BAB 31 ~ Dinner?

1.7K 45 3
                                    

Tiba di depan sebuah restoran yang mewah, Ara melihat bangunan itu tampak sepi. Lampu-lampu sudah mati, menciptakan suasana gelap di sekitarnya. Dengan hati penasaran, Ara menatap Aksa yang sedang mencoba menghubungi seseorang.

"Billy, kau masih di restoran?" tanya Aksa melalui telepon.

"Masih, Tuan."

"Apa para koki dan pekerja sudah pulang?" Aksa menanyakan detail dengan nada serius.

"Belum, Tuan. Mereka masih bersih-bersih dapur."

Aksa mengangguk, "Katakan pada mereka untuk jangan pulang dulu. Dan keluarlah, aku ada di depan."

"Baik, Tuan," jawab Billy segera.

Setelah menyelesaikan pembicaraannya, Aksa melepaskan seatbeltnya dengan cepat. "Kau tunggu di sini sebentar. Aku akan kembali secepatnya," kata Aksa kepada Ara, lalu keluar dari mobil.

Ara memperhatikan Aksa yang bergegas menuju pintu restoran. Pikirannya penuh tanda tanya, mencoba menebak apa yang sebenarnya terjadi.

Beberapa menit kemudian, Billy keluar dari pintu restoran dengan langkah yang cepat, seolah-olah dia mengerti ada keperluan penting.

Sementara menunggu, Ara merasa penasaran dan keingintahuannya semakin memuncak. Di luar restoran yang indah itu, Ara memperhatikan Aksa sedang berbincang dengan seorang pria yang kelihatannya adalah salah satu pekerja restoran. Aksa nampak serius dan berbicara dengan penuh antusiasme. Pria itu kemudian memberikan mantel yang tampak tebal dan berkualitas tinggi kepada Aksa.

Tak lama kemudian, Aksa selesai berbincang dan melangkah kembali ke arah mobil. Dengan langkah mantap, pria itu membuka pintu mobil untuk Ara.

"Keluarlah, kita akan makan di sini. Dan pakailah mantel ini, udara malam sangat dingin, tidak baik bagi tubuhmu," ujar Aksa seraya membantu Ara keluar dari mobil. Tanpa menunggu lama, Aksa pun memberikan mantel tebal itu dan dengan lembut membantu mengenakannya.

Ara merasa sentuhan hangat dari mantel itu segera meresapi tubuhnya yang kedinginan. Mantel itu terasa begitu nyaman, memberikan rasa aman dan pelukan lembut yang begitu diperlukan.

Mereka masuk ke dalam restoran bersama-sama, Aksa memandu Ara menuju meja yang telah disiapkan untuk mereka. Meja itu terletak di sudut ruang dengan pemandangan kecil kebun yang penuh dengan lampu-lampu kecil.

"Kau suka tempat ini?" tanya Aksa sambil tersenyum.

Ara mengangguk, matanya bersinar-sinar. "Iya, sangat." Dia merasa seperti sedang berada di dalam mimpi indah.

Mereka duduk dan segera memesan hidangan favorit masing-masing. Aksa memastikan bahwa Ara mendapatkan pasta keju yang diinginkannya.

Di dalam restoran yang teduh dan penuh dengan aroma lezat, Aksa melihat Ara menikmati makanannya dengan penuh selera. Ternyata, keinginan Ara tidak hanya sebatas pada pasta keju, melainkan juga berbagai macam hidangan yang tersaji di depannya.

Ara tertangkap basah oleh senyuman Aksa saat ia menikmati hidangannya dengan lahap. "Ternyata kau benar-benar lapar. Semua itu hanya untukmu?"

Ara tersenyum malu, "Aku hanya ingin mencoba banyak hal."

Aksa tersenyum lembut, "Tentu saja, aku senang melihatmu menikmati makanan dengan begitu banyak. Apalagi saat kau sedang makan untuk dua orang."

Ara tersenyum lebar mendengar kata-kata Aksa, merasakan kehangatan dalam hatinya. "Ya, aku rasa bayiku juga menikmati hidangan ini. Terima kasih sudah memenuhi semua keinginanku malam ini, Aksa."

"Tidak perlu berterima kasih, Ara. Aku akan melakukan apa pun untuk membuatmu bahagia," ucap Aksa.

Mendengar perkataan Aksa, Ara terdiam, dadanya terasa sesak. Meskipun Aksa berbicara dengan begitu tulus, Ara merasa sedikit janggal. Sampai saat ini, dia bahkan belum tahu apakah sudah menerima maaf Aksa atau belum. Rasa bingung dan ragu masih menyelimuti pikirannya, membuatnya terdiam tanpa kata-kata.

LimerenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang