saling melempar senyuman dan mengode satu sama lain untuk menjawab. 

"Cinta itu adalah ketertarikan fisik pada lawan jenis." Jawab Trista

"Ketertarikan?"

"Ya. Ketertarikan pada lawan jenis yang membuatmu merasakan debaran jantung dengan perasaan lain."

Gyeol menatap sosok Trista yang tersenyum sembari menjawab pertanyaannya, "Apakah jika aku merasakan detak jantung yang berdebar kencang dan perasaat panas ketika melihat lawan jenis dengan lelaki lain itu bisa dikatakan cinta?"

Trista menatap kearah Hangyeol ketika mendengar balasan Gyeol yang membuat dirinya dan Hangyeol saling melempar senyum. Anak-anak remaja seumuran dengan Gyeol pasti sedang berada di fase saling taksir sehingga mereka cukup mengerti apa yang dimaksud dengan perkataan Gyeol.

"Bisa dikatakan begitu. Tapi cinta juga tidak hanya tentang debaran jantung, melainkan tentang kepercayaan dan kesetiaan satu sama lain."

Gyeol berdiam sejenak seakan mencerna perkataan Trista yang membuatnya memikirkan maksud dari perkataan tersebut, mencoba mencocokan pertanyaan dengan jawaban dan bukti yang ia rasa bisa mengerti akan apa yang dimaksud dengan cinta sebenarnya.

Pemahaman yang benar akan membuatkan suatu perilaku dan perbuatan yang benar pula, namun bagaimana dengan pemahaman Gyeol tentang apa itu cinta?



Hi, sorry kemarin gak bisa up hehe

Salam manis

Tr

22 01 24


TRAPPED [ T A M A T ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang