12 - Who are you?

206 27 1
                                    

Hallo readers siders
Happy reading

Trista memegang kotak bekal yang ia bawa sembari berjalan pelan menaiki tangga darurat pada klinik The Grim. Setelah perbincangannya dengan Hangyeol yang membuat mereka tidak berbicara sepanjang hari membuat merasa ia harus melakukan sesuatu dengan meminta maaf dan membawakan makanan sebagai wujud permintaan maaf.

Kakinya satu persatu melangkah naik mengikuti tangga darurat secara perlahan, namun ketika memasuki anak tangga terakhir sebelum menuju ke ruangan atas di mana ruangan Hangyeol berada, Trista merasa ada seseorang yang sedang mengikutinya.

Entah itu hanya perasaannya atau memang benar, Trista sengaja berhenti sejenak dan ia dapat mendengar suara langkah kaki yang juga berhenti ketika ia menghentikan langkah kakinya sendiri.

Maniknya berbalik seiring dengan tubuh yang berbalik melihat kesekitar, tidak ada hal aneh atau seorangpun yang berada di sekitarnya ketika ia berdiri di anak tangga terakhir. Namun, entah kenapa ketika Trista berbalik ia kembali merasa bahwa ada seseorang yang mengikutinya dan sekarang sedang melihat ke arahnya.

Detak jantung sedikit berdegup kencang dengan perasaan gusar hingga hati yang terasa tak begitu tenang. Trista berjalan secara perlahan dan kembali mendengar langkah kaki dibelakangnya yang begitu jelas.

Trista mengantisipasi apa yang sedang ia pikirkan, maniknya segera melihat ke segala arah di depannya dan menatap satu anak tangga terakhir yang perlu ia pijati untuk menggapai pintu darurat tepat di samping ruangan Hangyeol. Dengan cekatan, detik berikutnya Trista melangkahkan kakinya dengan cepat seraya menarik pintu darurat hingga kakinya menginjakan ke lantai dimana cahaya terang dan ruangan Hangyeol sudah terlihat.

"Huft!"

Trista menghela nafas pelan, maniknya menatap kearah pintu darurat yang tertutup ketika ia menyadari ada sesuatu yang mengikutinya.

Tangan segera memegang kotak bekal yang ia bawa sembari berjalan pelan membuka pintu ruangan Hangyeol.

"Hangyeol?"

Trista mengerutkan dahinya ketika tak menemukan sosok Hangyeol diruangan, namun ia memilih untuk kembali menutup pintu dan duduk di sofa kecil untuk menunggu sang pria karena mungkin Hangyeol belum istirahat dan masih memiliki pasien.

Trista menatap kesekitaran dan sekali lagi menatap kearah pintu yang tertutup yang pernah ingin ia masuki, saat itu Hangyeol melarangnya untuk masuk yang membuat jiwa penasarannya semakin besar membuatnya tanpa sadar mendekati pintu ruangan itu.

Menatap kesekitaran memastikan Hangyeol tidak berada disana dan perlahan membuka kenop pintu yang menampilkan suara teriakan kesakitan membuat [name] terkejut.

Manik Trista menatap ruangan yang tampak penuh dengan banyak alat medis yang tidak terlalu tersusun rapi, bekas suntikan yang berserakan dilantai dengan botol-botol obat yang pecah dan begitu berantakan.

"AKH!"

Trista menatap dengan perasaan tak terkontrol, maniknya menjelajahi ruangan tersebut hingga sebuah dinding yang bersela membuatnya tertarik untuk melihat kedalam.

Dengan hati-hati langkah kakinya membawanya masuk untuk melihat apa yang berada dibalik dinding itu. Mencoba memaksakan diri untuk berani mengambil langkah dan memastikan apa yang sebenarnya terjadi dan dari mana suara teriakan itu bermasal.

"Akh!"

Tampa disengaja Trista menginjak sebilah pecahan kaca dari botol obat yang menembus sepatunya, ia merasakan sakit yang jelas. Namun, perlahan ia memastikan untuk tetap melangkah dan melihat apa yang berada dibalik dinding pembatas itu.

"AKHHHH!"

Teriakan yang begitu kuat seakan membuat Trista ketakutan, ia menolehkan kepalanya sendiri menatap seseorang dengan tubuh yang begitu besar sedang terikat pada besi yang sepertinya dialiri aliran listrik yang begitu kuat hingga memunculkan percikan api ketika mengenai tubuh besar itu.

Manik Trista tak bisa mengalihkan pandangannya ketika menatap sosok lelaki dengan badan yang begitu besar dengan bekas jahitan diseluruh tubuh hingga kepala yang tampaknya kulit yang sengaja disatukan dengan jahitan yang begitu banyak.

Manik Trista kembali menatap kesekitaran menemukan sosok lelaki yang tampak ia kenali sedang menyuntikkan cairan dari suntik suntik yang kemudian dilemparkan ke sembarangan arah. Suara tawa itu membuat Trista membulat-kan matanya, menatap sosok pria yang sepertinya menyiksa pria berbadan besar itu.

"Hangyeol?"

Lelaki yang tadinya fokus menyuntikan kini membalik tubuhnya hingga menampilkan senyuman lebar dibalik kacamatanya. Lelaki itu menyadari ada orang lain diruangan itu membuatnya berjalan mendekati dinding.

Trista yang sempat menyembunyikan tubuhnya dibalik dinding dengan cepat melangkah ketika Hangyeol berbalik, tak perduli seberapa banyak pecahan kaca yang menembus sepatunya dengan cepat ia langsung berlari untuk keluar dari ruangan tersebut.

Deru nafas yang terasa berat menambah rasa sakit kala kakinya benar-benar terluka akibat pecahan kaca, perasaan mati rasa itu seakan menembus tubuhnya bercampur dengan perasaan ketakutan dan pertanyaan tentang apa yang dilakukan Hangyeol pada orang itu.

"Sayang?"

Trista yang tadinya duduk menoleh dan berusaha tenang dengan menyesuaikan raut wajahnya ketika menyadari Hangyeol yang kini menatapnya.

"Hangyeol.."

"Sejak kapan kau disini?"

Trista menerbitkan senyum dibalik wajah pucatnya ketika Hangyeol menutup pintu sembari berjalan kearahnya, "Aku baru saja tiba.."

"Benarkah? Apakah ada sesuatu..."

"Ak-aku hanya membawakanmu makanan.."

Hangyeol berdiri tepat dihadapan Trista yang duduk, pria itu mengamati tubuh Trista yang tampak pucat namun tersenyum padanya. Getaran tubuh yang tak wajar seakan membuat Hangyeol dapat membaca pergerakan tubuh ketakutan milik sang wanita.

"Apa kau memasuki ruangan itu?"

Wajah Trista menjadi semakin pucat kala mendengar lontaran pertanyaan dari Hangyeol, berusaha untuk tenang agar tidak menimbulkan kecurigaan membuat Trista menggelengkan kepalanya pelan kemudian tersenyum dan mencoba berdiri namun kakinya yang terkena pecahan kaca membuatnya kembali jatuh dan terduduk pada kursi.

"Ti-akh!"

Hangyeol tersenyum, tangan besarnya terulur menekan bahu Trista agar duduk kembali pada kursi dibelakangnya.

"Kau berbohong?"

"Tid- akh!"

Trista terkejut ketika rasa sakit di dagunya ketika Hangyeol menekan dan memegang dagunya dengan erat. Hangyeol yang kini tersenyum dengan lembut menatapnya namun tidak dengan cengkraman pada dagu dan bahunya yang membuatnya tak bisa bergerak dengan bebas.

"KAU BERBOHONG!!!!"

Teriakan didepan wajah Trista yang dilakukan oleh Hangyeol membuat Trista terkejut, karena untuk pertama kalinya Hangyeol berteriak menunjukkan karakter lain yang tak pernah ia lihat sebelumnya.

Hai.. jangan lupa tinggalkan jejak.

Salam manis
Tr
7 4 2024

TRAPPED [ T A M A T ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang